Hoshi sebenarnya tidak punya posisi apa-apa di kelas. Hanya sebagai anggota kelas biasa, tapi karena Sana, sekretaris kelas mereka yang tidak masuk beberapa hari ini, tugas sekretaris langsung beralih ke Hoshi.
Bukan terpaksa, justru Hoshi yang mau sendiri. Entalah, Hoshi suka mengisi absen kelas mereka, membaca nama-nama piket pada hari itu dan semua tugas sekretaris lainnya.
Saat di tengah pelajaran, sekretaris kelas di minta ke ruang bk untuk mengambil beberapa data agar diisi oleh anak-anak kelas. Otomatis si ketua kelas menunjuk Hoshi.
Hoshi tidak keberatan, malahan senang karena meninggalkan pelajaran untuk beberapa menit ke depan.
Langkah Hoshi terhenti ketika melihat banyak sepatu di depan ruang bk. Memang di sekolah Hoshi, setiap kali memasuki ruang bk harus membuka sepatu.
Hoshi mengangkat bahu tak peduli, lalu masuk ke ruang bk.
"Permisi," Hoshi berhenti ketika melihat sekelompok anak-anak, adik kelasnya yang menunduk.
Tanpa mengangkat kepala pun, Hoshi tahu Mingyu salah satu di antaranya.
"Sana kemana nak?" Hoshi duduk di meja guru, jaraknya juga tidak terlalu jauh dari Mingyu.
Sana masih sakit Bu. Katanya sih demam," Mingyu spontan mengangkat kepalanya ketika mendengar suara Hoshi.
Mingyu tidak merasa malu jika dia harus masuk ruang bk karena ini bukan kali pertamanya, tapi akan sangat memalukan jika Hoshi tahu.
"Tunggu bentar ya, Ibu ambilin dulu data-datanya."
Hoshi mengangguk pelan, sekarang indra pendengarannya fokus untuk mendengarkan apa saja yang Mingyu perbuat sampai masuk ke ruang bk.
"Emangnya orangtua kalian tahu kelakuan kalian kaya gini di sekolah hah? Ngerokok itu gak baik untuk kesehatan kalian. Selama ini gak ada guna kalian dapet pelajaran, masa gak tau ruginya kalo ngerokok apalagi di usia kalian ini."
Hoshi spontan menahan nafasnya. Bukannya Hoshi sudah meminta Mingyu untuk berhenti?
"Kamu juga Mingyu, kan udah jarang bikin masalah. Kok tiba-tiba berulah lagi sih? Mau Ibu panggilin orangtua kamu?" Mingyu tersentak di tempatnya.
Ancaman memanggil orangtua adalah kelemahan Mingyu. Akan sulit urusannya, apalagi jika Ayahnya sampai menyita motor kesayangannya.
"Ini nak, nanti di bagi ke temen-temen terus di suruh ngisi sesuai pertanyaan. Kalo misalnya udah beres semua, jam pulang sekolah bisa dateng ke sini tapi kalo gak, besok aja."
"Siap Ibu," Hoshi mengangkat tangannya hormat dengan senyum andalannya.
"Kalo gitu saya permisi dulu Bu.
"Iya, semangat belajarnya."
Hoshi mengangguk semangat lalu beranjak keluar dari ruangan bk.
Berusaha tidak peduli dengan Mingyu yang mengangkat kepalanya agar Hoshi bisa melihatnya.
Bukannya gue udah nyuruh berhenti yah? Kenapa gak didengerin sih?"
_____
"Kenapa mukanya di tekuk gitu sih?" Tanya Jennie ketika keduanya sedang makan di kantin.
Jaehwan dan Daniel sedang mengumpulkan tugas di ruang guru, jadinya hanya mereka berdua.
"Si Mingyu masuk bk. Mana gara-gara ngerokok lagi, sebenernya udah gue ingetin tapi yah gitu," Hoshi memainkan sendoknya dengan bimbang.
Jennie menahan senyumnya. Temannya ini, jika ditanya apakah dia menyukai Mingyu dengan tegas dia mengatakan 'tidak' tapi sikapnya sangat berlawanan.
"Intinya lo udah ingetin kan? Masalah dia denger ato gak itu urusan dia."
"Tapi gue khawatir Jen. Lagian, gue ini kenapa sih? Biasanya juga gak gini," Hoshi memainkan sendoknya di atas meja.
"Galau ya?" Tanya Daniel ketika dia dan Jaehwan sampai.
Jenni hanya mengangguk sambil melanjutkan makannya.
"Pit, si Mingyu buat masalah lagi ya? Gue ngeliat dia di ruang bk lagi nulis kaya surat pernyataan gitu soalnya tadi gue sama Danil masih di suruh beli makanan sama Ibu Jiwon."
"Mingyu nulis surat pernyataan?" Jennie menjitak Jaehwan pelan.
Hoshi baru sedikit memakan makanannya, jika sudah seperti ini Hoshi tidak mau makan lagi karena mau bertemu dengan Mingyu.
"Jae, makan gih punya gue. Udah gue bayar kok," setelah itu Hoshi beranjak pergi ke ruang bk.
Hoshi hanya diam, duduk dibangku depan ruang bk menunggu Mingyu keluar.
"Hoshi?" Mingyu menghampiri Hoshi dan duduk disampingnya.
"Keciduk ngerokok ya?" Mingyu mengusap tengkuknya kikuk.
"Dicoba pelan-pelan dulu Gyu, pasti bisa kok."
"Tadi sih ada temen yang ngajak."
Hoshi langsung memutar kepalanya menghadap Mingyu.
"Bukan Dino ato Minghao kan ? Ato anak-anak klub dance? "Mingyu menggeleng membuat Hoshi menghela nafas. Setidaknya anak didiknya tidak bermasalah.
"Terus kata Jaehwan, nulis surat pernyataan ya?" bahu Mingyu lemas seketika.
"Biasanya kalo gitu di panggil orangtuanya," ucapan Hoshi langsung membuat Mingyu menghela nafas.
"Kalo urusan sama Papa jadi ribet. Makanya gue paling males kalo kaya gini."
"Ya makanya siapa suruh ngerokok? Kan udah tahu ujung-ujungnya gini," omel Hoshi pada Mingyu.
"Ntar Papa datengnya pas pulang sekolah, dateng ya ke ruang bk."
Hoshi menatap Mingyu aneh,
"Ngapain gue harus ketemu Papa lo sih?"Mingyu terkekeh pelan, "Ya setidaknya Papa tahu siapa calon mantunya."
" Mantu apaan? Gak jelas lo."
Mingyu kembali tertawa pelan.
Aduhh kok gue grogi ya ?
To Be Continued
Ochi mau ketemu camer nih, tungguin di chap selanjutnya ya😉
Jangan lupa vote dan comment😄
![](https://img.wattpad.com/cover/174602703-288-k173816.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
First Approach (MinSoon)✔
FanfictionMake the first move, direct approch Mengejar kakak kelas yang polos jadi hal yang dinikmati oleh Mingyu. Pasalnya, Hoshi si kakak kelas tersebut kerap kali menunjukkan reaksi yang membuat Mingyu gemas