⭐
Tok tok tok.
Pintu kamar kost diketuk dari luar, aku dan Nanda saling berpandangan. Dada berdegup kencang sedangkan keringat mengucur deras, Nanda ikutan pucat pasi karena ketakutan.
Kami mundur dan merapat di dekat pintu kamar mandi, menahan nafas.Tok tok tok.
Suara ketukan diulang, Ya Allah aku takut jika mereka mendobrak pintu kamar. Namun,
"Mega."
Tok tok tok.
Seperti suara Bang Langit, tetapi aku masih ragu karena suaranya pelan. Kemudian,
"Cintaa."
Ituuu kan?
Ceklik.
"Abaangg!?"
Greeeb.
Karena saking senangnya mengetahui yang datang itu mereka, langsung memeluk tubuh yang berdiri di depan pintu, sesaat setelah memutar anak kunci.
"Duuhh kangen ya? baru juga semalam gak ketemu." Aku mendongak, dan wajah oriental yang imut kok di sana. Uppsss.
"Kondisi genting masih aja nyuri kesempatan, enak meluk cowok cakep heee?"
Pluuk.
Kepalaku ditimpuk gantungan kunci mobil oleh Bang Langit, sadar diri langsung menunduk.
"Maaf Ko, Mega takut banget. Kirain mereka."
"Takut itu mukul, gak meluk kalee," kata Bang Langit sambil masih menatapku yang belum melepaskan pelukan Koko Bintang.
"Hahaha," Koko Bintang tertawa, lalu mengacak rambutku. Sedikit gugup melepaskan tangan dari pinggangnya, dan kemudian masuk ke kamar. Nanda hanya melonggo melihat dua pria tampan dihadapan, lalu pamit kembali ke kamar.
"Gimana-gimana ceritanya?" tanya Koko Bintang sambil duduk di tepi ranjang, sedangkan Bang Langit selonjoran di lantai dekat pintu.
"Lihat masih ada cowok-cowok di depan gak tadi?"
"Sepi, gak tahu kalau di warung," Koko lagi yang bersuara.
"Tadi lihat banyak, dan kata Nanda sempet ada yang ketok pintu. Mega takut Bang," Aku duduk di lantai dekat Koko menghadap Bang Langit, wajah itu datar tanpa ekspresi.
Menatapnya sekejap saja jantungku rasanya berloncatan, aah kenapa sih harus begini. Macam ada gelombang di dalam dada setiap menatap wajah dingin itu, gemes.
"Teddy ada hubungi kamu, ngomong apa?" tanya Koko Bintang.
"Mega gak berani buka chat atau terima telpon Teddy, suer takut."
"Mana hapemu?" tanya Bang Langit, lalu aku sorongkan ponsel sambil menunduk tidak berani menatap wajah dingin itu.
Abang Langit membaca semua chat dari Teddy, rahangnya mengeras seakan menahan emosi. Rahang yang kokoh dengan rambut tipis tumbuh membujur dari depan telinga sampai dagunya itu seakan merayu untuk membelai, sedang mata cekungnya bergerak pelan. Sebentar kemudian matanya terpejam dan terbuka lagi bersamaan dengan helaan nafas panjangnya, aku dan Koko menatap penuh dengan pertanyaan.
"Opo'o Ko?" tanya Koko Bintang, sambil meraih ponsel dari Bang Langit.
"Iki gertakan apa beneran Ko? Emang e Ridwan itu siapa Me?" tanya Koko Bintang bergantian menatap aku dan Bang Langit, tapi Bang Langit malah tertawa.
"Pengecut mereka, aku sudah tahu Ridwan dari orang di tempat dia dinas. Tenang ae kartu As mereka di tangan kit..."
Deerrtt derrtt.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa Yang Terbelah
General FictionCinta tidak pernah salah itu kata mereka, namun kenyataannya cinta selalu salah. Mengatasnamakan cinta membuat sebagian orang menyakiti orang yang dicintai, apa itu benar? Megananda Prameswari, gadis cantik yang hidup di kota Metropolitan menjalani...