TUJUH - Hal Baru

480 26 0
                                    

"Hal baru yang kita dapatkan bukan untuk kita sesali. Tetapi untuk kita syukuri dan pelajari, agar kita dapat beradaptasi."

- Almeera azzahra alfathunnisa.

. . . . .

Mira sedang bermalas-malasan di kamarnya, sambil sesekali mengecek notif di handphone-nya. Ia merasa bosan, karena notif yang ia tunggu-tunggu belum datang.

Saat ia mendengar bunyi notif baru, ia bergegas membuka email pesannya, namun Mira merasa kecewa, ternyata itu hanya notif dari operator.

"Huft, lama banget, si!" Gerutu Mira sambil melihat handphone-nya. Hingga handphone-nya berbunyi kembali. Mira segera bergegas mengeceknya, ternyata itu hanya notif dari salah satu teman FB-nya, yang menandai akunnya.

Mira merasa putus asa, mungkin ia tidak diterima masuk pesantren itu. Karena notif dari email yang ia tunggu tak kunjung datang. Mira merasa malas untuk membuka HP-nya kembali, padahal notif ketiga baru saja berbunyi. Ia hanya takut merasa dikecewakan kembali.

Hingga notif berbunyi dua kali, Mira pun penasaran dan ia mencoba melihat ada sebuah pesan masuk di emailnya. Betapa bahagianya dia, saat melihat ternyata itu adalah email dari pesantren yang ia daftar.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, calon-calon santri baru. Mohon maaf, kita sedikit telat mengirimkan email dari beberapa calon yang telah lulus. Berikut ini, daftar-daftar nama calon santri baru yang telah lulus,*Tertera di gambar."

*Mengirimkan gambar*

Mira melihat dengan teliti nama-nama yang sudah tertera di gambar. Hingga pada suatu nama, ia terpekik. Ia melihat sebuah nama 'Almeera azzahra alfathunnisa' ternyata berada di barisan calon santri baru, yang diterima.

Ia berteriak gembira, langsung saja ia menemui orang tuanya untuk melihat kabar terbarunya. Hingga ia tidak sadar, ia melangkah turun dari tangga dengan tergesa-gesa, sampai mendapat teguran dari Aisyah.

"Mira, hati-hati! Nanti jatuh!" Tegur Aisyah, melihat kelakuan putrinya yang sungguh luar biasa.

"Umi! Abi! Lihat ini, lihat! Mira, lulus!" Mira berteriak dengan senang, dan ia menunjukkan pesan yang tadi ia baca. Aisyah dan Ridwan tersenyum senang, dan bangga. Anaknya bisa lolos dari test masuk.

"Alhamdulilah," Ucap Aisyah dan Ridwan dengan senang.

"Selamat ya, Sayang. Umi bangga sama kamu."

"Iya, Umi. Hehe," Mira memeluk Aisyah dengan erat. Sungguh, melihat orang tuanya bahagia, membuat ia juga bahagia.

"Yaaah ... anak kecil Abi, akan ninggalin Abinya, deh," Kata Ridwan dengan nada sedih.

Mira yang mendengarnya, langsung beralih memeluk Ridwan. Ia membenamkan kepalanya di dada Ridwan, untuk menyembunyikan tangisannya.

"Loh-loh? Kok nangis, si? Harusnya seneng, dong. Udah ah. Jangan nangis lagi ya, anak kecil kesayangan Abi," Ridwan mengelus punggung Mira, dan mencoba menenangkannya. Namun, bukannya tenang, tangisan Mira malah makin menjadi.

"Abi jangan panggil Mira, anak kecil, hiks. Nanti, Mira bakalan kangen sama, Abi," Kata Mira dengan suara yang parau, khas menangis.

"Udah, ah. Udah gede masa nangis, si? Lagipula nanti, kan, Miranya Abi mau di pesantren. Masa masih nangis? Apa kata santri lainnya, kalau tau?" Gurau Ridwan sambil menepuk puncak kepala Mira.

Mira menggosokan hidungnya pada baju, Ridwan. Ia merasa kesal. Bisa-bisanya, Abinya ini, bercanda saat situasi sedih.

"Ihh-ihh jorok, atuh. Sayang .., Mira nih jorok. Masa ngelap ingusnya di baju, aku, si?" Adu Ridwan kepada Aisyah, namun Aisyah hanya menatapnya tajam.

HIJRAH Of Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang