🏀 Una Partes

438 98 245
                                    

Saputangan dari Dava

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saputangan dari Dava

🏀🏀🏀

Liburan semester genap resmi berakhir. Beberapa siswa tampak dengan semangat pergi ke sekolah lagi setelah sekian lama menyembunyikan diri dari ganasnya peraturan guru piket, meskipun hari itu adalah hari senin. Mereka semua bergerombol seperti semut di halte nomor 8 untuk menunggu bus sekolah. Ada yang bercengkrama riang dengan teman, ada yang mengolok-olok adik kelas yang memakai atribut MOS, ada yang mengeluh kelaparan dan masih banyak lagi.

Dava memakai kacamata hitamnya dengan penuh gaya melewati gerombolan-gerombolan remaja itu. Beberapa cewek yang mengenalnya sebagai sosok selebriti melongo tidak percaya ketika seorang pangeran lewat di depan mereka. Sedangkan yang cowok hanya bisa menatap pantulan dirinya sendiri diponsel mereka masing-masing, tampak minder dengan aura yang dimiliki Dava yang begitu medominasi.

Dava sendiri memakai seragam merah marun yang artinya sudah menjadi siswa Bimasakti secara resmi.

“Kamu beneran Dava 'kan?” tanya seorang cewek menghampiri Dava yang sudah bersender disalah satu tiang dengan gaya yang paling keren menurutnya.

“Menurutmu?” tanya Dava balik sambil memberikan senyuman semanis gula.

Cewek itu tampak malu-malu. “Aku kira gosip itu bohongan, eh ternyata bener. Kenapa kamu pindah ke Bimasakti?”

Dava melepaskan kacamata hitamnya lalu mengedipkan matanya genit ke arah cewek itu. “Hmm ... karena mau ketemu cewek secantik kamu.”

Dava hampir tertawa ketika cewek itu mendadak panik dengan wajah semerah kepiting rebus. Bukan cewek itu saja sih, melainkan seluruh cewek yang berada di dekat Dava juga ikutan malu-malu. Sengaja, Dava ingin meniru guru gombal panutannya yaitu si Dilan sang ahli menggaet hati cewek.

“Aku gak pikun!” teriak seorang cewek dari kejauhan. Insting buaya Dava langsung bereaksi ketika melihat Fiona dan Ace berjalan menuju halte. Fiona terlihat menahan kesalnya karena dirinya diacuhkan sama Ace. Cewek itu berusaha mencari perhatian Ace tetapi sayangnya gagal. Hal itu membuat Dava menyeringai, saatnya untuk dirinya beraksi.

Dava berjalan mendekat ke arah mereka berdua dengan anggun seraya memikirkan taktik apa yang harus ia pakai. Jujur saja, Dava mempunyai segudang taktik licik yang kotor yang dijamin seratus persen berhasil. Senyumannya semakin merekah karena salah satu taktik kotor itu hinggap dipikirannya. Dirinya sangat bersyukur dilahirkan dengan wajah tampan mempesona plus otak seencer Einstein.

“Sebuah kehormatan bertemu dengan Anda, Pangeran Ace,” kata Dava sambil membungkuk pernuh hormat ke arah Ace.

Ace menatap makhluk laknat itu kaget. Pertama, kaget karena tidak menyangka bertemu Dava di halte sekolahnya. Kedua, kaget karena Dava memakai seragam merah marun sepertinya. Ketiga, kaget karena seluruh pasang mata menatap ke arah dirinya seperti wartawan kelaparan bahan berita. Ace tidak ingin menjadi sorotan publik apalagi cewek-cewek yang seperti ingin melahapnya hidup-hidup. Sungguh mengerikan.

[1] Lose Memories 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang