02. Everything happens for a reason

19.8K 1.5K 22
                                    

Selagi aku sibuk menutupi tubuhku dengan tangan, Bae yang buru-buru berlari ke teras mengambil handuk. Senyum geli tak lepas dari wajahnya dan itu makin membuatku sebal.

Well, kami memang bersahabat baik, kami dekat satu sama lain, dan kami sering berbagi tentang banyak hal. Tapi kepergok telanjang di hadapannya, benar-benar yang telanjang bulat, itu sungguh memalukan.

Tubuhku bahkan masih basah, masih licin, dan... Apakah rambut di area itu sudah ku-wax?
Duh.

"Lama nggak ketemu dan sekarang kamu punya hobi baru ya? Fashion show bugil?" Bae terkikik geli seraya menyodorkan handuk di tangannya.
Dengan tatapan berkilat, aku menyambar handuk itu dari tangannya seraya mendengus jengkel. Jika saja tanganku sedang tak sibuk dengan handuk dan proses menutup tubuh, aku pasti sudah berlari ke pojok ruangan, menyambar pot, lalu melemparkannya pada Bae sekarang juga!

"Bae! Ini kekecilan!" Aku menjerit ketika menyadari bahwa handuk yang diberikan Bae terlalu kecil. Jika aku tetap menggunakannya, maka handuk ini hanya mampu menutupi dadaku hingga pantat saja.

"Nggak ada. Yang lain basah. Udah, itu aja dipake. Toh cuman ada kita berdua. Kayak nggak pernah bugil di depanku aja." Bae berujar santai.

Aku mendelik. Teringat bahwa dulu ketika masih duduk di Sekolah Dasar kami sering sekali mandi bersama di kolam belakang rumah Bae.
"Itu kan dulu!" Bentakku.

"Udah, ambil baju di kamar sana." Pria itu kembali berujar.

Aku bersungut sambil bangkit. Kemudian dengan langkah rikuh aku beranjak ke kamarku. Satu tangan sibuk memegangi ujung handuk yang berada di dada, sementara tangan satunya sibuk memegangi pinggiran handuk yang tepat berada di bawah pantatku.

"Jangan lihat!" Bentakku ketika tatapan mataku kembali beradu dengan Bae. Dan lelaki itu hanya mengangkat bahu lalu terkekeh.

Beberapa menit kemudian aku kembali menemuinya setelah berhasil mengenakan baju dengan buru-buru. Celana pendek selutut dan t-shirt longgar bergambar Micky Mouse.

"Kapan datang?" Tanyaku.
"Tadi sore," Bae menjawab sambil duduk santai di kursi sofa yang berada di dekat dapur.
"Lea?"
"Ikut juga. Sekarang lagi main-main tuh sama eyang-nya."

"Liburan?" Tanyaku lagi sambil membuka kulkas, meraih dua botol minuman kaleng, dimana yang satunya kuberikan pada Bae.

Bae menerima uluran minuman dariku sambil mengangguk.
"Bukan akhir tahun, bukan weekend, kok udah liburan?" Aku menghempaskan tubuhku di samping Bae. Lelaki itu hanya mengangguk, terkesan malas menjawab.

"Lea kangen sama eyangnya, begitupula sebaliknya."

Aku manggut-manggut sambil menyesap minumanku. Ketika hendak membuka obrolan lagi, tiba-tiba saja ponselku berdering.
"Bentar ya."
Aku bangkit dan berlari ke kamar kembali lalu segera menyambar ponselku di atas tempat tidur.
Dari Elsa.

"Oh, Elsa..."
"Mbak Zoyaaaa!! Mbak Zoya dimanaaaa??? Aku udah ada di tempat janjian kitaaa..."

Aku sampai harus menjauhkan ponsel itu dari telingaku ketika terdengar lengkingan dari seberang sana.
"Mbak Zoyaaaa.....!!"
Dan seketika aku membelalak. Astaga, aku lupa kalau punya janji dengan Elsa. Harusnya aku sudah ada di sana sejak satu jam yang lalu. Duh, gimana ini?

"Mau keluar?"

Aku menoleh dan mendapati Bae sudah berdiri di ambang pintu kamarku. "Mm, begitulah. Aku lupa kalo aku ada janji ketemuan dengan temenku," jawabku.
"Pacar?"
"Bukan. Temen cewek kok. Biasa, hang out, party kecil-kecilan gitu."

Bae manggut-manggut. "Oke deh, cepat berangkat sana. Lain kali kita ngobrol lagi."
"Nggak apa-apa kan, Bae? Kita lama nggak ketemu dan kamu baru aja dateng tadi sore, harusnya kita bisa ngobrol-ngobrol kayak biasanya. Tapi..." Aku mengangkat bahu.

Sexy DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang