Delapan

41 13 19
                                    

Hati Jasmin memcelos sakit. Kini dihadapannya 2 orang yang sangat Jasmin percaya sudah menghancurkan benteng kepercayaan itu sendiri.

-000-

Jasmin kecewa. Jasmin harus lebih marah pada siapa? Bella sahabatnya atau Dave masa lalu manisnya? Yang jelas sekarang Jasmin tidak bisa membendung air matanya. Tak terasa tetesan benda bening itu kaluar dan perlahan membasahi pipi cantik Jasmin.

Jasmin melihat Dave dan Bella beranjak dari duduknya, sepertinya mereka sudah selesai dan akan pulang. Melihat itu Jasmin langsung panik dan buru-buru mengusap wajahnya kasar kemudian meletakan uang dimeja, Jasmin sesegera mungkin beranjak keluar, terlihat langit yang sudah sangat gelap menandakan hari sudah malam.

"Pak Man kita pulang" Jasmin memasuki mobil dan memberi intrupsi pada Pak Man tanpa menoleh sedikitpun. Tak membantah, Pak Man pun melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

Ditengah perjalanan pulang yang sunyi Jasmin membuka pembicaraan.

"Pak" panggil Jasmin.

"Iya? Kenapa?" Jawab Pak Man santai karena tau jika Jasmin murung seperti ini pasti tentang laki-laki.

"Ternyata sakit ya liat orang yang kita sayang malah sayang sama orang lain." Jasmin menatap kosong keluar jendela. Jasmin kembali menangis sambil memeluk boneka tedybear yang diberika Dave. Jasmin sengaja menyimpannya di mobil agar suatu saat bisa berguna dan ternyata benar boneka itu sekarang sangat berguna.

"Ya...karena terkadang seseorang ditakdirkan ada dalam hati kita tapi tidak dalam hidup kita" pak Man yang melihat Jasmin menangis tanpa suara merasa sangat kasihan.

"Jika Njas sakit hati karena ditinggalkan itu tidak pantasapalagi menangis, Njas itu cantik, Njas itu baik dan Njas menangis hanya karena lelaki yang tak peduli? Sudahlah Njas masih punya mama, papa, Bi Kiran dan yang lainnya yang sudah jelas-jelas mencintai dan menyayangi Njas" pak Man menjelaskan panjang lebar dengan nada khas Indonesia nya. Pak Man menenangkan Jasmin karena tidak ingin ditanyai majikan besarnya karena anaknya menangis. Untungnya cara nya berhasil.

"Iya pak Man benar. Jasmin gak pantas nangisin orang yang udah nyakitin Jasmin." Jasmin mengusap air matanya dan menyimpan boneka yang tadi ia genggam ke bangku belakang.

"Makasih ya pak udah selalu ngertiin Jasmin" akhirnya Jasmin kembali tersenyum.

"Apa pun buat Njas" balas pak Man tersenyum hangat.

Tak lama dari itu mereka sampai dirumah. Begitu Jasmin masuk salah satu pelayan menghampirinya.

"Njas sudah ditunggu nyonya dan tuan dimeja makan." Ucap pelayan itu sambil menundukan kepalanya.

"Ya. Terima kasih" Jasmin langsung menuju ke ruang makan dan mendapati papanya yang sedang mentapnya dingin dengan kedua tangan yang dilipat didepan dada.

Jasmin berjalan menunduk menuju tempat duduknya. Papanya masih tetap menatap Jasmin dengan tatapan dinginnya.

"Pa..." Jasmin merutuki dirinya dirinya sendiri yang meminta keluar rumah ketika hari sudah menjelang malam dan sialnya ketahuan papanya.

"Kamu tau salah kamu apa?" Tanya papanya dingin.

"Iya Jasmin tau pa. Maafin Jasmin pa" Jasmin menundukan kepalanya tak sanggup melihat sorotan elang dari mata papanya.

Complicated LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang