Rayuan

3K 125 2
                                    

Setelah jam istirahat pertama, semua guru sedang mengadakan rapat. Kesempatan ini sangat dimanfaatkan seluruh siswa untuk berkeliaran diluar kelas. Begitu pun dengan Joe, Anton, Edo dan Dava yang memilih nongkrong di depan kelas mereka.

Kebiasaan menggoda murid perempuan memang susah dihilangkan dari Edo dan Joe. Mereka berdualah yang paling aktif dalam masalah merayu perempuan, namun anehnya justru mereka hingga saat ini masih menjomblo.

" Eh eneng yang pake baju putih, bening amat sih neng." Rayu Edo saat salah satu siswa perempuan melewati didepannya. " Sebening embun yang menetes dipagi hari,sesejuk udara pagi, sesegar air es. Es..es teh Bu yuyu enak neng, kalo mau beli disana aja. Sekalian abang nya dibeliin juga yah." Ujar Edo.

" Ih gue kira lo mau gombalin gue, kalo mau beli es teh beli aja sendiri." Balas siswa perempuan. Lalu pergi meninggalkan edo dan teman-temannya.

" Yeee.. mau banget lo gue rayu?" Teriak edo pada perempuan itu. Namun perempuan itu enggan merespon ucapan Edo.

" Lagian lo si do, bukannya ngerayu cewek yang bener malah promosiin es teh nya Bu Yuyu. And rayuan lo itu recweeh.. tau gak?." Ejek Joe

Tak terima dengan ejekan Joe, Edo pun langsung memukul lengan Joe.

"Aduh... Sakit bego!! Lo kalau mau ngerayu cewek noh belajar dulu sama ahlinya." Kata Joe.

"Emang siapa?" Tanya Edo penasaran.

"Dava." Bisik Joe pada Edo.

Mendengar bisikan Joe, Edo langsung menelan ludahnya. " Itu sih nanti bukan diajarin ngerayu cewe, diajarinnya malah ceramah."

Diantara mereka Dava memang sangat anti dengan merayu wanita, karena prinsipnya bukan rayuan yang harus ditunjukan tapi bagaimana menunjukan  ketulusan dan tanggung jawabnya sebagai seorang lelaki.

Tak lama Elang datang menghampiri keempat sahabatnya yang berada didepan pintu kelas mereka . Muka datar memang sangat melekat pada wajah Elang, sulit untuk ditebak apakah dia sedang baik-baik saja atau sedang kacau.

Elang terduduk disamping Dava. " Lo kenapa? Lagi ada masalah?" tanya Dava.

Elang menghela napas panjang. " gue bingung."

"yaelah bos lu kalau punya masalah ceritalah sama kita. Siapa tau kita bisa ngurangin kebingungan lo." Ucap Anton

" Ratu." Kata Elang dengan pandangan lurus.

Hanya menyebut nama Ratu saja semua sudah paham masalah apa yang menerpa hati Elang.

Dava mengangguk paham. " terus apa yang saat ini lo bingungin?."

" Semuanya!." Jelas Elang.

Edo menghampiri Elang lalu merangkulnya. " gak usah galau, gak usah bingung bimbang dan gak usah resah. Mending sekarang kita happy- happy aja."

" asiik...mari kita happy-happy.." teriak Joe semangat.

" Babaank...mulai." perintah Anton entah pada siapa.

Elang menyunggingkan senyumnya. " mulaiii.." lanjut Elang.

Mereka berjalan beriringan memenuhi jalan koridor sekolah sambil bernyanyi dan berjoget sesuka mereka. Riuh sorak yang terdengar dari siswa siswi yang berada disisi jalan koridor melihat elang dan keempat sahabatnya beraksi.

Elang memang sangat beruntung memiliki sahabat seperti mereka yang akan siap dua puluh empat jam menemani dan menghibur Elang saat dirinya sedang tak baik-baik saja. Itulah mengapa Elang sangat mudah emosi saat sahabat dan orang yang dia sayang ada yang berani melukainya, ia akan siap pasang badan untuk melindungi mereka.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


Lain hal dengan Elang dan temannya yang sedang membuat keriuhan dengan berjoget dan bernyanyi dikoridor, Vea masih sangat sibuk dengan tugas osis yang harus diselesaikannya, ia memilih ruang perpustakaan untuk menyelesaikan tugas osis tersebut.

" duuuh.. pusing banget gua, mana nih proposal harus gue kasih besok ke kak Delon lagi. Duh nih cacing di perut gue udah pada teriak minta jatah lagi, ke kantin dulu kali yah." Gerutu Vea yang sedari tadi terlihat sangat gusar mengerjakan tugas proposal yang diberikan Delon selaku ketua osis.

Saat Vea hendak beranjak dari tempat nya, tiba-tiba ada seorang wanita berpakaian putih abu-abu menghampirinya. Sadar akan kehadiran wanita itu Vea hanya terdiam memperhatikan wanita yang saat ini berada dihadapannya. Yah dia adalah Ratu Adistya, siswa yang belum genap satu bulan di Sma Bakti Persada.

"gue Ratu, lo Savea kan?" tanya Ratu sambil mengulurkan tangan nya yang berniat berkenalan dengan Vea.

Vea tersenyum, lalu membalas uluran tangan Ratu. " iya gue Savea, panggil aja Vea."

" boleh ngobrol sebentar? Tapi kalo lo sibuk gapapa kok bisa next time." Pinta Ratu.

" oh enggak kok gue gak sibuk, mau ngomong apa?." Tanya Vea.

Ratu menggeser kursi yang ada disampingnya lalu dihadapkan ke arah Vea. Vea pun ikut duduk disamping Ratu.

" lo kenal Elang ?" tanya ratu

Vea mengernyitkan dahinya. "kenal. Gak Cuma gue, tapi satu sekolah kenal Elang. Dia kan emang famous."

" iya juga sih dia kan emang terkenal banget. Tapi seberapa deket sih lo sama Elang?" tanya Ratu yang makin penasaran.

Vea semakin bingung, mengapa dia menanyakan hal itu padan Vea. " gue kenal Elang hanya sebatas kenal namanya aja, untuk pertanyaan lo yang seberapa deket gue sama Elang itu mungkin lo salah nanya orang deh."

"lo suka sama dia?." Tanya Vea

" hah! Gak kok, soalnya lo waktu itu ngobatin luka dia. Jadi gue kira lo deket sama Elang." Jawab Ratu gugup.

" gue kan anak pmr, wajar dong kalo gue bantuin siswa sini yang lagi sakit." Ucap Vea yang memperjelas bahwa diantara ia dan Elang tidak ada kedekatan yang spesifik.

ElangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang