12. About You

11.2K 1.3K 82
                                    


"You're not the one who crossed the line, Zoya. But, I did."

Untuk kesekian kalinya, aku dibuat tercengang dengan kalimat yang meluncur dari mulut Bae.

"Faktanya, selama ini aku tak pernah benar-benar menjadi sahabat baikmu, karena aku menganggapmu lebih dari itu."

Kedua mata kami bertemu. Hening menyelimuti area kolam renang. Lagi-lagi jantungku berdebar. Sungguh, aku tak pernah segugup ini berhadapan dengan Bae. Kali ini aku seolah berhadapan dengan sosok berbeda. Jadi, selama ini dia menganggapku ... apa?

"Kamu sudah cantik sejak kecil. Kamu juga lucu, nyenengin. Ketika kamu tumbuh makin besar, kecantikanmu jadi berlipat. Begitupula dengan sikapmu, makin lucu, makin nggemesin. Dan aku gagal untuk nggak terpesona." Ia mengangkat bahu. Kedua mata itu berbinar manakala bercerita, tentang hal-hal yang kami lalui bersama. Sejak kapan ia begitu? Apakah kedua mata itu memang selalu seperti itu manakala berbicara denganku? Atau baru kali ini? Atau … aku yang selama ini tak menyadarinya?

"Aku suka ketika kamu jutek. Aku juga suka ketika kamu bertingkah konyol. Aku suka caramu ketawa, caramu bicara, caramu berdebat. Aku bahkan suka caramu menghentakkan kaki manakala kesal. Pokoknya, aku suka semua."

Seketika aku ingat tentang semua yang dikatakan Bae. Bagaimana aku bertingkah konyol di hadapannya. Bagaimana ketika aku berdebat dan bersikap ketus pada orang yang tak kusuka. Dan, bagaimana aku selalu menghentakkan kaki ketika sedang kesal. Aku bahkan seakan baru tersadar dengan kebiasaan itu.

"Sejak kapan kamu jatuh cinta padaku?" Akhirnya aku menanyakannya.

"Sejak semula."

"Kenapa kamu nggak pernah bilang?"

"I did. Aku sudah melakukannya. Aku memberimu banyak kode, tapi kamu nggak peka. Bahkan ketika aku terang-terangan menyatakan perasaanku padamu, kamu menolaknya. Karena kita sahabat baik, itu katamu."

Bae menggigit bibir, lalu kembali berkata, "All my tatoos are telling about you."

Kali ini aku ternganga.

Gimana-gimana?

“Semua tato yang ada di tubuhku bercerita tentang kamu.”

Tato-tato itu … tentang diriku?

Pria itu mengangguk. Seolah menjawab pertanyaan dalam hatiku.

“Ini ….” Bae menunjuk tato bintang bertuliskan ‘You get what you did’ di dada sebelah kanan. “Tato pertama, tanda bahwa waktu itu aku benar-benar sanggup melakukan apapun untukmu. Menerima pukulan, tusukan, demi dirimu. Saat itu, I felt like a hero. Aku seperti pahlawan sungguhan untukmu. Setelah kejadian itu, aku berharap bahwa kamu akan menyadari bahwa perhatianku ke kamu selama ini lebih dari sekadar teman masa kecil. Nyatanya, kamu tetap nggak peka.” 

Owh, aku kira tato itu untuk menutupi luka bekas tusukan.

“Lalu ini.” Kali ini ia menunjuk tato gambar macan di lengan. “Ketika kamu bilang ingin beli macan, aku mengabulkannya lewat tato.” Ia terkekeh. “Waktu itu aku merasa konyol, tapi setelah dipikir-pikir, tato ini keren. Lagipula, kamu yang bilang ingin punya macan, maka kulakukan.”

Tato itu untukku? Lalu kenapa ia menunjukkannya pada Sisca dengan senyum semringah? Kenapa tak ia tunjukkan padaku lebih dulu?

“Kamu mengabaikanku. Bahkan ketika aku mencoba menunjukkannya padamu.”

“Aku melakukannya?”

Ia mengangguk. “Kamu sibuk dengan cowok baru, setelah Pete. Entah siapa namanya. Yang punya dandanan rambut ala film mandarin dan senantiasa ke kampus dengan tas ransel warna cerah."

Sexy DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang