Vanya melihat tantenya tengah berbaring di bangsal dengan mata kosong memandang entah apa yang sedang di pandang perempuan paruh usia itu.
"Tante istarahat saja jangan melamun terus" tegur Vanya mendekati tantenya.
Sisilia beralih fokus kearahnya. "Kamu puas sudah melihat putriku hancur? Kamu senangkan?" Tuduh perempuan paruh usia itu padanya
"Mana ada aku sama sekali tidak senang mendengar hal ini. Namun yang harus Tante ketahui bahwa aku ini bukan keponakan Tante yang naif. Dan aku juga tidak pernah merasa senang atau puas setelah apa yang terjadi kepada keluargaku. Seharusnya Tante yang merasa puas karena sukses menggantikan Kak Zilla dengan aku" seloroh Vanya melihat tantenya itu dengan sinis.
Sisilia tidak mampu berucap.
"Setelah di pikir-pikir ini juga berkat Tante jadi aku harus mengucapkan banyak terimakasih padamu. Karena berkatmu aku sudah mengambil alih properti Ayah semuanya. Dan sesuai keinginan Tante, rumah itu akan menjadi milik Tante toh aku akan pindah ke rumah suamiku semoga saja rumahnya sama indahnya dengan pemiliknya. Sungguh sangat di sayangkan sekali bukan?! "ejek Vanya sinis.
"Semoga lekas sembuh Tante! " Vanya berbalik kearah pintu rumah sakit dengan senyuman miring tercetak indah di bibirnya.
Sisilia menatap punggung Vanya sinis. "Kita lihat saja aku akan mengambil kembali apa yang seharusnya Zilla miliki bukankah pada awalnya dia memang milik Zilla"
●○●○●○●○
Vanya sedang bertempur dengan alat penggorengan. Ia sedang menatap makanan hasil jerih payahnya dengan berkeringat sampai pada betis jenjangnya.
"Mau jualan?" Tanya Arkan di meja makan.
"Mau jualan? Apanya?" Tanya Vanya balik.
Arkan mengerutkan alisnya. Di depannya tersedia banyak gorengan seperti bakwan jagung, bakwan sayur, tempe mendoan. Dan masing-masing satu baskom kecil.
"Kolestrol" ledek Arkan terkekeh pelan.
Vanya melihat Arkan dengan memicingkan matanya "Oho biarin wlek!" Ledeknya dengan menjulurkan lidahnya.
"Lho aku kan belum makan! " protes Arkan saat semua gorengan di bawa Vanya kearah orang-orang yang hilir mudik membersihkan rumahnya.
"Kita makannya barengan sama ART" Vanya melanjutkan langkahnya.
"Oke" jawab Arkan lesu.
Hari ini mereka pindah ke rumah Arkan yang baru lebih tepatnya yang sudah lama ia beli tapi belum pernah ia singgahi. Rumahnya besar nan mewah terdapat dua garasi yang terpisah, taman yang luas seperti lapangan golf tapi berisi air mancur di sisi kolam renang dengan bebatuan kali yang sungguh menawan dan taman bunga warna-warni disisiannya, terdapat air mancur bulat berisi ikan hias di depan rumahnya.
"Gila kalo di jual gue dapet berapa milyar ya?" Gumam Vanya melihat betapa luas dan besarnya lahan tersebut di kali satu juta satu meter.
Arkan tertawa pelan melihat tampang bodoh Vanya. "Gak akan di jual. Kamu kan udah kaya"
"Iyain aja biar senang" Vanya menggigit gorengan buatannya di samping rumah beserta asistennya juga. "Kamu gak mau?"
Arkan terdiam saat Vanya menyodorkan bakwan jagung di depannya. "Kamu gak tau kalo aku gak suka jagung?"
Vanya menepuk dahinya sendiri. "Gak ngomong" Ucap Vanya acuh menggigit bakwannya kembali.
"Tempe suka gak?" Tanya Vanya kembali yang di jawab gelengan Arkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Terbaik [S E L E S A I]
RomanceNote: MAAF JIKA ADA KESAMAAN JUDUL, NAMA/TOKOH, LATAR TEMPAT, DLL. Ini adalah Jodoh Terbaik bukan Jodoh Terbalik..... "Apa menurut kamu? Jika kamu harus memilih menerima atau menolak seorang pria yang di jodohkan dengan Kakakmu tapi bertunangan sa...