Didalam rumah kini, terlihat berbagai macam perlengkapan untuk mengadakan sebuah pesta. Dimana disetiap sudutnya, Nara menyusun beberapa balon berwarna-warni dan segala aksesoris lainnya. Lalu menyiapkan beberapa makanan yang sudah berjejer rapih dimeja makan. Membuat siapa saja tergiur ingin segera mencicipi makanan yang terlihat enak tersebut.
"Nona, kuenya ditaruh dimana?" Tanya seorang pelayan yang kini memegang sebuah kotak kue yang sempat Nara beli tadi. Membuat gadis itu tampak berpikir beberapa saat sebelum memutuskan untuk menaruh dimana.
"Hmm.. Taruh saja dulu didapur dan bawalah saat Kyuhyun datang." Pelayan itu pun mengangguk. Lalu meletakannya ketempat yang dibilang nonanya tadi.
"Ok! Semuanya sudah selesai!" Nara langsung turun dari acara menaiki tangga yang tadi ia gunakan untuk menghias seisi ruangan. Membuat para pelayan disana bergegas berjaga disamping nonanya itu, sangat takut jika gadis itu terjatuh. Padahal mereka sudah menyuruh nonanya tak perlu menaiki tangga yang bisa saja membuat gadis itu terluka, tapi nona Nara adalah gadis yang sangat keras kepala dan tak mendengarkan kekhawatiran mereka.
"Kalian tak usah khawatir. Lihat? Semuanya terlihat sempurna bukan?" Ujar Nara yang melihat raut gelisah diwajah para pelayan.
"Nah. Sekarang bantu aku merapihkan interior yang sudah kuperintahkan kepada kalian sebelumnya." Dan para pelayan menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
Lalu Nara meminum segelas air sebelum melangkah kakinya menuju kekamar Kyuhyun.
••◽◽••
"Ne-nenek?" Minho masih tak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini. Membuat ia tanpa sadar memundurkan langkahnya karena terkejut.
"Kau kah itu? Kau benar adalah Minho?" Tanya wanita tua itu, memastikan jika penglihatanya tak ada kesalahan.
"Jangan menghilang lagi. Nenek mohon." Ujar wanita itu ketika melihat Minho yang hendak mengambil ancang-ancang untuk pergi darinya lagi.
"Tidak. Aku masih belum bisa bertemu dengan nenek untuk sekarang." Mendengar hal itu, membuat nenek Nami merasa nyeri didadanya. Kenapa sulit sekali bertemu dengan cucunya?
"Minho, apa kau tak ingin pergi denganku ke Shanghai? Mari kita tinggal bersama disana dan melupakan semua ini." Ujar nenek Nami yang mencoba membujuk Minho lagi, tapi cucunya itu menggeleng beberapa kali menandakan jika dia sangat tidak setuju dengan usulnya tersebut.
"Tidak nek, kau tau dengan sangat jelas kenapa aku melakukan semua ini. Orang itu harus sadar dengan kesalahannya maka, aku bisa hidup dengan tenang." Minho mulai sedikit memundurkan langkahnya kembali. Membuat wanita itu mengulurkan tangannya, bermaksud untuk memanggil Minho agar mendekat kepadanya.
"Aku tau perasaanmu, tapi kau tak punya cukup bukti untuk menjebloskannya kepenjara." Ujar wanita itu lagi.
"Aku sudah menemukan beberapa bukti terkait yang bisa membongkar segala kebusukannya dan aku hanya butuh bertemu dengan gadis itu untuk menjalankan semua rencanaku. Maaf, aku harus segera pergi dari sini." Minho pun berlari secepat yang ia bisa. Membuat wanita itu berteriak memanggilnya beberapa kali. Sangat sakit melihat Minho pergi darinya. Sudah dua tahun Minho menghilang dan ternyata cucunya itu berada di Korea, tempat dimana mereka sempat tinggal saat dulu.
Wanita itu pun menangisi kepergian Minho untuk yang kesekian kalinya. Kehidupan yang diterima Minho sangatlah berat. Dulu cucunya itu sangat menyendiri, tak pernah mau bercerita kepada siapapun. Terlebih, ia tak bisa selalu berada disampingnya. Membuat Minho harus merasa kesepian dirumah yang sempat ia beli dulu, hanya untuk tempat tinggal mereka sementara.
Dan kenyataan tentang kebutaan yang pernah dialami Minho dulu, membuat dia jauh mengalami hal yang sangat berat. Dan sekarang setelah Minho mengetahui tentang sebuah kebenaran. Sifatnya semakin berubah. Minho terlihat hidup hanya untuk balas dendam kepada orang itu. Orang yang sempat ia sebut sebagai 'anak'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Dress•Kyuhyun (END)
Fanfiction#11 kyuhyun (14/07/2018) Keegoisanku yang tak bisa membiarkanmu pergi. -Cho Kyuhyun