🏀 Septem Partes

226 50 76
                                    

Buku Hitam Berisi Catatan Misterius

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Buku Hitam Berisi Catatan Misterius

🏀🏀🏀

“Perkembanganmu sangat pesat beberapa minggu terakhir, aku yakin jika ditingkatkan lagi, kamu pasti akan mendapatkan semua ingatanmu,” kata Dokter Hendra sambil mencatat perkembangan Fiona dibuku jurnalnya.

Fiona mengangguk semangat. “Aku punya cara khusus untuk mendapatkan ingatan itu.”

Caranya adalah selalu berdekatan dengan Dava. Batin Fiona.

Dokter Hendra menatap Fiona sebentar sebelum melanjutkan kegiatannya. “Benarkah? Aku penasaran.”

“Rahasia.”

“Kamu mulai nakal ya,” ucap Dokter Hendra seraya tertawa kecil. “Mulai sekarang kamu bisa kontrol sebulan sekali dan setiap kamu mendapat potongan ingatan itu, kamu harus mencatatnya dan menggabungkan dengan ingatan yang lainnya. Aku yakin cara itu akan sangat berguna.”

“Dokter Hendra sangat hebat,” puji Fiona tulus.

“Dan juga sangat tampan, kau harus menambahkan kalimat itu,” canda Dokter Hendra.

Dokter Hendra adalah senior Alvian Orlando, kakak sulung Ace sewaktu kuliah. Dokter Hendra salah satu dokter muda yang berbakat di Rumah Sakit Trifid, salah satu rumah sakit Swasta yang dikelola oleh Keluarga Mahawira di Kota Malang. Jika Kak Ian menyukai hal-hal seperti membedah perut orang, Dokter Hendra lebih menyukai memahami si pasien dari sisi psikologis. Fiona sangat menghormati Dokter Hendra karena sudah merawatnya selama tiga tahun ini.

“Terimakasih, Dokter. Jangan lupa dimakan kue bolunya, mama bisa mengamuk kalau Dokter Hendra tidak memakannya,” pesan Fiona dan Dokter Hendra mengangguk semangat sambil menatap kotak putih berisi kue bolu dengan mata berbinar-binar.

Ketika Fiona keluar dari ruangan Dokter Hendra, cewek itu mendapati seorang cowok dengan pakaian serba putih menghadangnya. Dilihat dari penampilannya yaitu rambut berantakan dan kulit sedikit kecoklatan, Fiona menduga kalau cowok itu seumuran dengannya. Ketika mata mereka bertemu, cowok itu langsung tersenyum lebar ke arah Fiona.

Apa mereka berdua pernah bertemu sebelumnya?

“Lama tidak bertemu, Fiona Natasya,” ucap cowok itu.

“Kamu ... siapa?” tanya Fiona pelan, terbesit rasa bersalah karena tidak mengenal cowok di depannya.

Setelah Ace dan Dava, siapa lagi yang dilupakannya?

Cowok itu terkekeh pelan. Fiona baru sadar kalau cowok itu sangat manis dengan mata yang melengkung indah seperti bulan sabit, jakunnya yang naik-turun ketika tertawa menambah nilai tambah untuk parasnnya yang jenaka. Fiona juga menyadari keberadaan tahi lalat di jakun cowok itu.

“Itu sama sekali enggak penting untukku, aku enggak terlalu memaksamu untuk mengingat teman lama. Aku akan mencuri sedikit waktumu sebelum pergi dari dunia ini. Entah kapan aku kembali lagi tetapi semoga saja aku tidak terlambat,” ucap cowok itu dan senyuman manisnya luntur digantikan dengan bibir cemberut lucu. “Bolehkah?”

[1] Lose Memories 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang