Jika kalian tidak senang dengan perilaku seseorang, maka nasihatilah ia. Nasihati dengan cara tanpa menyakiti.
– Fatimah Nur AlFatih.
Happy reading~
. . . . .Almeera lumayan lelah, setelah membantu membersihkan halaman asrama. Saat ini, ia sedang duduk di sebuah bangku taman yang memang di sediakan di asrama tersebut.
Almeera termenung, ia tidak tahu apa yang ia rasakan saat ini. Tetapi, disatu sisi ia tidak nyaman berada disini dan satu sisi lagi, ia berasa lumayan nyaman(?)
Memikirkan perasaannya membuatnya pusing. Ternyata perasaan itu serumit ini. Padahal sebelumnya hidup ia enjoy-enjoy saja.
Besok adalah hari yang Almeera tunggu, karena itu adalah waktu awal pelajarannya dimulai. Ia akan merasakan benar-benar hidup dan belajar di sebuah pesantren.
Memikirkan itu, membuatnya merasa sedikit grogi. Sebab, ia terkadang tak terlalu pandai dalam mencari teman bergaul. Ia takut, teman barunya tidak merasa nyaman di dekat ia.
Sibuk memikirkan sesuatu yang tidak perlu dipikirkan membuatnya lelah juga. Lebih baik, Almeera kembali ke kamarnya bersama teman baru sekamarnya.
* * *
"Serius, Fat? Kamu gak bohong, kan?" Tanya Zahra sambil menatap berbinar kearah Fatimah. Shafiyah yang tidak paham apa-apa hanya menyimak saja.
"Iya, beneran aku gak bohong kok-"
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh," Almeera memotong ucapan Fatimah dengan mengucapkan salam. Sontak, mereka bertiga beralih menatap pintu dan menemukan Almeera.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh."
"Mira, kamu darimana aja?" Tanya Shafiyah khawatir karena melihat raut wajah Almeera yang lesu.
"Aku gak dari mana-mana, kok."
"Yang bener? Kamu soalnya pergi, udah lumayan lama, lho." Kini Zahra yang juga ikut dalam obrolan itu karena memang ia juga merasa khawatir.
"Iya ih, beneran. Oh iya, kalian lagi bahas apa si? Sampai seru banget kayanya, aku dengar dari luar, rame bener."
"Ah, itu Mir ... abang aku mau datang ke pondok," Kata Fatimah dengan senyuman bahagianya.
"Lho, kamu punya abang ya, Fat? Terus-terus kenapa Zahra ikuttan wajahnya kaya kamu?" Tanya Almeera bingung saat melihat wajah Zahra yang tak kalah bahagianya.
"Iya, sebenarnya aku ini punya abang, Mir. Kata abi, Abang lagi ke Jakarta nemuin kembaran aku."
"Lho, kamu ada kembaran juga? Kok, kamu bisa terpisah gitu, Fat?"
"Sebenarnya, Abi ngehukum dia karena dia sudah melakukan kesalahan. Jadilah ia di Jakarta, sampai sekarang aku gak tahu dia udah berubah apa belum," Fatimah mengatakannya dengan nada sedih, jelas sekali ada nada kerinduan disana.
"Oh iya, ngomong-ngomong kamu belum jawab, kenapa Zahra masang ekspresi kaya gitu?" Tanya Almeera mengalihkan pembicaraan melihat wajah Zahra yang seperti orang bahagia sekali.
"Kalau itumah, kamu tanya aja langsung sama orangnya, hihihi."
"Gimana aku mau nanya? Daritadi aja dia gak fokus sama pembicaraan kita," Almeera meringis melihat wajah Zahra yang 'aneh' menurutnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
HIJRAH Of Story
Fiksyen Remaja- Almeera azzahra alfathunnisa - Gadis remaja berumur 15 tahun, yang berusaha untuk menjadi muslimah sejati di zaman modern seperti ini. Memang sulit. Tetapi baginya, disetiap kesulitan itu pasti ada jalannya. "Jadi, tidak ada alasan untuk tidak be...