14. Penghujung

1.6K 260 26
                                    


Lalu di semester-semester berikutnya aku juga kerap pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lalu di semester-semester berikutnya aku juga kerap pulang. Dan respon dari Xiaojun-pun beragam. Kadang mengingat, kadang tidak, ingat, tidak, tidak, ingat.



 Kadang mengingat, kadang tidak, ingat, tidak, tidak, ingat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hari itu aku diterima bekerja di perusahaan besar yang ada di harvard. Aku menjadi pegawai kantor sebaik mungkin agar tidak memperburuk keadaan orang di rumah yang meratapi nasib Xiaojun.

Namun meninggalnya nenek membuat semua orang bertambah sedih.


Kedua orang tuaku, Xiaojun, datang ke Harvard untuk pemakaman nenek. Mereka-pun mengajakku kembali, namun aku meminta sedikit waktu untuk mengisi surat pengunduran diri.

Jadi saat semuanya sudah ter-urus, aku kembali ke kampung halamanku; Papa, Mama, dan Xiaojun yang kami sayangi.


Jadi saat semuanya sudah ter-urus, aku kembali ke kampung halamanku; Papa, Mama, dan Xiaojun yang kami sayangi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Yoonah, bagaimana jika kami menyewakanmu sebuah rumah?"


Aku mengernyit di telfon,"Maksunya, Pah? Aku tidak akan tinggal di rumah?"


"hhh.." Kudengar helaan nafas papa. "Keadaan Xiaojun makin parah. Banyak sekali hal yang ia lupakan. Dan kepulanganmu, mungkin dapat membuatnya makin tertekan."



Aku merasa hatiku sakit sekali.

Xiaojun...


Xiaojun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Saat sudah sampai di tanah kelahiran dan mempersiapkan banyak hal di rumah baru, aku memutuskan untuk jalan-jalan saja.

Sebenarnya memang lelah, tapi entahlah, aku ingin pergi ke taman.

Senyumku mengembang saat melihat banyak putri malu . Xiaojun sangat suka tumbuhan liar ini. Kemudian aku berjongkok dan menyentuh satu-persatu daunnya hingga mengatup. Hingga sebuah suara membuyarkan kegiatanku,


"Hei! Sedang apa?"

Itu Xiaojun; sedang menyentuh pundakku.

Jujur. Aku terkejut, "Ini. Bermain dengan ini." Jawabku dengan penuh penasaran bagaimana responnya.

"Dengan rumput?" tanyanya. Dahinya berkerut.

Aku menggeleng, "Bukan. Ini Mimosa pudica." Aku mencoba mengetes ingatannya dengan tanaman favoritnya.

Namun dahinya justru semakin berkerut mendengar jawabanku.

Dengan sabar aku-pun mengatakan bahwa Mimosa pudica adalah nama latin dari putri malu. Ia menganggukkan kepala seolah baru mendengar akan hal ini. Padahal, hey! Dulu Xiaojun-lah yang mengajariku!

Kemudian ia menanyaiku tentang beberapa hal yang menurutku konyol.


Namun, satu responnya yang paling membuatku ingin menangis adalah...



Ia mengulurkan tangannya, "Aku Xiao Jun. Xiao De Jun."

Hei! Kau pikir aku tidak mengingatmu!



Aku tersenyum. Dalam hati memantapkan bahwa...

"Mulai sekarang, aku akan mengatakan hal-hal yang sebenarnya Xiaojun ... siapa tahu, perlahan ia bisa mengingatku."



Tanaman favorit : Mimosa pudica (putri malu) ✔ .
Kota kesukaan : Paris ✔ .
Suara kesukaan : Suara tertawa ✔ .
Angka favorit : Delapan ✔ .
Kata favorit : Life is long ✔ .
Waktu kesukaan : Setelah jam 11 malam ✔ .







TAMAT

Iya gess

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Iya gess.. sudah selesai dengan segala ketidak jelasan dalam cerita ini 😅.
Maaf ya kalau tidak sesuai ekspektasi kalian :( . Kalau terlalu panjang takut malah gak masuk akal soalnyaa :(( .

Btw makasih ya kalian semuaaaa 😚😘😉. Aku senang sekali karena kalian sudah mampiiiirrr 😊😊😊.

Nantikan storyku selanjutnya. Hehehe.
Yang mau follow bisa follow kok, nanti aku folbek kalau kalian tulis di wall atau dm aku, okay?😉





MIMOSA PUDICA •xiaojun•✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang