2

1.7K 121 12
                                    

Sial. Rosé kini hanya ingin merutuki dirinya sendiri, tak paham lagi, mengapa dia jadi sangat pelupa. Hari ketiganya di sekolah baru dan hari ketiga pula dia lupa membawa payung. Seolah semua masalah hidupnya sekarang adalah tentang payung yang selalu dia lupakan.

Jennie baru saja pergi semenit yang lalu bersama Jongin, Lisa juga entah kemana setelah pertengkarannya dengan Sehun. Dan Jisoo? Jisoo berada di sebelahnya, menunggu jemputan kakaknya. Dan Roseaane Park kembali lupa membawa payung.

"Jisoo, kau membawa payung?" tanya Rosé.

"Tidak," jawab Jisoo, "Kau tak membawa payung?"

"Ya,"

"Kau harus segera pulang Rosé, sebelum hujan turun. Bulan Juli di Korea tak pernah tak hujan," ucap Jisoo lalu melambaikan tangannya ke arah seorang pria yang Rosé yakini itu adalah kakak Jisoo.

"Rosé, kakakku sudah datang. Segeralah pulang, dan jangan lupa bawa payung besok,"

"Ya, kuharap aku ingat," Rosé terkekeh.

"Dasar kau, hati-hati!" kata Jisoo lalu pergi menghampiri kakaknya.

"Ya, kau juga!"

Pasrah. Pada akhirnya Rosé melangkahkan kakinya menuju halte dengan tempo yang agak cepat, berharap bisa sampai disana sebelum hujan. Apa pria itu akan mengantarnya lagi dengan payungnya? Ah, tentu saja sebisa mungkin Rosé menghindari pria itu, apalagi setelah ucapannya kemarin. Tapi sialnya, baru saja 100 langkah gadis itu berjalan Rosé sudah merasa ada yang berjalan di sampingnya dengan payung yang sudah menutupi kepalanya.

"Hai,"

Ya benar, pria itu lagi. Rosé agak sedikit gugup karena jujur saja dia masih merasa malu. Rasanya dia ingin mengubur dirinya hidup-hidup sekarang.

Segera Rosé mempercepat jalannya meninggalkan pria yang sudah 3 hari ini selalu bertemu dengannya dan memberikan tumpangan payung padanya. Berharap pria itu enyah saja dari hadapannya, atau setidaknya melupakan bagian dimana dirinya mengatakan hal yang memalukan.

"Tak membawa payung, lagi?" tanya pria itu nyengir sembari berusaha menyamai tempo langkahnya dengan gadis itu.

"Kenapa kau buru-buru sekali?" tanya pria itu heran.

Rosé hanya meliriknya sedetik lalu kembali berjalan cepat.

"Tunggu aku, bukankah kemarin kita berjalan seirama," ucapnya membuat langkah kaki Rosé tertahan.

"A-apa maksudmu?" tanya Rosé gelagapan.

"Maksudku, kau tak perlu buru-buru begitu, aku bisa mengantarmu lagi hari ini sampai ke halte,"

"Kau tak punya kerjaan lain?" heran Rosé.

"Aku hanya ingin membantumu," pria itu menggaruk tengkuknya.

"Sekarang bahkan belum hujan," Rosé kembali berjalan mendahului laki-laki itu.

"Sebentar lagi hu-" sebelum pria itu menyelesaikan kata-katanya, hujan sudah lebih dahulu turun.

Sial sekali Rosé hari ini. Gadis malang itu tersenyum penuh kekesalan lalu menyaksikan dirinya sendiri dihujami oleh rintikan gerimis dari atas kepalanya.

Chaeng | ChanroséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang