Tamu Tak Diundang

897 83 12
                                    

Waktu menunjukkan pukul 04.10
Hujan sudah mulai agak reda, tetapi gemuruh dan kilatan petir masih menghiasi langit komplek Asri Mekar.

Terdengar suara ketukan pintu kencang dari arah luar. 
Aku pun membukakan pintu
Keluarga Pak Ketua Komplek, terlihat sangat ketakutan dengan tubuh basah kuyup karena kehujanan.

"B,b-ba-bantu kamiii" kata Pak Budi sambil memegangi istrinya yang bersimbah darah.

Aku pun mempersilahkan mereka masuk, Rachel membangunkan yang lain.

"Ada apa ini pak??" tanyaku

Tidak dijawab.

Untuk saat ini, seharusnya aku tidak bertanya.
Istri Pak Budi terlihat gemetar kesakitan. Nasibnya mungkin sudah berada di ujung tanduk.

Pak Adi menyiapkan mobil untuk mengajak mereka ke Rumah Sakit.

Sepertinya waktu sangat amat kurang. Tidak mungkin bagi kami menyelamatkan Istri Pak Budi. Pendarahannya begitu besar,

Pak Adi pun terlihat pasrah sambil terduduk lemas memeluk istrinya. Kami benar-benar bingung dengan situasi ini. Suasana haru yang kami saksikan mengiris hati kami.

Beberapa saat kemudian, istri Pak Budi sudah tak bernyawa. Kami benar-benar berharap istrinya tenang di alam sana, dan Pak Budi tabah.

Tatapan Pak Budi terlihat kosong, dia seperti benar-benar terpukul akan kematian istrinya.

Pak Adi dan Bu Ratna menutup raga istri Pak Budi dengan sehelai kain.

"Yang tabah ya pak, besok pagi kita bantu urus jenazahnya pak" kata Pak Adi menenangkan.

Telepon genggam milik pak Budi berdering. Ia pun mengambilnya dari kantong kecil di celana yang ia pakai.

Kami pun meninggalkan Pak Budi, karena kami pikir Pak Budi sesang menerima panggilan yang privasi.

--------------

"Ma,,, aku lapar" kata Viona dibarengi dengan kedua adik-adiknya, Lea dan Leo.

"Yaampun pagi-pagi lapar. Mama lagi pusing nih" keluh Bu Ratna

"Biar saya yang bikinkan makanan Bu" tawarku

Akupun bergegas menuju dapur untuk memasakkan mereka mie instan dan telur. Sebenarnya diriku juga lapar, tapi rasa laparku tertutupi dengan rasa takut yang berdebar-debar.

Tak lama, mie kuah telur pun jadi. Aku pun menyajikannya kepada Viona, Lea dan Leo.

"Rachel gak ikutan makan?" Tanyaku

"Ehmmm enggaak deh" katanya
Tampak jelas kalau dia sedang menahan lapar. Tetapi mungkin dia seperti aku, rasa takut cukup besar hingga menutupi rasa lapar.

------

Suara tertawa aneh terdengar dari ruang tengah tempat Pak Budi berada.

Hahahahahahahahahaha

Bisa-bisanya Pak Budi tertawa selepas itu saat menelepon. Padahal kan istrinya baru saja meninggal.

Aku, Pak Adi dan Bu Ratna pun saling bertatapan karena merasa ada yang aneh.

Suara ketawa makin keras, makin keras. Bahkan lebih lantang dari suara petir tadi malam.

Pak Adi menyiapkan alat pemukul, dibarengi dengan Bu Ratna dengan pisaunya.

Mereka berjalan perlahan mendekati ruang tengah.

Apa jaangan-jangan kami dijebak?

Aku menyadari sesuatu, seharunya aku tidak menerima tamu pagi-pagi buta ini.
Karena yang tersisa hanya keluarga kami, keluarga Pak Budi, dan keluarga nomor 11

Jangan-jangan Pak Budi pelakunya?

The Neighbor (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang