SEMBILAN - Shafiyah Story

446 29 3
                                    

"Semua ini, sudah menjadi takdir-Nya. Tak pantas kita menyalahi takdir. Karena Dia lebih tahu, daripada kita yang hanya seorang hamba ..."

Maaf kalau gaje, ya.
Happy reading~

.  .  .  .  .

"Dahulu aku itu perempuan yang malas sekali untuk yang namanya berhijab. Salat ku bolong-bolong, suka ceplas-ceplos kalau ngomong. Sampai aku bertemu seorang laki-laki, yang dia itu MasyaaAllah ... mampu gerakkan hati aku. Aku mulai jatuh cinta sama dia," Shafiyah menatap teman-temannya yang menunggu dengan sabar cerita selanjutnya.

"Aku sering memikirkan dia, aku sering melihat dia dari kejauhan. Sampai saat itu, saat aku ingin utarakan perasaanku padanya. Aku, tidak sengaja mendengar perkataan sahabatnya yang mengatakan, bahwa dia mencintai seseorang yang sangat jauh berbeda denganku. Setelah mengetahui seseorang itu sakit hatiku makin dalam, karena seseorang itu adalah sahabatku."

* * *

"Kenapa kamu bilang kamu berbeda dengan sahabat, kamu?" Tanya Fatimah. Shafiyah masih tersenyum walaupun matanya sudah berkaca-kaca.

"Karena, dia itu wanita yang shalihah," Jawab Shafiyah. Ketiga temannya itu pun mengangguk paham.

"Aku saat itu kesal dan marah. Aku juga menjauhi sahabat aku itu. Padahal jelas, ini bukan salahnya. Saat aku ingin ke perpustakaan, entah kenapa aku tertarik membaca buku yang judulnya "Jadi Muslimah Sejati" disitu aku belajar banyak. Aku langsung menangis, dan mendatangi sahabatku untuk meminta maaf sekaligus meminta dia supaya membimbingku. Dia tersenyum dan memelukku, padahal aku sudah jahat padanya, hiks," Isakkan pilu itu terdengar karena Shafiyah sudah tidak dapat lagi menahannya.

"Beberapa hari kemudian, alhamdulillah ... aku bisa berubah banyak. Seperti mengikhlaskan perasaan aku pada laki-laki itu. Aku pun juga berjilbab lebar sama seperti sahabatku. Ujian demi ujian datang menyerang aku. Memporak-porandakkan hati aku. Hingga ada satu ujian terberat untukku ...."

Shafiyah memberhentikan ceritanya sambil menunduk. Almeera, Fatimah, dan Zahra menunggu dengan sabar. Namun, yang mereka lihat ternyata Shafiyah menangis dalam diamnya. Tak ada isakkan disana. Bagi yang melihatnya pasti akan sangat paham, betapa menyakitkannya itu.

"Sudah-sudah, gak usah dilanjut, Shaf. Jika itu menyakitkan untuk diceritakan," Zahra mencoba menenangkan Shafiyah sambil mengelus bahunya lembut.

Shafiyah menggeleng. "Ti-tidak, aku sudah cerita sama kalian. Aku juga harus me-menyelesaikannya."

"Ujian terberat itu, Allah ambil kedua o-orang tuaku, hiks. Itu kesedihan ya-yang mendalam bagi aku, sampai-sampai aku tidak tahu sudah berapa banyak air mata yang tumpah. Saat itu, aku marah sama Dia. Kenapa Dia ambil orang tuaku, disaat aku belum mampu membahagiakan mereka?! Hiks, hiks ...."

Almeera dapat merasakan kesedihan itu. Ia langsung memeluk Shafiyah dan memberinya kekuatan. Shafiyah benar-benar gadis yang sangat kuat dan sabar.

"Nangis saja, Shaf. Keluarkan semuanya ...," Kata Zahra yang juga memeluk Shafiyah. Sedetik kemudian, tangisan Shafiyah pecah.

Tangisan yang sudah ia tahan selama enam bulan lebih, lamanya. Tangisan yang ia tumpahkan, selain kepada Rabb-Nya. Tangisan yang sudah memberikan ia sebuah kekuatan tersendiri.

HIJRAH Of Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang