Malam yang hening ini, kulihat beraja di atas sana. Langsung kupejamkan mata dan berdoa apa yang kupinta. Konon katanya, saat ada beraja jika kita berdoa maka akan terkabul doanya. Tapi, entahlah mungkin itu hanya mitos belaka. Namun, aku pun melakukannya, siapa tahu mitos itu benar. Satu hal yang kukatakan dalam hati kecil ini.
"Beraja, biarkan ku mencinta meski hanya sepandurat saja."-
-Pertemuan demi pertemuan telah diatur oleh Sang Maha Kuasa. Entah itu yang berkesan ataupun yang malah membuat terluka, kita tak pernah tahu itu. Kita hanya perlu menjalani setiap alur hidup ini, mengikuti skenario yang telah tertulis. Jika pertemuan itu hanya bisa membuat terluka, mungkin yah memang begitulah yang seharusnya terjadi. Dan jika pertemuan itu berkesan, ingat bahwa Tuhan sayang kamu melalui nikmat yang diberikan, maka jangan pernah sia-siakan hal yang ada di depanmu.
-
Pagi ini Key terbangun karena suara dering ponselnya yang menandakan ada orang yang menelepon. Orang itu tak lain, Vintanio.
Hattchii... halo Key.
Iya, lo kenapa? Kok bersin-bersin?
Gue lagi gak enak badan nih. Tolong bikinin surat izin ya.
Lo gila yah? Ntar yang tanda tangan siapa? Masa gue?
Itu aja ribet. Minta tanda tangan nenek lo aja.
Emang ortu lo, kemana?
Lagi di luar kota.
Oh, gitu. Yaudah ntar gue bikinin.
Makasih, gue tutup teleponnya.Setelah Vintanio menutup teleponnya, Key langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Baru sesudahnya ia mengenakan seragam putih abu-abu dan langsung menulis surat milik Vintanio.
Karena Vintanio sakit, Key pun menghubungi Jino agar menjemputnya.🐰🐰🐰
Di sekolah
"Vintanio kemana, Key?" tanya Jino.
"Lagi sakit,"
"Bisa sakit juga tuh anak,"
"Ya bisa-lah, dia juga manusia,"
"Ngomong-ngomong dia sakit apa, Key?" tanya Hanna yang dari tadi mendengarkan perbincangan Key dan Jino.
"Biasa lah, demam."
"Key, lo mau jenguk dia gak? Kalo mau jenguk gue juga mau ikut boleh kan?" tanya Hanna.
"Boleh lah. Pulang sekolah nanti kita bakal jenguk Vintanio. Lo ikut aja."
Bukan Key yang menjawab tapi Jino. Siapa yang ditanya siapa yang jawab. Biasalah Jino kan agak-agak. Key memaklumi tanda ia pun setuju jika pulang sekolah nanti mereka akan menjenguk Vintanio.
Percakapan mereka terhenti karena guru bahasa Indonesia mereka masuk ke kelas. Siswa pun kembali ke tempat duduk masing-masing untuk memulai pelajaran mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Untold
أدب المراهقينKau bilang kau suka dia. Aku bilang aku suka dia. Kebohongan apa lagi yang harus aku katakan padamu? Aku pun tak tahu. Pada akhirnya kita sama-sama tak bisa mengatakan kebenaran itu. Jika diberi waktu untuk mengatakannya, akankah kita sama-sama ber...