"Kalian akan menikah? Kenapa cepat sekali?" Jimin menyerngitkan alisnya bingung
"Cepat bagaimana? Vernon dan aku sudah berada disemester akhir dan sebentar lagi tamat. Jadi wajar kami akan menikah,bukan seperti kau dan yoongi. Yoongi harus menunggu 1 tahun lagi agar bisa kembali ke korea dan menikahi mu. Tapi,Entahlah jim. Aku sudah menyadari kalau vernon adalah orang yang baik dan juga penyayang. Saat tahun lalu dengan halus menyindir dan membela ku didepan appaku,aku begitu berharga dimatanya. Aku baru tau,dicintai semenyenangkan ini." Somi meletakkan tangan nya di dada bagian kiri nya. Jantung itu berdetak tak sesuai ritme,cepat tapi menenangkan. Tipikal jatuh cinta sungguh aneh. Sejauh bagaimana berusaha menolak tapi jantung tak bisa berbohong.
"Jika itu yang membuatmu senang maka lakukan lah. Aku percaya vernon bisa menjaga mu karna vernon adalah orang yang pertama kali panik ketika kau down." Jimin mengelus pundak somi dan berdiri ketika pesan dari yoongi muncul dilayarnya
"Mau kemana jim?"
"Yoongi" ia menunjukan layar hp yang terterah pesan singkat
"Ooh,oke. Pergi lah,aku juga ada kelas lagi" somu bangkit dan melambai sebentar sebelum pergi dari duduknya.
Jimin berjalan ke lorong kampus,mencari yoongi yang sudah menunggu nya sejak lama. Senyum nya berkembang ketika melihat yoongi duduk dengan hp ditangannya.
"Ayo pulang" ajak jimin
"Aku pikir kau akan mengabaikan ku lagi" sindiri yoongi.
"Mian hyung,aku tidak bisa mengabaikan somi yang sedang bercerita" jimin berjalan disamping kanan yoongi
"Eh? Bukannya kau ada kelas? " jimin menaikan alisnya
"Oh,aku tidak suka pelajarannya. Guru yang menyebalkan dan juga killer"
"Ah..aku mengerti" jimin tertawa pelan.
.
.
.
.
."Bin woo,apa kita harus ke sana? Aku malas bertatap muka dengan appa ku saat ini" yeon soo menatap wajah kekasih nya yang kini packing untuk penerbangannya besok
"Karna itu kalian harus saling bertemu. Aku juga ingin menemui calon mertua ku yeon soo" yeon soo memblushing
"Tapi,kau masih anak kuliahan dan seangkatan dengan jimin. Mana mungkin kau akan diijinkan" yeonsoo menaikan pandangannya
"Karna itu aku harus mengenal appa mu lebih jauh. Aku akan berusaha mulai saat ini untuk mapan. Yah,walau kau sudah bisa tinggal dengan ku dengan apartement ini. Tapi aku tidak yakin,perusahaan lee akan terus naik. Akan ada saatnya perusahaan lee bangkrut dan hal itu membuatmu berpaling dariku. Aku pasti akan lebih kacau lagi" bin woo terkekeh pelan. Namja berparas tampan itu mengelus surai nya. Gigi kelinci yang mengintip dari bibir yang tidak terlalu berwarna merah itu karna kebiasaan merokoknya. Bibir itu tersenyum lembut,membuat yeonsoo jatuh cinta untuk kesekian kalinya. Namja itu sangat dewasa dan luas,berbeda dengan nya berpikir simple dan terus membuat masalah.
"Aku mengerti" ucap yeonsoo. Dadanya berdebar kalah bin woo mengecup bibirnya. Diamerika itu hanya hal biasa,ia sering di cium oleh pacar nya. Tak ada perasaan aneh ini. Bin woo tersenyum tak kalah mendapati wajah yeon soo menunduk malu.
"Wae?" Suara berat itu melemahkan lutut yeon soo. Jika suara itu sedang mode on. Maka yeon soo tau mereka sedang dalam sama-sama membutuhkan.
Yeon soo menatap bin woo yang sedang menahan nafsu dengan wajah memerah. Kulit putih itu berubah seketika.
"Melakukan lagi di sofa sampai pindah dikasur?" Tanya yeon soo malu-malu
"Kau mau bagaimana?" Tanya bin woo yang mengendus leher yeon soo