Manusia memang seperti itu. Susah dibilangin. Tapi, jangan lupa kamu juga manusia.
🐰🐰🐰
Pagi yang cerah, sinar mentari seakan menghantarkan kehangatan untuk bumi. Tuhan selalu memberi hal-hal kecil yang akan membuat setiap insan-Nya bersyukur. Terkadang kita memang haruslah bersyukur dimulai dari hal-hal kecil yang tanpa kita sadari membuat kita merasa lebih baik ketika hari kemarin kita merasa terpuruk.
Key pagi-pagi sudah ada di sekolah, tadi dia bangun lebih awal. Dia sekarang sedang main basket di lapangan. Kebetulan pagi-pagi sekali memang siswa-siswi SMA Victoria masih belum banyak yang datang. Suasana yang sepi seperti ini Key manfaatkan untuk main basket, hanya mendribble dan memasukkan bola ke ring, ia tak mau berkeringat banyak karena ia masih menggunakan seragam sekolah lagian dia juga tak mau saat jam pelajaran pertama dimulai badannya tak segar.
Key merasa sedikit kelelahan, ia memilih duduk di tengah lapangan sambil menikmati segarnya udara pagi ini. Dia juga memain-mainkan bola basket yang ada di tangannya. Key menikmati hangatnya mentari yang memeluknya.
Dari kejauhan ada seseorang yang memerhatikan Key sejak tadi, tak lain orang itu adalah Jino. Jino mengerjap, dilihatnya ada seseorang yang berjalan menghampiri Key. Orang itu langsung duduk di sebelah Key dan langsung mengambil bola basket di tangan Key. Key sangat terkejut saat melihat orang tersebut. Maka Jino menyimpulkan bahwa orang itu pasti ingin mengganggu Key, tampak Key juga gelisah berada di samping orang itu.
“Ngapain lo disini?” kata Key dengan nada meninggi.
“Gue mau ngajak lo tanding basket, kita duel. Gue denger lo mau nyalon jadi ketua ekskul basket kan? Padahal kan lo cewek, berani juga ya ternyata lo nyalon jadi ketua,” ejeknya yang membuat Key naik pitam.
“Emang urusan lo apa? Gue gak pernah ganggu urusan lo, jadi gak usah ngurus hidup orang,” sahut Key masih dengan ekspresi tak bersahabat.
Orang itu berdiri sambil memegang bola basket dan tiba-tiba saja dia melempar bola itu ke arah Key yang masih duduk di bawah. Langsung Key menangkap bola yang dilempar itu, ia pun ikut berdiri.
“Kevin.. apa-apaan sih lo. Gue gak mau duel sama lo. Lo itu cowok, gak mungkin gue ngelawan lo, gue juga tahu gue gak sehebat lo,” geram Key.
“Lo sadar lo gak sehebat gue, tapi lo mau nyalon jadi ketua ekskul basket? Heh, kalo tahu lo lemah gak usah sok-sok mau jadi ketua ekskul basket.”
“Lo bilang gue lemah? Oke, gue terima tantangan lo. Ayo kita duel, gue gak takut sama lo. Gue gak suka lo rendahin kaya gini.”
Key dan Kevin mulai bermain. Mereka satu lawan satu. Key tak mau mengalah, ia terus berusaha melawan Kevin yang sok itu. Kevin mendribble bola, Key berusaha merebutnya. Ketika Key hampir saja mendapatkan bola, Kevin malah mendorong Key dengan badannya hingga Key terjatuh. Berhubung lengan seragam SMA Victoria itu pendek, siku Key luka saat terjatuh di lapangan basket yang keras. Kevin malah tertawa melihat Key terjatuh.
“Itu akibatnya kalo lo sok hebat. Hahahaha.. rasain,” Kevin belum puas, ia malah melempar Key dengan bola basket yang ia pegang hingga mengenai hidung Key sampai berdarah. Key meringis kesakitan.
Jino yang melihat itu tak tinggal diam, ia lari ke arah Key dan membantunya berdiri. Jino merasa geram dengan perlakuan Kevin terhadap Key, Jino tak bisa menahan emosinya untuk tidak memukulnya. Jino paling tidak suka ada orang yang menyakiti perempuan.
Jino menarik kerah seragam Kevin, “Bangsat lo. Beraninya sama cewek, dasar banci.”
Jino naik pitam, ia langsung memberi pukulan ke wajah Kevin hingga terhuyung hampir terjatuh. Kevin mulai geram, ia langsung membalas pukulan Jino. Untungnya Jino berhasil mengelak. Kevin belum puas, ia akhirnya berhasil memukul wajah Jino hingga sudut bibirnya terluka.
Mereka terus saling memukul satu sama lain, Key berusaha melerai mereka. Namun, karena tenaga mereka kuat ia malah terdorong hingga terjatuh. Key mulai panik, ia bingung harus bagaimana. Ingin meminta pertolongan tapi lapangan masih sepi. Key pun memutuskan untuk menelepon Vintanio.
“Halo, Vin. Tolongin Jino, Vin. Cepet ke sekolah sekarang, please,” ucap Key dengan nada khawatir.
“Jino kenapa memangnya?” tanya Vintanio yang juga ikut khawatir.
“Gue gak bisa jelasin sekarang. Pokoknya lo harus cepet Vin. Jino berantem sama Kevin. Cepetan Vin kesini.”
“Oke gue ke sekolah sekarang. Untung gue udah pake seragam. Lo tenang ya, jangan panik lagi.”
Sambungan telepon pun terputus. Key melihat Jino dan Kevin, mereka masih saja berkelahi.
“Key..” ada seseorang yang berteriak memanggil Key.
“Andra.. untung ada lo. Tolong lerai mereka, Dra. Please,” Key memohon pada Andra, teman sekelasnya itu.
Tanpa menunggu lama Andra berlari ke Jino dan Kevin, ia berusaha melerai mereka. Andra mendorong tubuh Kevin menjauh, akhirnya perkelahian itu selesai. Kevin memilih pergi karena dia sudah babak belur.
Tapi sebelum itu, Kevin masih sempat mengancam Jino, “Awas lo, gue bakal bikin lo nyesel udah gebukin gue.”
Andra dan Key menghampiri Jino. Wajahnya sedikit lebam dan sudut bibirnya luka. Andra dan Key sebenarnya ingin membawa Jino ke UKS untuk mengobatinya, namun UKS masih di kunci kalau jam segini. Jadi, mereka bertiga pun memilih duduk di lapangan basket.
“Kok lo bisa berantem sama Kevin, Jin?” tanya Andra penasaran.
“Suruh siapa dia ganggu Key.”
Andra mengerti, Kevin memang suka menindas tak memandang jika itu perempuan atau laki-laki.
“Maaf ya, Jino. Lo sampe kaya gini gara-gara gue,” Key meminta maaf karena merasa bersalah.
Jino mengagguk, tapi saat dilihatnya hidung Key berdarah, ia langsung mendekat ke Key dan mengusap darah itu dengan sapu tangannya yang memang selalu ia bawa.
“Lo gak pa-pa kan, Key?” tanya Jino khawatir yang dibalas anggukan oleh Key.
Gawai Key berdering. Ia langsung mengangkat panggilan itu.
“Halo.. Key kalian dimana? Ini gue udah sampe di sekolah.”
“Kami di lapangan basket, Vin. Mereka udah gak berantem lagi kok, tadi ada Andra yang ngelerai mereka.”
“Alhamdulillah.. yaudah gue nyusul kalian di sana. Tunggu, jangan kemana-mana.”
“Oke, Vin.”
🐰🐰🐰
Vintanio menghampiri Key dan yang lainnya di lapangan basket.
“Kalian gak pa-pa kan?” ucap Vintanio sambil duduk di dekat mereka.
“Kami gak pa-pa kok, Vin,” sahut Andra yang dibalas anggukan oleh Jino dan Key.
“Kok lo bisa berantem sama Kevin, Jin?” tanya Vintanio.
“Dia ganggu Key, jadi gue gak tega terus gue tonjok deh si Kevin itu.”
“Tuh orang emang selalu cari gara-gara. Gak kapok-kapok dihajar tuh anak. Liat aja nanti, gue bakal balas perbuatan dia yang berani nyakitin kalian,” geram Vintanio.
“Udah deh, Vin. Ntar lo kenapa-napa. Temen dia tuh banyak, apalagi kalo lo dikeroyok nanti. Takutnya lo kenapa-napa,” sahut Key yang takut jika Vintanio melakukan hal nekat.
“Iya, Vin. Bener kata Key, lo gak usah cari masalah lagi sama mereka. Nanti urusannya gak selesai-selesai,” ucap Andra mendukung Key.
Vintanio hanya diam saja mendengar perkataan mereka. Namun, di hati yang terdalam ia masih ingin membalas perbuatan Kevin yang membuat temannya terluka. Ia tak boleh tinggal diam, Kevin harus diberi pelajaran sekali-kali biar sadar.
-
-
Part 13 up😀
Semoga kalian suka.
Seperti biasa, orang yang meghargai karya orang lain, suatu hari karyanya juga bakalan dihargain orang lain.
So, jangan sungkan untuk vote dan comment ya😊
Dadah🖑

KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Untold
Teen FictionKau bilang kau suka dia. Aku bilang aku suka dia. Kebohongan apa lagi yang harus aku katakan padamu? Aku pun tak tahu. Pada akhirnya kita sama-sama tak bisa mengatakan kebenaran itu. Jika diberi waktu untuk mengatakannya, akankah kita sama-sama ber...