16th

431 43 5
                                    

Ada keheningan yang cukup panjang saat kau dan June bertatapan, tatapannya sangat teduh hingga mampu membuat jantungmu berdegup kencang dan sedikit sulit bernafas. June tersenyum padamu, dan sukses membuat pipimu terasa panas.

"Kau menggemaskan saat sedang tersipu." ujarnya.

Lalu ia melepaskan seatbelt mu,
"Ayo turun. Jangan berlama-lama berduaan disini, bisa-bisa nanti kita bolos kelas."

"Ya! Koo June!!" teriakmu.

Lalu ia keluar dari mobil sambil tertawa lepas. Kau yang masih gugup sibuk mengatur nafas dan menepuk kedua pipimu, sampai akhirnya June membukakan pintu mobilnya untukmu.

"Cepat keluar dan ayo masuk kelas." tuturnya.

"Kau saja duluan. Nanti aku menyusul." jawabmu.

"Astaga. Ayo cepat." ujar June.

Ia menarik tanganmu keluar dari mobil, menutup mobilnya, dan berjalan sambil merangkulmu menuju kelas. Tentu saja satu sekolah heboh melihatmu berjalan beriringan dengan laki-laki yang populer disekolah.

"Jun, tanganmu." ucapmu.

"Kenapa? Kau tidak suka?" tanyanya.

"Berat bodoh!" jawabmu.

June mengernyit lalu mengalihkan tangannya ke pinggangmu. Merangkulmu seakan kau tidak boleh jauh-jauh darinya. Kau hanya menunduk menutupi rona merah yang muncul di pipimu akibat ulah June.

Sampai kelaspun kau dan June tidak henti-hentinya mendapatkan sorakan yang ramai dari semua orang.
Tapi tidak dengan mantan kekasih June. Ia melihatmu dengan pandangan yang kesal.

"Sudah diam! Norak sekali kalian!" tukas June yang membuat kelas seketika hening.

Setelah itu, June duduk disampingmu. Ia menatapmu sambil tersenyum dan merangkul pundakmu.

"Sudah, lepas." ujarmu sambil menyingkirkan lengan June.

"Iya, iya." jawabnya.

"Jadi, ini pacar barumu, June-ya?" tanya mantan kekasihnya yang tahu-tahu sudah ada di depanmu.

"Memangnya kenapa?" tanya June.

"Tak kusangka seleramu begitu rendah." cibir Jieun.

"Kau iri denganku, ya?" tukasmu.

"Iri? Apa maksudmu?" tanyanya.

"Kau memang lebih cantik dariku. But i'm the winner. Aku memenangkan hati June."

"Hey! Aku yang lebih dulu memenangkan hatinya, ya!"

Kau mendecih, "Jika kau benar memenangi hatinya, kau tidak perlu bermain dengan laki-laki lain dibelakang June, dasar bodoh!"

Terlihat gadis yang sudah berstatus mantan pacar June itu mendidih. Ia geram dengan jawaban yang kau lontarkan untuknya.

"Loser." ucapmu tepat didepan wajahnya yang langsung mendapat tepukan tangan dan sorakan meriah dari teman satu kelasmu.

Jieun pun mengepalkan tangannya lalu berbalik badan meninggalkan bangkumu. Kau tersenyum puas saat mengetahui gadis itu geram padamu, dan kembali duduk di bangkumu.

"Wah, kau hebat juga ya." ujar June.

"Diamlah." tukasmu cepat.

"Iya-iya princess." jawabnya sambil mengusap kepalamu.

"Ya! Rambutku berantakan, Jun!" ucapmu sambil menepis tangannya.

"Dimana Ahn Eunsoo?" tanya seorang guru yang tahu-tahu sudah ada di ambang pintu kelas.

"Iya, saya. Ada apa, Bu?" jawabmu sambil berdiri.

"Ikut saya." ucapnya.

Kau memandang guru itu dengan tatapan bingung. Dan saat kau akan keluar dari bangku, tangan June menahanmu.

"Aku ikut."

"Ish, tidak usah. Ini masalahku. Kali ini menurutlah atau aku tidak mau pulang denganmu." jawabmu.

"Ancamanmu menakutkan. Ya sudah, beri tahu aku jika kau dianiaya oleh mereka, oke?" ujarnya.

Kau tersenyum dan mengangguk, "Iya."

Kau pun keluar kelas dan mengekori guru yang memerintahmu menuju ruang kepala sekolah. Kau mengetuk pintu sebelum akhirnya masuk kedalam ruangan. Didalam, ada kepala sekolah, wali kelasmu, dan juga satu wanita paruh baya yang sangat cantik, kelihatan ia seperti orang terpandang.

"Ahn Eunsoo?" ucap wanita kaya raya itu padamu.

"Iya. Saya Eunsoo." jawabmu.

Ia mendecih lalu menatapmu sinis, "Jadi kau yang meracuni hidup anakku?"

Kau mengernyit, "Apa maksudnya?"

"Kau ini memang bodoh atau pura-pura bodoh? Kau sengaja mendekati anakku agar kelak kau bisa mendapatkan hartanya kan?" cibirnya.

Kau mencerna kata-kata yang ia lontarkan padamu. Dan baru kau sadari bahwa wanita sombong yang mencibirmu ini adalah Ibunya June.
Lalu wanita itu berdiri, berjalan kearahmu yang masih berdiri di ambang pintu, dan berhenti tepat didepanmu sambil berkacak pinggang.

"Sekali lagi aku melihat kau mendekati June. Aku tak akan segan-segan membuatmu lebih menderita dengan segala cara." ancamnya.

Kau hanya bisa menatap matanya tanpa merespon ucapannya.

"Dan satu lagi. Asal kau tahu, June sudah ada pilihan wanita yang tepat dariku. Jadi, kau tidak perlu repot-repot berjuang mendapatkan hati June agar ia mencintaimu."

Lalu ia keluar dari ruangan sedikit menabrak bahumu. Kau hanya bisa diam membeku ditempat.
Kepala sekolah menatapmu nanar lalu menghampirimu,

"Aku sarankan kau ikuti saja kemauannya agar kau tidak lebih menderita, Eunsoo-ya." ucapnya.

Kau tersenyum tipis padanya,
"Bisa aku kembali ke kelas sekarang, Pak?"

Kepala sekolah mengangguk dan mempersilahkan dirimu untuk masuk kedalam kelas. Kau berjalan gontai menuju kelas. Kata-kata dari wanita tadi sangat menusuk hatimu. Kau terus memikirkan bagaimana cara untuk menjauhi June sedangkan ia sudah menyatakan perasaannya padamu, dan kau juga tidak bisa jauh-jauh darinya.

"Eunsoo-ya!" panggil Jihyun yang lalu menghampirimu.

Kau tidak menjawabnya dan hanya menatap Jihyun sendu.

"Hey, ada apa denganmu?" tanya Jihyun.

Kau tetap tidak menjawabnya.

"Ayo ke kantin dan ceritakan masalahmu." ajaknya sambil menarik tanganmu.

Kau hanya menuruti apa kata sahabatmu dan mengekorinya menuju kantin sekolah.

"Hey, what's wrong?" tanya Jihyun.

"Ibunya June datang kemari tadi. Dan ia mengancamku." jawabnya.

"Serius? Lalu?"

Kau menyesap minumanmu sebelum berucap, "Hanya itu. Ia hanya mengancamku jika aku masih dekat dengan June ia akan membuatku menderita dengan cara apapun."

"Lalu kau akan menjauh dari June?" tanya Jihyun.

Kau menggeleng,
"Aku terlanjur suka padanya."

***

EuphoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang