Part 2-Vin

1.4K 149 98
                                    

Ada saatnya kita menanti-nanti sebuah hal yang terkadang tanpa kepastian yang jelas. Namun, dibalik semua itu kita selalu suka menantinya meski itu sakit. Sesakit apapun kita masih terus bertahan tanpa menghiraukan perihnya yang kita rasakan. Yang namanya menanti itu pasti sakit, tapi menyenangkan.

                         🐰🐰🐰

Triinngggggg..... Triinngggggg..... Triinngggggg.....

Hal yang paling dinantikan oleh seorang pelajar adalah bel pulang sekolah. Seakan-akan itu sebuah panggilan menuju surga.

Tak terkecuali untuk seorang Vintanio Abraham, yang hanya numpang tidur dan makan di sekolah. Baginya surga adalah saat tidur siang di kelas dan neraka adalah saat belajar matematika ataupun fisika disaat siang bolong.

Pastinya banyak tantangan di saat-saat jam siang karena banyak sekali domba-domba pengantar tidur yang menghasut murid untuk tertidur pulas.

Suara guru matematika dan fisika bagaikan nyanyian pengantar tidur bagi mereka.

“Akhirnya... pulang juga ya.” Sambil menguap dan meregangkan otot-otot.

“Lo tu ya, kebiasaan tidur pas pelajaran yang penting-penting.” Key nampak prihatin dengan sahabatnya.

“Males gue nyimaknya. Lagian, gue perhatiin guru ngejelasin pelajaran gak ngerti juga ujung-ujungnya. Daripada waktu gue sia-sia kan mendingan gue tidur.”

“Gak gitu juga kali, Vin. Usaha dulu dong biar ngerti. Kan kasian orang tua lo yang udah cari nafkah demi nyekolahin lo.”

“Bodo amat, Key. Yang penting gue ke sekolah tiap hari, biarpun gak ngerti apa-apa.”

“Udahlah terserah lo aja. Mending gue pulang daripada ngeladenin orang gila kayak lo.”

Key berlalu pergi meninggalkan Vintanio yang masih mabuk tidur.

Dengan tertatih-tatih Vintanio mengejar Key.

Vintanio terjatuh saat mengejarnya dan wajahnya seperti orang kurang tidur.

“Key... tolongin gue.” Rengek Vintanio yang tersungkur di koridor kelas.

“Ya ampun, Vin. Lo kenapa?” Key nampak khawatir.

Key buru-buru menghampiri Vintanio.

“Gue kira lo kenapa-napa. Eh, rupanya elo masih ngantuk dan sampe segininya lo jatoh gara-gara ngantuk. Parah lo, Vin.”

“Bantuin gue....” Vintanio terus merengek seperti anak kecil.

Itulah kebiasaan Vintanio, saat dia mengantuk pasti tingkahnya langsung berubah.

Key merangkul Vintanio menuju parkiran. Seluruh mata tertuju padanya. Pasti pikiran-pikiran aneh telah menghujani kepala mereka yang melihat adegan itu. Key sih biasa-biasa saja, tapi mereka yang terlalu berlebihan.

“Key...” teriak seseorang dari belakang.

“Eh.. Hanna.”

“Itu si Vin kenapa?” tanyanya penasaran.

“Biasalah, Han.”

“Oh.. Ya udah gue anter kalian pulang mau gak?”

“Okedeh.. lagian Vin lagi tidur nih, kan gak mungkin gue goncengin dia pake motornya.”

Saat di dalam mobil, Key dan Vin duduk di belakang berdua.

Sedangkan Hanna yang menyetir terus memperhatikan mereka berdua melalui kaca mobil.

Gimana gak diperhatiin terus, kan Vin tidurnya di bahu Key. Sepertinya bahu Key adalah tempat ternyamannya saat tertidur, buktinya aja dia pulas banget tidurnya.

“Key..” panggil Hanna.

“Iya, kenapa?”

“Lo pernah gak punya perasaan sama Vin?”

“Maksud lo?” tanya Key yang masih tak mengerti juga.

“Ya.. maksud gue lo pernah gak suka sama Vin?”

“Emang kenapa lo nanya itu sama gue? Lo suka sama Vin ya?” tanya Key balik.

“Gue yang nanya kok lo balik nanya juga sih. Enggak kok, gue cuma nanya aja sama lo. Soalnya gue liat kalian itu deket banget.”

“Gue sama Vin kan emang dari dulu udah deket, Han. Kami itu udah sahabatan dari kecil, jadi gak mungkin kan gue suka sama dia.”

“Iya juga sih, Key. Lo kan sahabatnya, gue nanya ini sebenernya karena gue pengen mastiin aja kalau Vin masih bisa gue miliki.”

Hanna tampak tersenyum sambil melihat dari kaca ke arah Key.

Key yang juga melihat tersenyum membalas senyuman Hanna. Namun, dibalik senyuman manis Key ada makna tersirat di dalamnya.

                            🐰🐰🐰

Sesampainya di rumah Vintanio, Key langsung membopong Vintanio masuk ke rumahnya sedangkan Hanna menunggu di mobil.

Untung saja ada Bi Ani, pembantu rumah Vintanio yang membantu Key membawa Vintanio masuk ke kamar. Kalau tidak bisa ambruk deh badannya.

Dengan hati-hati, Key dan Bi Ani meletakkan Vintanio di atas tempat tidur.

Bi Ani pun langsung pergi meninggalkan mereka berdua karena masih banyak tugas yang menumpuk di dapur.

Key membuka sepatu dan menyelimuti tubuh Vintanio. Tanpa disengaja Key membelai rambut Vintanio sambil memandangi wajah tampan itu.

“Vin... lo tau gak gue paling seneng liat lo lagi tidur kayak gini.”

Kini Key mengusap pipi mulus Vintanio. Key terhipnotis dengan wajah ini. Tak bisa ia elak lagi bahwa dirinya benar-benar senang hari ini karena bisa melihat wajah tentram dan damai dari sosok Vintanio. Yang biasanya Vintanio urakan tak karuan, ternyata saat tidur ia lebih mirip pangeran dalam tokoh-tokoh dongeng.

“Vin, gue gak mau kehilangan elo. Bagi gue elo salah satu orang yang berharga di hidup gue. Setelah gue kehilangan orang yang gue sayang, elo hadir dan selalu beri gue semangat. Makasih, Vin udah jadi bagian dari hidup gue.

“Gue gak minta lebih kok asalkan lo tetep ada di deket gue aja itu udah cukup buat gue. Vin, sebenarnya gue—“

Hayoooo apa ya?? Entar aku update kelanjutannya. Segini aja dulu, lagi gak mood nih😥 Moga aja besok bisa update, yah kalau tugas udah selesai😇

Si Vin kok segitunya ya ngantuknya, udah kayak orang mabuk aja😂
Untung Key sabar.

Part 2 udah comeback, so dont forget to vote and coment this part. I hope you can enjoy this story.

Salam 2 jari✌




The Truth UntoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang