Apa kalian pikir keributanku dengan emak-emak sosialitah di depan sekolah Lea hanya sebatas adu mulut? Oh, tentu saja tidak, Sodara-sodara.
Kami terlibat adu fisik yang lumayan seru. Serius.Sebenarnya aku sudah menahan diri untuk tidak terpancing. Tapi karena perempuan itu terus saja mengoceh dan menjelek-jelekkan Lea, akhirnya jiwa petarungku bangkit.
Aku ingat bahwa akulah yang merangsek dan menarik rambutnya duluan. Tak butuh waktu lama, kami terlibat adu fisik dan bergumul.Keributan di antara kami baru terhenti ketika dua orang satpam sekolah datang melerai.
Mereka bahkan membawa kami ke kantor BP untuk menyelesaikan pertikaian tersebut.Astaga, aku hanya tak percaya bahwa di usiaku yang tak lagi muda, aku harus masuk ruang BP karena kenakalan -- emak-emak?
°°°
Dalam perjalanan pulang, dengan Lea yang duduk di kursi penumpang, tak banyak yang kami obrolkan. Gadis kecil itu lebih banyak diam, sementara aku sibuk merapikan rambutku yang masih sedikit berantakan. Aku menemukan luka gores akibat cakaran di pelipis kanan. Tapi tak apa-apa, toh aku juga sempat melakukan hal yang sama pada emak-emak sosialitah tersebut.
"Papi ke mana? Kenapa Tante yang jemput?" Akhirnya Lea bertanya.
"Ada rapat mendadak. Jadi Tante yang jemput," jawabku. Masih asyik merapikan rambut sambil nyetir.
"Jadi ... apa Tante dimarahi bapak ibu guru?"
Pertanyaan Lea membuatku terkekeh. "Emang kenapa tante dimarahi bapak ibu guru? Tante 'kan orang dewasa, Lea."
"Mmm, Lea lihat Tante dibawa ke ruang BP sama pak satpam. Biasanya cuma anak-anak nakal yang dibawa ke sana. Lea sudah dua kali, bersama Dendy. Waktu itu kami habis berantem."
Aku sempat meringis mendengar penuturan Lea. Astaga, apa dia melihat semuanya? Perkelahianku dengan emak sosialitah itu? Duh.
"Lea lihat kok Tante berantem sama Mamanya Dino."
Aku terbatuk. Nah, kan.
"Kamu lihat tante berantem?"
Lea mengangguk."Jadi itu emaknya Dino? Yang sering kamu ceritain itu? Yang sering ngomong hal buruk soal Feli?"
Lagi-lagi Lea mengangguk dengan polos. "Iya. Yang berantem sama Tante itu Maminya Dino. Tadi kami lihat ribut-ribut itu dari jendela kelas."
Duh Gusti, ini nggak keren sama sekali. Terlibat aksi murahan di depan anak kecil? Terlebih di depan Lea?
"Errr, sebetulnya ... itu ...." Aku menggaruk kepalaku yang tak gatal.Mulanya, aku mengira Lea akan sewot dengan tindakanku. Ngambek, atau apalah. Nyatanya, kalimat lain malah keluar dari bibir mungilnya. "Tante keren sekali."
Aku tercengang. Melirik Lea dengan tak percaya. Hah?
"Dino itu anaknya nakal banget, Tante. Dia sering ngata-ngatain aku, godain aku, kadang bekalku juga dia comot tanpa ijin. Setiap kali aku balas, dia ngadu ke Maminya. Kadang tiap pulang sekolah, kalo Papi belum datang, Maminya Dino selalu bilang kalo aku yang nakal .... "
Untuk beberapa waktu kemudian, aku dibuat takjub ketika menyaksikan bocah imut itu menceritakan dengan gamblang bagaimana kesewenang-wenangan senantiasa ia terima dari bocah nakal bernama Dino, plus Maminya.
Bagaimana ia merasa lega karena mengira aku telah berhasil membalaskan dendamnya.Menyaksikan bagaimana Lea bercerita, aku semakin yakin bahwa, well, aku dan anak ini ternyata berada pada spesies yang sama.
°°°
Aku dan Lea sampai di rumah nyaris berbarengan dengan kedatangan Bae.
Pria itu menyambut kami dengan ekspresi wajah bersalah.
"Duh, maaf ya, Zoya. Jadi ngerepotin kamu, nih," ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sexy Daddy
RomanceBersahabat dengan Abay Wesley sejak kecil, tak pernah terbersit sedikitpun di benakku bahwa aku akan menganggapnya istimewa. Bukan sekedar istimewa sebagai seorang sahabat, tapi istimewa sebagai ... lelaki. Ketika dia memutuskan menikah dan pindah...