17

301 22 14
                                    

Semi pergi sejauh mungkin sebisanya. Langkah langkahnya cepat di tengah malam yang sepi. Di tengah pelariannya, dia tidak bisa menahan air matanya lagi. Untungnya saat itu sudah larut malam, sehingga jajanan sudah sepi dan tidak ada yang memperhatikannya.

Dia tak habis pikir. Baru saja beberapa hari yang lalu, Yixing menyatakan perasaannya pada Semi. Dan hari ini, di depan matanya sendiri. Dia menyaksikan Yixing melakukan sebuah adegan kotor dengan orang lain. Kalau Yixing mencintainya, bukankah seharusnya dia tidak melakukan hal seperti itu. Apalagi di rumah yang ditinggali oleh mereka berdua.

Perasaan Semi makin menggebu-gebu. Marah, sedih, kecewa, semuanya bercampur menjadi satu. Setiap langkahnya, semakin deras air matanya mengalir. Dia sudah berjalan sangat jauh. Bukannya lelah, di setiap langkah dia merasa ingin berjalan lebih cepat dan cepat lagi.

Sampai kemudian, dia menabrak sesuatu. Atau mungkin seseorang. Semi terlalu sibuk menangis dan tidak memperhatikan jalan. Dia terhuyung ke belakang. Ketika dia mendongak, dia melihat Jongin. Menatapnya dengan tatapan terkejut.

|||

Semi duduk di depan sebuah minimarket. Matanya bengkak. Tak lama kemudian, Jongin muncul dari dalam minimarket. Membawa dua gelas minuman hangat. Dia menyodorkan salah satunya ke arah Semi. Semi menerimanya, namun dia tidak meminumnya. Melainkan hanya membawanya di antara kedua telapak tangannya.

"Apa yang kau lakukan di tengah malam menangis seperti ini?" Tanya Jongin khawatir.

Semi diam, tidak menjawab apapun.

Jongin menghela napas, "kalau kau tidak mau cerita, aku tidak masalah." Jongin menyeruput minumannya, "kalau kau butuh bantuan, jangan sungkan memintanya padaku."

Tepat setelah kalimat Jongin selesai, Semi berkata. "Bisakah aku...." Jongin menoleh, menunggu kelanjutan kalimat Semi. "Menumpang di rumahmu untuk beberapa saat."

Jongin terkejut dengan kata kata itu. Setelah sedikit jeda, Semi menoleh ke arah Jongin. "Maafkan aku, tapi aku sangat butuh tempat menumpang saat ini juga. Aku meninggalkan dompet dan ponselku di mobil."

Jongin bisa melihat keputusasaan di mata Semi. Lagipula, ini sudah larut malam. Tidak mungkin baginya untuk meninggalkan seorang wanita berkeliaran di gelapnya jalanan.

Jongin membawa Semi ke rumahnya. Selama di perjalanan, Semi hanya diam. Bahkan ketika mereka sampai, dia juga masih diam. Itu benar benar canggung bagi Jongin.

"Kau bisa memakai kamarku, aku akan tidur di sofa." Kata Jongin setelah mengantar Semi ke kamarnya.

Dia berjalan keluar, saat dia sampai di pintu. Semi memanggilnya, "Jongin...." Jongin berbalik, menunggu kelanjutan kalimat Semi. "....Terima kasih."

Jongin tersenyum padanya, "jangan dipikirkan." Kemudian dia menutup pintu.

|||

"Ini pakaianku, kau bisa meminjamnya." Ucap Jongin di pagi harinya. Semi baru saja bangun, dan matanya sudah tidak bengkak lagi. Namun dia masih tetap terlihat putus asa.

"Maaf aku merepotkanmu," ucap Semi.

"Tidak masalah," Jongin tersenyum. Kemudian berbalik keluar kamar.

"Jongin...." panggil Semi sekali lagi, menyebabkan Jongin berbalik sekali lagi. "Bisahkah aku menetap di sini untuk beberapa hari ke depan? Sejujurnya, aku tidak punya destinasi."
Aku
Jongin tersenyum, "tidak masalah."

Malam harinya, Jongin membawakan Semi makanan. Mereka berdua makan bersama dalam diam. Udara canggung mulai menyebar lagi di antara mereka.

"Sebenarnya, kau ada masalah apa?" Jongin memulai percakapan yang belum tentu akan berlanjut.

Sebenarnya dia sudah penasaran sejak kemarin. Terakhir kali, bukankah Semi akan menikah? Mengapa tiba-tiba dia muncul di tengah malam dengan pipi basah? Apa sebenarnya yang terjadi?

Jongin memang sudah merelakan perasaannya pada Semi. Namun itu bukan berarti dia menjadi tidak peduli lagi dengan kehidupan Semi. Bagaimanapun juga, Semi adalah temannya di masa lalu.

Pertanyaan yang diajukan Jongin tadi tak kunjung mendapatkan jawaban. Jongin sudah kehilangan harapan bahwa percakapan itu akan berlanjut. Dia menyendok makanannya. Namun sebelum makanan iu sampai di mulutnya, dia terkejut dengan Semi yang tiba-tiba menangis.

Jongin meninggalkan makanannya dan menenangkan Semi. Setelah cukup tenang, Semi mulai menceritakan segala sesuatunya sejak awal. Mulai dari perjodohannya dengan Yixing, sampai dengan kejadian yang dialaminya kemarin. Setelah menceritakank semuanya, tangisnya pecah kembali. Tangisnya begitu hebat sampai dia kelelahan. Setelah menangis dia langsung tertidur. Jongin kehilangan kata katanya dan tak sanggup bereaksi apa apa. Terlalu banyak hal untuk dicerna. Namun yang menjadi fokusnya adalah bagaimana Semi menghadapi semua itu sendirian. Dia tak sanggup membayangkan betapa beratnya kehidupan yang dialami Semi.

|||

Sudah beberapa hari Semi menumpang di rumah Jongin. Dan sudah beberapa hari dia tidak mendengar kabar tentang Yixing, Suho, ataupun keluarganya. Ponselnya sengaja dinonaktifkan dan dibuang agar tidak ada yang dapat menghubunginya ataupun melacaknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 18, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Married A Gay[lay]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang