Berjumpa kembali

2.2K 103 1
                                    


Senin pagi yang malas, melajukan si merah memasuki parkir basement kantor. Menunggu Miranti di lobby utama gedung perkantoran ini, ada rasa enggan memasuki ruang kantor sendirian. Merasa muak mengingat kejadian tempo hari, tetapi aku harus tetap bertemu Papi dan Doni karena kita satu ruang kerja.

"Pagi beib," sapa Miranti yang sudah berdiri di depan ruang tunggu lobby, wajahnya sedikit murung mungkin karena tahu kondisi hatiku saat itu.

"Beib, gimana nanti kalau aku gak ada kamu? Aahhh ngapain juga sih Leo pakai melarang kamu kerja disini?!" gerutuku sambil memeluk pinggangnya dan melangkah menuju lift.

"Aku suruh kelola butik aja beib, gak suka dia aku ketemu pria lain."

"Helaaahhh posesive man."

Kami terdiam ketika memasuki ruang dua di kantor, sekilas terlihat Papi sudah duduk manis di kursi kebesarannya sibuk dengan gadged.

Semua menatap ke arah kami yang masuk tanpa salam padahal biasanya kami paling heboh, aku tak perduli. Menatap layar hitam tipis di dinding, terpampang gambar garis merah hitam seperti lilin yang naik turun. Segera membuka laptop dan memeriksa transaksi para Nasabah, harga bagus untuk beli. Terlihat Miranti menghadap Papi, pasti akan pamitan sebab mereka meninggalkan ruangan menuju ruang briefing atau biasa kami sebut VIP.

Pukul sepuluh aku berdiskusi dengan dua staff, sengaja berlama-lama hanya untuk menghabiskan waktu. Tiba waktu istirahat, Miranti mengajak makan siang di Pujasera seberang kantor, aku terus berusaha menghindari berbicara dengan Papi. Melihat dari jauh saja rasanya jijik, lalu bagaimana bisa terus bekerja disini.

"Mega!" tiba-tiba Doni sudah duduk di kursi depan kami, aku mendongak sebentar kemudian menatap piring yang sudah kosong.

"Me, sorry banget sorry," telapak tangannya ditlangkupkan depan dada, "Aku tahu kamu marah dan mungkin benci melihatku, tapi suer aku gak berniat jahat Me."

"Hahaha," tawa sengaja ku keraskan, Miranti hanya mendengus kesal.

"Trus sekarang kamu datang minta maaf bilang khilaf gitu, anj**g banget Don!" Aku menatap tajam ke mata Doni.

"Apa kamu pikir maaf bisa mengubah semua jika malam itu bener kejadian seperti yang telah kalian rencanakan? Suer Don, gak kepikiran banget kalian bisa sedemikian menjijikan."

"Tapi suer Me, aku gak tahu rencana Papi begitu. Aku tahu ya sudah mabuk dan diajak Papi untuk ngerjain kamu, jadi soal sabotase hanya Papi yang tahu."

"Hahaha... Dan kamu mau kan? Tapi ingat Don, Allah selalu mengirimkan malaikat penolong karena aku juga tak pernah berbuat macam-macam apalagi berpikir buruk tentang kalian!?" Suara sedikit bergetar menahan emosi yang dari kemarin menyiksa.

Doni menatap dengan wajah penuh penyesalan, "Tapi Papi penasaran bagaimana kamu bisa kenal Bang Langit, mereka itu pernah ada masalah soal investasi makanya Papi pergi kan setelah melihat siapa yang menolongmu!?"

"Langit?" tanyaku sambil meneguk es jeruk, siapa diantara malaikat itu yang bernama Langit.

"Haduuhh itu yang motor hitam, kamu kenal kan?"

"Yaaa, Bang Langit? Eeehh di Club Ninja." jawabku asal saja padahal tahu namanya saja baru sekarang meskipun seharian kemarin kami bersama, aah Langit namanya pantas dingin angkuh dan tinggi namun indah.

"Sekali lagi sorry ya Me, mungkin gak pantas aku dimaafkan tetapi aku akan tetap menghargai pertemanan kita selama ini. Sebagai pelajaran buatku kedepan, harus berhati-hati juga agar tidak salah langkah lagi."

"Yaaa semoga gak ada target dan kejadian menjijikkan lagi Don, terus terang saja aku udah gak nyaman. Jadi kamu jangan ngarep aku akan terus bertahan disini, Miranti sudah hengkang mungkin aku menyusul."

Angkasa Yang TerbelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang