Pertengkaran

4.9K 211 5
                                    

Sesampainya Elang dirumahnya , ia melihat mobil sedan berwarna hitam terparkir di garasi rumahnya. Ia sangat mengenali pemilik mobil itu. Elang masuk kedalam rumahnya, namun suasana didalam begitu sepi seperti tak berpenghuni.

Tiba-tiba dari arah dapur feri memanggil elang. " Elang kamu sudah pulang? Sini makan dulu" ajak feri.

Elang belum mau menjawab ajakan ayahnya , ia masih memandang meja makan yang sudah dipenuhi oleh hidangan yang cukup banyak .
Ia pun mendekati meja makan tersebut. " Bi inem mana?" Tanya Elang.

" Sayaaang ... Sup nya udah mateng. Elang kamu udah pulang?" Tanya seorang perempuan setengah paruh baya.

" Oh jadi gara-gara ada dia papa ngajakin Elang makan? Harusnya Elang sadar kalo papa Elang yang dulu itu udah mati!" Ucap Elang.

Feri menatap tajam Elang, tangannya mulai mengepal kuat. " Jaga omongan kamu Elang! Kamu tidak tau apa-apa!. Dan kamu juga harus hormat terhadap calon ibu kamu!"

" Lo mending pulang, gue gak butuh ibu pengganti. Jangan harap gue bisa nerima lo disini!" Tegas Elang pada perempuan itu.

Elang pergi menuju ke kamar, namun baru tiga langkah ia kembali berbalik menghadap feri dan calon ibunya.
" Suruh pulang tuh selingkuhan papa." Lanjut elang yang kemudian kembali menaiki tangga .

    
           🌾

"Assalamu'alaikum..." Salam Vea.

Vea baru sampai dirumahnya, badanya terasa capek ia pun memutuskan untuk langsung ke kamarnya. Saat hendak menaiki tangga , aldo memanggilnya.

" Ve , lusa mama sama papa pulang. Beres-beres rumah gih! " Perintah Aldo.

" Aduuuh kak, kan ada bi dayu yang biasa beresin rumah. Gue capek banget pengen ngelurusin nih tulang punggung gue . " Jawab Vea lesu.

" Yaudah sana istirahat. "

Vea hanya mengangguk patuh pada perintah kakaknya. Ia kembali menaiki tangga untuk ke kamarnya.
Sesampai dikamar ia langsung membanting tubuhnya dikasur empuknya.

Matanya melihat ke langit-langit atap rumah nya. Rasa lelah letihnya sedikit demi sedikit mulai menghilang. Saat ingin memejamkan matanya, tiba-tiba ia terbayang dengan kejadian tadi di taman. Vea bingung apa yang membuat Elang marah padanya. Seingatnya ia tak pernah melakukan apapun, tetapi kenapa Elang sepertinya sangat kesal pada Vea.

"  aneh. Elang kenapa yah? Apa dia marah sama gue? Tapi gue kan gak buat salah sama dia. Ah tau ah! Kenapa juga gue malah mikirin hal gak penting kaya gini." Gerutu Vea

" Ah tau ah! Pusing pala gue!." Gusar Vea sambil mengacak rambutnya.

🌾

Setelah mengantar Sarah yang kini menjadi pacarnya, Feri langsung menemui Elang yang sedang berada dikamar.

Sementara Elang, ia sedang asyik dengan gitar kesayangannya. Ia memetik senar gitar dengan pelan. Elang merasa sangat kesepian tak ada yang bisa membuatnya bahagia seperti dulu. Rasanya ia ingin menjadi anak kecil seperti dulu yang tak pernah menghadapi masalah seperti sekarang ini.

Feri membuka pintu kamar Elang dengan penuh emosi. " Elang kamu ini benar benar keterlaluan! Mana sopan santun kamu?"

Elang mendongakan kepalanya, lalu menatap ayahnya. " Buat apa Elang harus sopan sama perempuan yang udah ngebuat mama pergi! Dia itu seperti sampah yang udah busuk lalu papa pungut. Kotor! Sangat menjijikkan!"

Feri menyerobot gitar yang sedang dipangku Elang lalu dibantingnya dengan keras hingga gitar itu rusak dan patah. " Jaga ucapan kamu Elang! Justru ucapan kamu yang kotor dan menjijikan! Papa udah muak dengan kelakuan kamu Elang."

" Papa pikir Elang gak muak dengan kelakuan papa? Elang juga muak dengan semua kelakuan papa yang udah selingkuhin mama. Apa pernah papa mikirin mama saat mama ada dirumah sakit? Apa pernah papa jengukin mama? Apa pernah papa peduli sama keadaan mama saat itu? Enggak! Papa gak peduli sama sekali. Papa cuman peduli sama cewek kotor itu!." Terang Elang yang sangat emosi.

Feri hanya bisa terdiam. Yah memang semua ucapan Elang itu benar. Ia tak pernah peduli dengan Mirna, yang ia pedulikan hanyalah monic.

" Kenapa papa diem, baru sadar atas semua kelakuan papa? Oh mungkin ingatan papa sedikit demi sedikit mulai pulih, kan kemarin papa itu ilang ingatan sampe sampe papa lupa mana yang istrinya dan mana yang bukan istrinya." Tegas Elang

Plaaakkk...

Tamparan keras meluncur dipipi Elang. Feri sangat marah dan kesal dengan segala ucapan yang dilontarkan anaknya ini.
" Kurang ajar kamu Elang! Kamu ini memang anak yang gak tau diri! Tidak tau terimakasih!." Bentak Feri .

" Makasih? Makasih buat apa pa? Makasih udah buat mama pergi maksud papa. " Tebak Elang yang lalu pergi meninggalkan Feri.

" Elang kamu mau keman?! Papa belum selesai!." Tanya Feri dengan nada yang amat sangat kesal.

Elang kini lebih memilih pergi dari rumah dengan membawa motornya, jika ia terus berada dirumah perdebatan itu tidak akan selesai. Elang mengendarai motornya dengan tatapan lesu tak bersemangat tak tahu kemana ia akan pergi . Dalam hatinya terselipkan pertanyaan apakah ia benar dengan sikapnya kini? Jika bertemu dengan Feri Elang tak dapat menahan rasa emosi dihatinya, ia selalu teringat akan penderitaan yang dialami oleh ibunya akibat perlakuan ayahnya itu.

ElangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang