Part 4 - Jino Alexander

992 84 27
                                    

“Elo kan—“. Sambil menunjuk ke arah cowok itu.

“Lo kenal sama dia Key..” tanya Vintanio yang penasaran dengan Key.

“Iya, Vin.”

“Emang dia siapa, Key?” tanya Vintanio yang masih penasaran.

“Dia itu cowok yang belanja di supermarket tempat gue kerja. Dan dia tiba-tiba nyebut nama gue padahal gue gak kenal sama dia.” Jelas Key pada Vintanio.

“Ternyata lo masih ingat sama gue.” Sambar cowok itu pada Key.

“Lo siapa hah? Kok bisa tahu nama Key.” Vintanio mulai tak tahan.

“Santai bro, jangan ngegas. Gue mau ke kantin dulu nih, laper.” Jawab cowok itu cuek dan mengedipkan sebelah matanya pada Key sambil pergi berlalu.

Vintanio ingin mengejar cowok itu namun Key menghentikannya, takut jika Vintanio tak bisa menahan emosinya.

“Ya udah kita ke kelas aja, Vin. Gak usah dipikirin. Lagian 3 menit lagi udah mau masuk. Yuk... ” ajak Key yang langsung menarik tangan Vintanio supaya mengikutinya.

                         🐰🐰🐰

Tringggg..... tringggg... tringggg....

Bel masuk telah berbunyi. Murid-murid SMA Victoria segera memasuki kelas mereka masing-masing.

Kelas XI IPA 2 ribut sekali, apalagi saat bel baru saja berbunyi. Saat-saat seperti itulah mereka memanfaatkan untuk bergosip bagi kaum hawa, sedangkan kaum adam pasti kebanyakan dari mereka bermain permainan yang kurang masuk akal, ada juga beberapa diantara mereka yang memanfaatkan waktu luang untuk tidur.

Plakkkk

Sontak sekelas kaget dengan suara pukulan penggaris Pak Tono yang ia pukulkan ke pintu karena tak tahan dengan keributan kelas XI IPA 2.

Begitulah saat sang guru killer marah, langsung terdiam seluruh muridnya.

Vintanio yang tidur saja langsung bangun dengan posisi tegak di tempat duduk, saking kagetnya.

Untung saja tidak ada penderita penyakit jantung di kelas itu. Jika tidak pasti langsung meninggal di tempat.

Pak Tono yang menginginkan muridnya berubah menjadi lebih baik berusaha mencerahkan otak mereka dengan nasihat-nasihat andalannya.

Nasihat dari Pak Tono hanya dibalas jawaban “Iya” dan anggukan kepala dari muridnya.

Entah berbekas di otak atau tidak karena mimik wajah mereka seperti orang tak berminat hidup apalagi sekolah.

Namun, kegigihan dari sosok Pak Tono demi muridnya perlu diacungkan jempol karena kebanyakan guru-guru biasanya acuh tak acuh terhadap murid-murid yang pecicilan.

Di tengah-tengah nasihat panjang nan lebar dari Pak Tono, tiba-tiba saja ada siswa yang mengetok pintu dan langsung masuk.

Pak Tono pun menyuruhnya berdiri di depan kelas.

“Kamu dari mana saja? Bel masuk udah dari tadi berbunyi, kamu malah baru masuk kelas.” Tegur Pak Tono.

“Maafkan saya, Pak. Tadi pagi saya gak sarapan jadi saya makan dulu di kantin.” Jawab siswa itu dengan wajah polosnya.

“Ya udah, kali ini kamu saya maafkan karena kamu murid yang baru masuk kemarin. Lain kali jangan diulangi lagi, Jino. Silahkan duduk.” Pak Tono memaklumi perbuatan Jino karena dia murid baru di sekolah itu.

“Baik, Pak. Terima kasih.” Jino menyalami Pak Tono dan segera duduk di kursinya.

Sejak Jino masuk ke kelas sampai ia duduk selalu diperhatikan oleh seisi kelas. Mereka tampak bingung atau lebih tepatnya baru melihat sosok Jino yang kemarin pakai masker ternyata seperti itu wajahnya.

The Truth UntoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang