"Semuanya bagai potongan puzzle yang tak aku mengerti."
.
.
.HAPPY READING:*
.
Hari kedua Almeera masuk ke dalam pelajaran di pesantren ternyata tidaklah mudah. Bayangkan saja, baru saja merasakan pesantren dan sudah diberi tugas hafalan? Subhanallah ....
Saat ini Almeera dan kawan-kawan sedang berada di taman dekat gedung belajar-mengajar. Mereka disana untuk mencari suasana supaya mudah menghafalkan satu surah ini.
"Kalian sudah hafal surat ini?" tanya Almeera dengan menunjuk ke sebuah halaman salah satu buku yang ternyata surat Al-Mulk yang berada dalam Al-Quran.
"In syaa Allah, hafal," ucap Fatimah dengan tersenyum.
Almeera dan Shafiyah langsung tercengang.
Seriously?!
"Kalau kamu, Zar?" tanya Almeera lagi.
"In syaa Allah, udah."
"MasyaaAllah, kalian hebat, ya? Aku lihat bagi kalian ini tuh kaya kecil banget lah," gumam Shafiyah pesimis.
"Astaghfirullah, gak boleh gitu toh, Shaf. Kita sudah hafal karena waktu itu pernah nyoba ngafalin, jadi deh hafal sekarang dan bisa diterapkan juga," kata Zahra memberi semangat berharap Shafiyah bisa berubah menjadi optimis.
"Iya, Shaf. Kita itu juga butuh waktu lama, jadi aku yakin kalian pasti juga bisa ngehafalin, toh batas waktunya juga masih lama kok," ucap Fatimah menimpali.
"Baiklah, kalau gitu aku juga pasti bisa dong, ya, kan?" kata Almeera dengan mengangkat kedua tangannya yang mengepal sampai batas bahu.
"In syaa Allah ...," Ucap Fatimah dan Zahra bersamaan.
"Yosh! Aku juga pasti bisa!" seru Almeera dengan semangat dan langsung memulai menghafal, ketiga teman lainnya hanya menggeleng-geleng sambil sesekali terkekeh karena sikap Almeera.
Setengah jam berlalu, Almeera mengusap wajahnya gusar. Ia pasrah karena sulit sekali menghafal, sedangkan Shafiyah sudah hafal beberapa ayat dari surat Al-Mulk tersebut.
"Susah banget si," gerutu Almeera.
"Sabar, Mir," ucap Zahra.
"Iya, aku udah sabar tau. Tapi susah banget, masa gak ada yang aku hafal si?"
"Mira, gak boleh gitu, coba mungkin ada yang salah sama diri kamu," kata Shafiyah sambil mengelus bahunya lembut.
"Mira, menghafal itu kita juga harus ikhlas. Ikhlas karena Allah dan niatkan karena Allah juga, bukan untuk nuntasin yang disuruh hafalkan. Coba kamu tanya sama diri kamu, kamu menghafal buat apa? Apa buat Allah atau buat Ustadzah?" tutur Fatimah dengan lembut.
Karena memang yang dikatakan Fatimah benar, saat kita menghafal kita juga harus ikhlas. Bukan karena paksaan. Jika kita belum bisa menghafalnya, kita harus terus berusaha. Bisa jadi itu adalah tempat kita menabung amal. Karena jika kita membaca satu huruf saja dalam Al-Quran itu dihadiahi 10 pahala.
عَنْ عَبْد اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ رضى الله عنه يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ ».
KAMU SEDANG MEMBACA
HIJRAH Of Story
Teen Fiction- Almeera azzahra alfathunnisa - Gadis remaja berumur 15 tahun, yang berusaha untuk menjadi muslimah sejati di zaman modern seperti ini. Memang sulit. Tetapi baginya, disetiap kesulitan itu pasti ada jalannya. "Jadi, tidak ada alasan untuk tidak be...