Telepon Misterius

917 82 9
                                    

Malam terasa sangat cepat tiba.
Suasana makin memanas. Beberapa polisi akan dikirim kesini untuk berjaga. Tapi sampai saat ini tak kunjung datang. Padahal seharusnya sudah sampai.

Tak ada pilihan bagi kami. Kami disini hanya menetap sambil menunggu titik terang. Keyakinan kami untuk selamat tidak pudar.

Awan hitam tampak menggulung langit, tanda akan hujan lebat.
Kami berdiam di rumah masing-masing. Rumah Pak Ketua Komplek sangat sunyi.

Adaa ketakutan dalam diriku. Diantara mereka pastilah pembunuhnya. Kalau bukan Pak Adi ketua komplek, pasti penghuni nomor 11 lah pelakunya. Atau mungkin sebaliknya.

Kami mengunci pintubdan jendela rapat-rapat. Bahkan kami gembok.

Tapi sempat juga terbesit dibenak kami, bagaimana kalau pembunuhnya membakar rumah kami?

Pastinya kami akan mati terpanggang. Memanh tidak ada pilihan lain selain menunggu keajaiban.

Malam ini tidak ada yang bisa tidur. Kami tetap terjaga sambil menerka apa yang akan dilakukan pembunuh keji itu malam ini.

Karena tidak mungkin untuk kami berjaga semalaman bersama, kami memutuskan untuk tidur bergantian.

Polisi yang diharapkan tidak kunjung datang.

Suara petir terdengar menyambar. Cahaya kilatnya menambah ngerinya suasana saat ini. Hujan deras turun membasahi Komplek Asri Mekar. Saking derasnya, bahkan tidak ada suara lain yang bisa ku dengar selain hujan.

Waktu menunjukkan pukul 3.35 pagi, sekarang waktuku untuk berjaga. Tentunya aku tidak sendiri, aku didampingi Sheila.

Sekitar 5 menit kemudian, aku dan Sheila mendengar kaca pecah dari arah belakang.
Kami pun saling bertatap-tatapan. Ada perasaan ragu, namun penasaran.

Aku takut kalau ternyata pembunuh itu masuk melalui jendela belakang rumah.

lalu kami berdua mengeceknya.
Tidak ada apa-apa.
Yang kami temukan hanyalah kaca yang pecah, itupun sedikit.
Tidak ada kemungkinan orang untuk masuk. Sepertinya kaca itu terkena sesuatu atau mungkin terkena angin yang lumayan keras.

Aku selalu mencoba untuk berpikir positif, sepertinya malam ini tidak akan terjadi apa-apa.

.....

Kriiiingggg
Kriiingggg
Kriiinggg

Telepon rumah berdering kencang. Rachel bergegas mengangkatnya.
Akupun mendekati Rachel untuk menguping pembicaraan
Kira-kira siapa yang telepon malam-malam begini?

Ha,,,haa-halo...

Terdengar suara serak seorang pria. Aku seperti mengenalnya. Otakku berputar, mencoba untuk mengingat siapa pemilik suara tersebut.

Rachel pun menjawab "iya dengan siapa ya?"

Orang itu terdengar seperti sedang sekarat diujung kematiannya. Seperti sedang menahan sakit yaang teramat sangat.

Terdiaaam beberapa detik, orang itu lalu melanjutkan pembicaraanya

"Hati-hati...." jawab orang itu dengan suara serak.

"Maaf, anda jangan coba-coba permainkan kami ya. Kami tidak akan segan untuk melaporkan anda ke polisi" jawab Rachel tegas.

"Hati-hati dengan wanita itu..." kata orang itu lagi

"Bicara dengan jelas, jangan setengah-setengah" bentak Rachel

"Wanita di dekat kaliaaannn..." katanya lagi. Namun kali ini suaranya terdengar samar-samar karena tertutup suara hujan yang semakin derasnya.

Suara seseorang mengejutkan kami,
"Kalian telponan sama siapa malam-malam begini?" Tanya Bu Ratna.

"Gak tau nih, orang iseng kayaknya" jawabku.

Rachel mencoba mendekatkan gagang telepon dengan telinganya. Sepertinya sambungan telepon sudah terputus.

Setelah mengingat-ngingat aku tau siapa pemilik suara itu. Jika saja aku tidak salah menerka, aku kira pemilik suara itu adalah Pak Juna, tetangga misterius kami....

---------------,-----------

The Neighbor (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang