Arka atau Arkan??

1.7K 78 0
                                    

Vanya sedang mencuci wajahnya di wastafel toilet di jeda beberapa saat. Ketika mendengar tawa dari salah satu bilik kamar mandi.

"Lo denger gak gosip mantan sekertaris Pak Arka itu?"

"Gosip mana?"

"Ituloh yang katanya Pak Arka ngelecehin Mbak Sri di ruangannya"

"Oh yang itu! Yang besoknya Mbak Sri mendadak resign itu?"

"Heem"

Vanya langsung masuk ke bilik sebelahnya sebelum ia ketahuan curi-curi dengar dari obrolan dua wanita tersebut.

"Gila yak Pak Arka seleranya Mbak Sri padahal masih cantikan gue dech"

"Iya, padahal kasian tahu Mbak Sri mau nikah tapi udah gak perawan gara-gara Pak Arka"

"Ya sudahlah. Makasih ya udah pegangin tas gue"

"Sama-sama"

Mereka berdua pergi dari sana.

"Gila. Gue kira tuh Bos gak suka perempuan. Ternyata, ckck, Normal toh tapi gak di gunakan pada yang baik baik" gumam Vanya pelan.

Vanya mengerjakan berkas-berkas yang banyak di mejanya saat dia lagi konsen konsennya.

Brak.

"Keluar dari ruangan saya.

Vanyaaa" teriak murka Arka dari daun pintu.

"Yak Pak" Vanya lari kilat kearah Arka.

"Kenapa kamu membiarkan dia masuk, hah?" Tunjuknya pada perempuan yang sangat tidak pantas berada di kantor.

"Masuk? Sejak kapan? Saya gak melihat Ibu ini masuk Pak" kilah Vanya. Memang ia tidak tahu bisa bisanya perempuan itu datang saat dirinya ke toilet.

"Saya tidak mau tahu usir dia sekarang juga" teriaknya sangat murka pada Vanya.

"Baik Pak" Vanya mengangguk meski dengan tubuh bergetar ketakutan.

Brak.

Arka membanting pintu ruangannya keras dari dalam sontak membuat Vanya terkejut bukan main, ia merasa kerja jantungnya bekerja dua kali lipat. Bahkan saking terkejutnya ia takut jantungnya pindah ke usus.

"Silakan keluar Nyonya! Saya antar" Vanya mempersilahkan perempuan itu untuk segera keluar dari kantor.

"Saya tidak ada urusan dengan kamu. Urusan saya dengannya" tunjuk perempuan itu ke pintu yang di dalam terdapat atasannya. Perempuan itu dengan kasar menepis tangan Vanya namun masih setia berdiri di sana dan ingin masuk kembali ke dalam ruangan kerja atasannya yang killer itu.

"Baik jika Nyonya memaksa" Vanya menarik kasar perempuan tadi menuju lift dan mendorong masuk kesana. "Nyonya boleh kesini lagi tapi kalo tidak ada saya. Jika saya melihat Nyonya menginjakkan kaki di lantai ini Nyonya pulang mungkin tanpa kaki" ancam Vanya dengan mata datar dan senyum tipisnya. Lift pun tertutup!

Vanya menghembuskan nafas kesalnya. Baru saja Vanya ingin mendaratkan bokong super mewahnya terdengar bunyi dari interkom. "Vanya keruangan saya sekarang" sontak membuat mata kembar Vanya berotasi menahan kesal.

"Iya Pak?" tanya Vanya di depan bosnya yang sedang membubuhkan tanda tangannya.

"Jadwal ulang untuk besok di ganti ke minggu depan, saya ada urusan mendadak"

"Baik Pak" Vanya kembali ke mejanya.

Sudah berjam-jam Vanya memuat ulang jadwal meeting kliennya itu dan banyak menerima protes dan makian dari pihak sebrang. Mau bagaimana lagi dia di gaji oleh atasannya bukannya mereka.

Jodoh Terbaik [S E L E S A I] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang