Hai!
Lama tak bertemu, pada kangen nggak? ;)
Nggak kangen? Yaudah
***
Aku bukannya takut dengannya. Aku hanya terlalu terbiasa berdiri dibelakangnya. Sampai aku lupa cara untuk melawan.
-Zhang Yixing-Aku masih terjaga dengan laptop di depanku. Ini sudah hampir tengah malam. Yixing sudah tertidur di sebelahku.
Setelah jalan jalan sore tadi, dia mengajakku makan di sebuah restoran. Lalu pulang ke apartemen kami.
Sejak kepulanganku dari (bakal) toko bunga milikku, aku tidak melihat tanda tanda Suho sama sekali. Mungkin karena dia sudah mendapatkan apa yang diinginkannya dari Yixing. Lalu dia pergi meninggalkannya.
Terkadang aku merasa kasihan terhadap orang ini. Aku merasa sepertinya Suho tidak mencintainya secara tulus. Aku rasa perasaan Suho hanyalah sebuah obsesi belaka.
Menyedihkan!
"Mmm.... Semi? Kau belum tidur?"
Eh, dia bangun?
"Apa yang kau lakukan malam malam begini dengan laptopmu?"
Dia mengucek ucek matanya karena silau cahaya dari layar laptopku.
"Ah itu, aku sedang mencari referensi furnitur yang akan kupakai di tokoku,"
"Kau mau buka toko?"
"Iya, toko bunga."
"Kenapa kau tidak bilang padaku?"
"Aku mau bilang, tapi sepertinya kau sangat asik dengan Suho saat itu."
Dia terkejut, lalu memalingkan wajahnya. Aku melihat sebuah perasaan bersalah dari raut wajahnya.
Kenapa? Kenapa kau merasa bersalah? Bukannya seharusnya aku yang merasa bersalah akan hal ini? Akulah yang mengganggu hubungan kalian.
AKULAH YANG HARUS DISALAHKAN ATAS SEMUA INI. KAU HANYA MEMBUATKU SEMAKIN MERASA BERSALAH DENGAN MEMASANG WAJAH SEPERTI ITU!
"Tapi, kenapa kau membu-- SEMI?!"
Tangisku pecah, aku hanya belum bisa menerima semua yang terjadi padaku belakangan ini.
Tentang perjodohanku dengan Yixing, lalu hubungannya dengan Suho. Dan kemunculan Jongin yang membuatku gelisah.
Selama ini aku bertingkah seperti wanita yang kuat. Tapi sebenarnya, aku tidak berbeda dengan perempuan lain yang mudah menangis.
Yixing panik kemudian memelukku. Wajahku tenggelam di dadanya. Bukannya berhenti, tangisku malah semakin deras dan aku tidak sungkan berteriak di dadanya. Tanganku mulai memukul mukul dadanya sebagai pelampiasan. Tidak ada yang peduli dengan nasib laptopku.
"Aku tak tahu masalahmu, tapi kau bisa melakukan apapun asal itu membuat perasaanmu membaik,"
Aduduh, gentle banget dah si issing - thor
***
Sudah 5 menit aku menangis di pelukannya. Dan entah sejak kapan tanganku sudah mengalung di punggungnya. Jadi aku langsung melepaskan tubuhku darinya. Dan dapat kulihat, kaos yang dikenakan Yixing sudah basah kuyup di bagian dada.
"Ma, maafkan aku. Bajumu basah!"
Dia melihat kaosnya yang basah karena air mata bercampur umbel dan liurku.
"Ma... maafkan aku. A... aku akan mencucikannya untukmu," tanganku maju ke arahnya, namun tangannya lebih dulu mencengkram tanganku.
"Apa yang mengganggu pikiranmu? Kau bisa ceritakan padaku kalau kau mau,"
Aku memalingkan mukaku darinya. Mendadak aku ingat kembali kejadian kejadian yang sudah sudah.
Dia menghela napas, dan menurunkan tanganku.
"Baiklah, kalau kau tak mau cerita. Tapi, kenapa kau mau membuka toko bunga? Tolong jawab aku kali ini."
Aku mengambil napas dalam sebelum akhirnya mulai bicara.
"Sebenarnya, aku iri dengan kedua kakakku. Sejak kecil, aku yang paling berbeda dari mereka berdua. Mereka sama sama pintar. Sedangkan nilaiku di sekolah biasa biasa saja.
Mereka belajar dengan giat untuk mendapat nilai sempurna. Namun yang kulakukan, hanyalah bermimpi tentang sesuatu yang tidak bisa kulakukan.
Oleh sebab itu, orang tuaku meremehkanku dan akhirnya menjodohkanku denganmu demi bisnis mereka.
Aku tahu aku tak pantas mengatakan ini tentang kakak kakakku. Karena aku tahu mereka sangat menyayangiku. Tapi yang membuatku kesal adalah orang tuaku.
Mereka begitu meremehkanku, jadi aku ingin membuktikan kepada mereka. Bahwa mereka salah!"
Dia meletakkan tangannya di pundakku. Membuatku refleks menatapnya.
"Semi, aku akan terus mendukungmu. Kau tidak sendirian, kapanpun kau butuh bantuan, bilang saja padaku!"
Aku merasa tersemangati dengan perkataannya. Sampai kemudian,
Cup!
Aku tidak tahu sejak kapan bibirnya menempel di bibirku. Gerakannya sangat cepat, wajahku memerah, aku sangat malu.
Dia melepaskan ciumannya. Dan tersenyum padaku,
"Besok, aku akan membantumu memilih furnitur yang akan kau gunakan di tokomu itu. Tapi sebelumnya, kau harus tidur. Ini sudah sangat larut,"
Dia mengamankan laptopku yang berkemungkinan rusak bila terus berada di situ, dan sekalian mengganti kaos yang basah karena ulahku.
Aku berbaring membelakangi bagian kasurnya. Aku terlalu malu mengingat kejadian barusan.
Tak lama kemudian aku merasakan tangan yang menelusup dari bawah selimut memelukku dari belakang. Dan kami tertidur dengan posisi Yixing memelukku.
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
I Married A Gay[lay]
FanfictionBest Rank: #1 in suholay 17/07/2019 Dijodohkan dengan pria tampan? Siapa yang akan menolak?! Namun siapa sangka, pria itu adalah seorang gay! Yang lebih parah lagi, dia sudah punya pacar dan enggan mengakhiri hubungan mereka. Adalah Park Semi, wanit...