5

52 5 0
                                    

Rabu malam, salman sedang menyelesaikan laporan kantornya di rumah. Berhadapan dengan laptop dan berkas-berkas di sampingnya.

Setelah satu jam, dia bisa bernafas lega karena laporannya sudah jadi.

"Alhamdulillah akhirnya udah kelar nih kerjaan" gumamnya.

Pak salim memasuki kamar salman, "lagi apa kamu man?" Tanya pak salim yang langsung duduk di spring bed king size nya salman.

"Lagi ngerjain laporan pa, tapi udah selesai kok" jawab salman sembari memutar kursinya menghadap papanya.

"Kamu sibuk kerjaan terus. Cari pacar kek kadang-kadang. Kantor mulu perasaan yang dikerjain" ucap pak salim lalu tertawa kecil.

"Lagi usaha pa" jawab salman. "Tapi ada inceran nggak nih?" Tanya pak salim lagi.

"Papa inget rani?" Salman malah bertanya balik. "Rani anaknya bu karin?" Lah jadi tanya bertanya ah apaan isinya pertanyaan semua.

"Iya, dia berubah ya pa. Dia udah nggak gembrot ya" lanjut salman.

"Kenapa tiba-tiba bahas rani? Kamu suka ya sama dia" Pak salim menggoda salman.

"Ah apaan sih pa? Nggak!" Salman menghelak pernyataan papanya.

"Menurut papa sih dia cantik, dan pinter. Beberapa bulan lagi dia kan bakalan sidang dan jadi sarjana bahasa inggris. Dan kamu tahu nggak?" Pak salim malah membuat salman penasaran.

"Apa pa?" Tanya salman penasaran.

"Dulu pas kamu berangkat ke asrama, dia setiap pagi lewat depan toko buat nanyain kamu" jelas pak salim.

"Beneran pa?" Salman memastikan, dia tidak percaya.

"Papa pernah dicritain sama bu karin, pas kamu berangkat ke asrama, rani setiap malam nangis" jelas pak salim.

"Trus bu karin nanya kan ke rani, rani bilang kalo dia cinta sama kamu. Tapi...." Pak salim menggantungkan kalimatnya.

"Tapi apa pa? Jangan buat aku kepo deh" salman memajukan kursinya mendekati pak salim.

"Kepo banget ya?" Pak salim tertawa kecil. "Tapi dia nggak berani bilang ke kamu" lanjut pak salim.

Salman menyandarkan punggungnya. "Yaudah papa istirahat dulu" pak salim menepuk bahu salman dan pergi ke kamarnya.

Pandangan salman kosong dan mulutnya menganga, sampai beberapa menit masih dengan pose seperti itu.

Dia kaget, 'dia suka sama aku? Dengan bodohnya aku mengejar-ngejar adiknya yang cuek dan malah tak sadar dia menyukaiku?' Batin salman.

Salman mengusap wajahnya kasar, "dasar bodo!" Dia memukul sangga tangan yang ada di kursi.

💐

Keesokan harinya, jam menunjukkan pukul 15.30, salman sudah rapi dengan celana jeans, sepatu hitam, kaos panjang warna hitam, dan jaket motif army. (Lihat di foto, kalau salah bisa koreksi saya tidak tahu tentang pakaian)

Salman masih ingat kata-kata papa nya tadi malam, "apa aku siap ketemu dia setelah aku tahu kebenarannya?" Salman bertanya pada dirinya sendiri.

Dia memakai pomade dan menyisir rambutnya ke sebelah kanan. "Oke aku siap, ayo kita berangkat ran!" Ucap salman.

"Eh bentar-bentar, telpon rani dulu" salman pun segera mengambil hp nya yang berada di atas kasur yak jauh dari meja rias.

Setelah bunyi tut-tut tiga kali rani mengangkat telepon, "halo ran!" Sapa salman pertama.

"Halo man" rani menyapa kembali.

Salman : Love In Back Love.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang