Lima Belas - Waktu

525 25 1
                                    

"Jangan pernah sia-siakan waktu kita, walau hanya sedetik. Karena setiap detik itu berharga, makanya satuan waktu itu detik."

— Ustadz Muda (someone)

.
.
.
HAPPY READING

     Saat ini mereka sedang berbaring di tempat tidur sebuah kamar asrama santriwati, setelah melaksanakan semua hal yang dilakukan sebelum tidur, mereka tidak merasakan adanya hawa ngantuk. Jadilah sekarang mereka sedang berada di sesi cerita.

"Zar, kamu sudah suka sama Ustadz Hanafi sejak kapan?" tanya Almeera penasaran. Iya, ia tahu nama Abang Fatimah karena jawaban dari rasa penasarannya tadi.

"Aku gak tau juga sejak kapan. Tapi yang anehnya itu kadang kalau aku dekat dia rasanya kaya deg-degan gitulah, hahahaha," tutur Zahra dengan sedikit malu-malu.

"Emm, emang wajah Ustadz Hanafi kaya gimana, si?" tanya Shafiyah.

"Entar juga kamu tahu," kata Zahra dengan mesam-mesem membuat Almeera dan Shafiyah menatapnya aneh.

"Biasa, si Zahra emang kaya gitu dia kalau ada si abang. Tau gak? Waktu itu dia bahkan beran--hmmfft," Sebelum menyelesaikan kalimatnya, Fatimah langsung dibekap oleh Zahra, dan membuat rasa penasaran kedua teman lainnya.

"Beran apa? Cerita dong, penasaran aku," pinta Almeera.

     Fatimah berontak dalam bekapan nya, sedangkan Zahra membekap dengan wajah yang merah menahan malu. Seketika Zahra melepas bekapannya karena suatu hal.

"Ihh, jorok kamu Fatimah, astaghfirullah," titah Zahra sambil memandang jijik telapak tangan kanannya.

"Yaah, lagian si kamu bekap-bekap aku, aku 'kan jadi gak bisa nafas."

     Almeera dan Shafiyah saling pandang dengan tatapan malas, karena Fatimah dan Zahra beradu mulut hanya karena hal kecil.

"Udah-udah, stop! Owalah, kalian berantem bae," pisah Shafiyah.

"Ya, maaf."

"Eh?"

"Kalian lucu, ya? Lagi marahan masa bisa ngomongnya barengan gitu? Hahahaha."

"Dih, enggak."

"Eh?"

"Hahahahahahha," Tawa Almeera dan Shafiyah meledak karena sedaritadi Fatimah dan Zahra mengucapkan kata atau bahkan kalimat yang sama.

"Udah, sekarang tidur. Nanti ada Ustadzah yang lagi patroli dan melihat kita masih bangun, bisa kena omelan," ucap Fatimah.

"Siap, Bu Boss!"

     Mereka berbaring di tempat tidur masing-masing, sedangkan Fatimah berjalan menuju saklar lampu untuk mematikannya.

***

     Pagi hari yang cerah seharusnya diawali dengan senyuman yang juga tak kalah cerahnya, namun ada yang sedikit berbeda dengan Almeera. Ia tampak begitu kelelahan, ada apa?

"Astaghfirullah, kok bisa telat gini, si? Salah sendiri abis subuhan malah langsung tidur, Mira-Mira."

     Poor Almeera, ternyata ia telat masuk untuk proses belajar-mengajar. Dengan segenap tenaga ia berlari menuju ruang kelasnya. Bibir dan hatinya selalu merapalkan doa-doa semoga belum ada Ustadz atau Ustadzah yang datang.

     Setelah sampai di depan pintu kelasnya ia menarik nafas dan mengucapkan bismillah semoga doa-doanya terkabul. Ia mengetuk pintu tiga kali lalu membukanya dan jelas-jelas doanya tidak dikabulkan, disana terdapat seorang Ustadz yang mengajar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 12, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HIJRAH Of Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang