Yumi menatap nanar ponsel yang tengah ia genggam saat ini. Matanya memanas saat melihat foto kedua orang yang telah ia kenal ternyata sedang berjalan, berbincang dan saling tertawa. Dan satu foto lagi membuatnya hatinya begitu sesak. Mereka berciuman!
"Yumi! Jangan gila!" Teriak Nara setelah berhasil mendobrak pintu dilantai paling atas disebuah gedung kosong.
"Jangan mendekat jalang!" Yumi berteriak histeris. Membuat Nara membulatkan matanya. Bagaimana mungkin Yumi berkata seperti itu kepadanya?
"Ini tak seperti yang kau pikirkan. Kami tak ada hubungan apa-apa. Kau tau bukan jika aku sangat mencintai Yian?" Nara yang semula sedang asik duduk sambil menonton film kesukaannya di hari libur, dikejutkan oleh pesan dari Yumi. Gadis itu mengatakan akan membunuh dirinya. Gila. Apa yang sebenarnya sedang Yumi pikirkan?
Yumi terus memundurkan langkahnya, gadis itu terlihat begitu frustasi. Nara terus berteriak agar Yumi berhenti tapi gadis itu semakin mendekatkan dirinya disudut dinding.
"Jangan!" Nara histeris saat menyadari Yumi semakin nekat untuk terjun kebawah.
"Hikss.. Kau jahat Nara. Kau sangat tau jika aku sangat mencintai Jino tapi kenapa kau merebutnya?" Nara terus memegang tangan Yumi. Yah. Kini posisi Nara sedang mati-matian menahan tubuh Yumi yang bergelantung didinding. Sedikit saja Nara mengendurkan tangannya. Maka, Yumi atau keduanya akan terjun bebas dari lantai 4 tersebut.
"Yumi. Kau tau jika itu semua hanya kesalahan pahaman lalu kenapa kau bisa bersikap sangat bodoh seperti ini?" Nara berusaha terus menahan genggamannya. Sangat takut jika ia tak sanggup lagi menarik Yumi keatas.
"Nara hikkss." Yumi menggeleng. Entah apa yang sedang ia pikirkan. Tangan Nara berkeringat, tidak. Ini tak boleh terjadi!
Bugghhh...
"Yumi!" Teriak Nara, matanya membulat lalu tangannya gemetar. Tubuh sahabatnya terjatuh begitu saja.
Dengan cepat Nara menuruni tangga dan menghampiri Yumi.
"Yumi hiksss. Yumi! Bangun! Hikss..." Dengan masih diambang kritisnya Nara terus mengguncang tubuh Yumi dan berusaha membawa Yumi kerumah sakit.
••◽◽••
"Pasien sudah sadar tapi kami tak bisa memastikan kesalamatannya." Dokter yang merawat Yumi langsung melanjutkan langkahnya tanpa sempat Nara bertanya lebih lanjut.
"Yumi!" Nara langsung masuk begitu saja kedalam ruangan itu. Tanpa peduli dengan para suster yang masih menjaga tempat tersebut.
"Yumi! Yumi! Kau dengar aku?! Hikss.. Maaf... Tolong jangan seperti ini." Wajah Nara sangat kacau. Bibirnya bergetar. Ia sangat terguncang dengan keadaan Yumi saat ini.
"Na-nara." Ucap Yumi disela selang oksigen yang terpasang pada dirinya. Nara menggenggam tangan gadis itu sangat erat. Sangat takut jika kehilangannya.
"Ma-maafkan aku Jung Nara." Dan hari itu pun berlalu sangat cepat. Nara meraung akan kesakitannya dan rasa bersalahnya saat itu. Gadis itu terus menyalahkan dirinya sendiri.
Merahasiakan kematian Yumi dari orang-orang karena permintaan Yumi sendiri, terlebih kepada Jino. Bahkan disaat terakhir Yumi tak ingin Jino sampai mengetahui kematiannya. Bodoh. Yumi adalah gadis terbodoh yang ia kenal.
Selama berhari-hari Nara terus merasakan perasaan bersalahnya. Ia menangis dalam diam karena tak dapat menceritakan sakit hatinya kepada siapapun.
Nara beberapa kali mengunjungi sebuah tempat untuk menenangkan dirinya.
"Semuanya adalah takdir. Bahkan disaat kita terus berpikir jika semua ini adalah mimpi, semua itu tak dapat kita ubah." Nara yang semula sedang terisak didalam lututnya kemudian menoleh kepada sosok pemuda yang baru ia sadari telah duduk tepat disampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Dress•Kyuhyun (END)
Fanfic#11 kyuhyun (14/07/2018) Keegoisanku yang tak bisa membiarkanmu pergi. -Cho Kyuhyun