"Hahahaha."
Ia tertawa. Nona Mimo tertawa ketika aku menceritakan sebuah kisah tentang Abu Nawas yang mencerdiki Rajanya.
Bahkan saking terbahak-bahaknya, ia sampai mengucek matanya yang berair.
Ah, aku senang melihat bahkan membuatnya tertawa. Rasanya seperti ada bunga-bunga yang bermekaran di sekitarku. Tunggu. Apa aku seperti seorang gadis yang sedang jatuh cinta?
Tidak. Ini bukan cinta. Ini seperti sebuah rasa nyaman yang kurasa pernah hilang.
[●][●]
Nona Mimo saat tertawa itu... matanya melengkung seperti bulan sabit, pipinya yang tirus terangkat, juga gigi rapinya yang tersusun apik nampak. Senyumnya begitu berharga, dan tawanya... aku suka. Aku jadi merindukan sesuatu.
Karena terlalu asyik menatapnya, ia jadi menengok ke arahku.
"Eh? Apa aku tertawa terlalu kencang?" Ia sedikit terkejut dan menutupi mulutnya dengan tangan.
Aku menggeleng, "Tidak kok... Aku bahkan suka mendengar suara tawa."
heheheh. Sebenarnya tidak begitu juga. Ini adalah kali pertama aku menyukai suara tawa seseorang, dan itu adalah tawa dari Nona Mimo seorang. kurasa.
"Kau menyukai suara tawa?"
Ia bertanya sekali lagi dan aku mengangguk.
"Wahhh kita sama!" Ia berseru sambil bertepuk tangan kecil. Wajahnya terlihat lebih bersemangat.
"Kau tahu, aku benar-benar menyukai suara tawa orang-orang.." Mata indahnya berbinar. "..seolah aku bisa merasakan kebahagiaan yang mereka rasakan juga."
[●][●]
Ternyata selain mempunyai senyum yang menenangkan, ia juga punya hati yang tulus dan murni. Ia unik, ia berbeda, dan itu benar.
"...aku menyukai suara tawa." gumamnya lirih sekali lagi.
Akhirnya aku punya satu hal favorit yang sama dengan Nona Mimo... suara tawa.
Free lumer dan muntah di sinii. Wkwkwkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
MIMOSA PUDICA •xiaojun•✔
Historia CortaApa yang Xiaojun rindukan, itu yang ia lupakan. @beraskukus