Pertemuan

2.4K 71 5
                                    

Hari ini Arven dan geng Fire king sedang berkumpul di tempat biasa mereka nongkrong, memang tak semua anggotanya hadir namun tetap jumlah mereka cukup banyak.

"Ven, udah lama nih kita gak berjumpa Elang sama pasukannya. Lo gak kangen apa?." Tanya Roy.

Arven mengisap vape nya. " Ada waktunya kita ketemu sama mereka. Lo tenang aja."

"Ok siap." Jawab Roy sambil tersenyum.

Saat mereka sedang menikmati kegiatannya masing-masing di tempat tongkrongan itu tiba-tiba terdengar suara deruman motor yang sangat keras. Benar saja itu gerombolan motor yang waktu itu mencari Arven dan mengobrak abrik basecamp Fire king. Mereka datang lagi tentunya untuk menemui Arven.

"Ven, itu mereka yang waktu itu nyariin lo." Ucap Kevin yang langsung berdiri.

"Oh jadi mereka yang nyerang kalian waktu itu?." Tanya Arven memastikan.

"Iya Ven. Lo harus hati-hati sama mereka, kayaknya mereka bukan orang sembarangan." Ungkap Ajun.

"Gue gak takut sama dia." Tegas Arven yang sudah bersiap menyambut kedatangan gerombolan itu.

Gerombolan itu pun turun dari motornya dan mendekati Arven. Seperti halnya waktu itu, mereka juga menggunakan penutup wajah sehingga Arven pun tak mengenali wajah mereka masing-masing.

"Mana yang namanya Arven?." Tanya salah satu dari gerombolan itu.

Arven maju satu langkah. " Gue Arven. Ada perlu apa lo nyari gue?." Tanyanya.

"Oh jadi ini yang namanya Arven. Ketua Fire king yang belagu dan sok jagoan itu." Ucap orang itu.

"Maksud lo apa ngomong gitu? Lo siapa sih sebenernya?." Tanya Arven mulai emosi.

"Oh iya kita kenalan dulu, gue Galen. Gue kesini cuman penasaran aja sama lo. Penasaran sama kemampuan lo, sehebat apa si lo?."

" Kalo lo mau tau kita buktikan sekarang." Seru Arven.

Galen tertawa. "Santai bro. Gak sekarang, masih ada lain waktu."

"Takut lo?." Tanya Arven.

"Iya gue takut. Gue takut kalo lo kalah. Nanti nangis." Cela Galen lalu tertawa.

"Bangsat. Mau lo apa sebenernya?."

"Gua cuman mau tau seberapa kuat orang yang ditunjuk Bani buat gantiin posisi dia sebagai ketua Fire king. Ternyata cuman anak sekolah, anak sma yang masih butuh perlindungan maminya." Tutur Galen.

"Gua bukan anak mami. Gua bisa aja abisin lo dan temen-temen lo  sekarang! Jangan lo pikir gue takut sama lo." Murka Arven mulai terpancing emosi.

"Bagus kalo lo gak takut sama gue. Kita tunggu waktu yang pas buat bertanding. Sampai jumpa lagi kawan." Pamit Galen lalu pergi meninggalkan tempat Arven beserta pasukannya.

Galen dan pasukannya sudah pergi dari tempat Arven. Arven sangat emosi, ia memang orang yang mudah terpancing emosi apalagi dengan orang yang menantangnya. Ia tak akan tinggal diam apapun tantangannya ia terima.

"Ven apa lo tau mereka itu siapa?." Tanya Roy.

"Gua gak tau mereka siapa. Yang jelas mereka adalah musuh Fire king saat masih dipegang sama bang Bani." Jawab Arven menebak.

"Gue rasa mereka cukup berbahaya Ven. Kita gak boleh gegabah buat ngelawan mereka apalagi salah ngambil tindakan. Bukannya mereka kalah nanti malah kita yang kalah." Tutur Andi memeringati Arven agar waspada dengan Galen.

"Gue gak takut sama dia. Seberbahaya apapun mereka, mereka pasti punya kelemahan." Balas Arven.

"Yang penting kita gak boleh lengah, kita harus siap dan saling ngejaga." Ucap Roy.

"Lo mau kemana Ven?." Tanya Gilang yang melihat Arven sedang bersiap menaiki motornya.

"Gue ada urusan." Jawab Arven singkat.

Arven pun pergi dengan melajukan motornya hingga kecepatan diatas rata-rata. Ia sangat emosi. Ia luapkan emosinya dengan mengendarai motor secara ugal-ugalan dijalan. Tatapannya tajam penuh amarah. Ia benar-benar tak memperdulikan orang-orang dan pengendara yang melintas di jalan itu. Sampai di pertigaan, Arven hampir saja menabrak tukang sayur yang hendak menyebrang. Untung saja tersadar dan langsung mengerem motornya.

"Mas kalo naik motor jangan ugal-ugalan dong. Untung saya gak ketabrak." Teriak mamang sayur itu.

Arven membuka helm. "Iya maaf pak."

"Lain kali hati-hati. Gimana sih." Seru mamang sayur lalu kembali melanjutkan berjualannya.

"Aarrhgg... Sialan gara-gara gue emosi jadi hampir nabrak kan." Gusar Arven mengacak rambutnya.

Saat Arven tak sengaja melihat ke arah taman yang ada di seberang jalan, ia seperti mengenali sosok gadis yang sedang duduk di bangku taman tersebut. Dengan rasa penasaran yang besar akhirnya ia memutuskan untuk melihat lebih dekat apakah sosok gadis itu adalah gadis yang ia kenal atau hanya sekedar mirip saja.
Arven memarkirkan motornya lalu menghampiri gadis itu. Dan benar saja Arven mengenali sosok gadis itu.

"Ratu?." Sapa Arven ragu.

"Arven?."

"Kamu sejak kapan ada di indonesia?." Tanya Arven

"Belum lama kok. Sekitar dua bulan yang lalu. Kamu kemana aja Ven? Selama ini aku nyariin kamu." Tanya Ratu.

Arven duduk disamping Ratu. "Ada kok. Kenapa kamu nyariin aku?."

"Aku kangen sama kamu. Aku nyari ke rumah kamu tapi tetangga kamu bilang kalo kamu udah lama pindah rumah. Aku tanya Elang dia bilang dia gak tau. Emang kamu kemana si Ven?."

"Ngapain kamu nanyain aku ke Elang?."

"Ya aku rasa dia tau kamu dimana. Tapi aku seneng akhirnya aku bisa ketemu sama kamu. " Ungkap Ratu senang.

Arven tersenyum. "Aku juga seneng bisa ketemu kamu lagi."










ElangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang