Kabar bahwa ada si Mas Tajir yang khilaf ngejar-ngejar diriku mulai menyebar ke seantero kantor.
Semua heboh membicarakannya. Dari jajaran orang penting, petugas ruang lobi, sampai penjual es cendol langgananku di depan gedung, tak ada yang luput dalam menggosipkan dirinya.
Tentang sosoknya tak cakep, tentang berpuluh-puluh buket mawar merah yang sering dikirim, ataupun tentang kebiasaan Mas Tajir yang sering gonta-ganti mobil mewah manakala berkunjung.
Serius, mobil yang ia pake memang sering gonta-ganti. Mirip Sales mobil.Saking gemasnya, aku bahkan menamai kontaknya dengan sebutan itu.
Ya itu, Si Sales Mobil.
"Jadi beneran si Daniel Ferdinand itu ngejar-ngejar kamu?" Pagi itu, tiba-tiba saja Bu Bos sudah nongol di ruanganku. Padahal aku sedang sibuk mencoba menelpon Elsa yang tak masuk sejak kemarin. Entah ada apa dengan anak itu. Telponnya tak aktif, pesanku tak dibalas. Tak biasanya dia menghilang tanpa pemberitahuan seperti ini.
"Daniel ... siapa?" tanyaku. Menatap Bu Bos dengan ekspresi bingung. Mencoba memastikan bahwa itu benar-benar nama lengkapnya. Serius, aku baru tahu.
"Itu, Daniel Ferdinand. Cowok sekelas Reino Barrack, tapi ini versi single." Bu Bos mulai menggebu-gebu.
Aku tercengang. "Reino Barrack? Suaminya Syahrini?"
Bu Bos mengangguk dengan mantap. "Cowok single grade A yang punya bisnis di mana-mana. Beneran kamu nggak tahu?"
Aku menggeleng. Kalau berbicara soal dunia fashion, perancang, maupun model terkenal, aku paham. Tapi kalau soal pebisnis, aku memang kudet.
"Dia punya Restoran, Mall, hotel, perusahaan transportasi, waralaba, Show Room mobil, banyak. Denger-denger, kekayaannya juga setara sama suaminya si Incess. Duh, mimpi apa kamu sampe dikejar-kejar orang kek gitu?"
Aku cuma melongo mendengar penuturan perempuan itu. Serius? Sekaya itukah Daniel? Wow, ini terdengar ... menggiurkan.
"Udah, nggak usah jual mahal. Ntar kalo dia ngedeketin kamu lagi, langsung di'hap' aja." Bu Bos terkikik. "Biar kayak kisah Cinderella gitu. Kalo koneksimu sama orang kaya makin meluas, Rumah Mode ini bisa makin besar." Perempuan itu mulai menggebu-gebu.
"Aku bisa nawarin produk kita ke Syahrini, Nia Ramadhani--"Penjelasan perempuan itu mengambang di udara ketika ponselku berbunyi. Mengira itu dari Elsa, ternyata bukan.
Pesan singkat dari si Sales Mobil."Boleh aku menelpon?" Begitu tulisnya.
Sempat terpikir untuk buru-buru memamerkan pesan itu pada Bu Bos, tapi akhirnya urung kulakukan. Aku tak mau terlalu halu.
Si Daniel memang sudah terang-terangan mengatakan tertarik padaku. Tapi, siapa tahu dia cuma main-main.Akhirnya, kuputuskan untuk mengabaikan pesan singkat tersebut lalu kembali fokus pada ocehan Bu Bos. Staminanya dalam hal ngoceh tergolong luar biasa.
"Pokoknya kalo kamu jadian sama si Daniel, ibu dukung, deh," ucap Bu Bos lagi sebelum mengakhiri pertemuan kami lalu kembali ke ruangannya.
Aku menarik napas lega, lalu kembali asyik dengan ponselku. Masih berusaha untuk menelpon Elsa walau nihil.
Sampai akhirnya pesan singkat itu kembali datang. Dari si Sales Mobil. Lagi.
"Gimana? Boleh aku menelpon?" Begitu tulisnya.Sempat ragu, akhirnya kuputuskan untuk membalas pesan tersebut.
"Oke."Dan tanpa perlu menunggu lama, pria itu benar-benar menelponku.
"Hai." Ia menyapa terlebih dahulu, antusias."Aku ingin ngajak kamu makan siang. Yah, itu pun kalo kamu nggak sibuk. Gimana? Bisa?" Kembali ia berucap. Masih dengan antusiasme yang sama.
Busyet, balas salam saja belum, ini sudah ditodong makan siang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sexy Daddy
RomanceBersahabat dengan Abay Wesley sejak kecil, tak pernah terbersit sedikitpun di benakku bahwa aku akan menganggapnya istimewa. Bukan sekedar istimewa sebagai seorang sahabat, tapi istimewa sebagai ... lelaki. Ketika dia memutuskan menikah dan pindah...