Matanya tertutup sejenak, menikmati hembusan angin dan embun pagi yang terasa sejuk. Gadis itu tersenyum dengan sangat cantik. Sambil melihat pemandangan yang sudah tiga bulan ini ia lihat dipagi hari.
"Nak, pakailah selimut ini." Nara menoleh saat seorang nenek yang mengenakan baju pasien yang persis dengannya memberikan selimutnya dengan tiba-tiba. Membuat gadis itu tersenyum kaku.
"Terima kasih nek." Gadis itu pun tersenyum. Nenek itu mengelus rambut Nara dengan sayang.
"Aku telah memperhatikanmu sejak masuk rumah sakit ini. Kurasa kau terlihat lebih baik sekarang." Ujar Nenek itu yang kini ikut duduk dibangku taman rumah sakit yang sama dengan Nara.
Nara memperhatikan nenek itu, sedikit mengeryit bingung. Apa dia terlihat aneh sampai nenek ini memperhatikannya?
"Percayalah. Semua ini hanya ujian yang membuat dirimu menjadi lebih tegar lagi. Semuanya akan berlalu dan kau akan mendapatkan kebahagianmu kelak." Nenek itu tersenyun kearah Nara, mata Nara terpejam sebentar dan ia mengepalkan tangannya dengan erat. Mencoba melupakan semua hal yang telah ia lalui selama ini. Hidupnya sungguh kacau, hati dan tubuhnya terasa sangat sakit.
"Temui dan ceritakan apapun kepadaku jika kau merasa sangat kesepian. Aku akan selalu menerimamu karena kau sudah seperti cucu kandung bagiku." Nenek itu pun menggenggam tangan Nara. Tersenyum sambil menatapnya. Membuat Nara yang sejak tadi menahan air matanya, memeluk tubuh nenek itu dengan begitu erat. Hangat. Sudah lama ia tak merasakan perasaan hangat seperti ini.
"Terima kasih. Sungguh terima kasih telah memperhatikanku." Ujar Nara ditengah pelukannya. Sangat bersyukur dengan pertemuan mereka.
••◽◽••
"Hari ini aku akan menjemput Nara dan membawanya hidup bersamaku." Yian sudah bersiap memakai sepatunya dan hendak melangkah keluar dari apartemennya. Ketika Minsu, gadis itu sudah berdiri kaku didepan pintu.
Yian sudah terbiasa melihat Minsu yang setiap pagi selalu saja menghampirinya dan membawakan kotak makanan.
"Terima kasih atas bekalnya tapi hari ini aku buru-buru, jadi taruh saja didapur. Nanti aku akan menghangatkankannya lagi lalu memakannya." Pria itu tersenyum dengan sangat lembut, membuat Minsu terdiam. Tanpa berkata lagi Yian pun meninggalkan Minsu dalam keterdiamannya.
Kaki gadis itu pun mulai menapaki apartemen Yian. Ia bahkan sudah tau kata sandi apartemen ini karena Yian sendiri yang memberitahunya. Katanya jika sewaktu-waktu Yian tak pulang. Maka, Minsu boleh tinggal disini untuk sementara waktu.
Gadis itu meletakkan bekal makanannya diatas meja dapur. Matanya melihat sekeliling. Semuanya tampak sempurna. Ruangan ini sangat luas untuk ditempati satu orang. Kakinya mulai berjalan mengitari ruangan depan. Selama ini ia tak merasa tertarik untuk melihat isi apa saja yang ada diruangan ini tapi hari ini rasa penasaran itu tiba-tiba muncul.
Matanya memanas saat melihat pria itu ternyata memasang beberapa bingkai foto kebersamaannya dengan perempuan itu. Minsu meremas dadanya yang terasa sesak. Sudah lima tahun ia mencoba menahan ini semua. Mulutnya selalu berkata ia baik-baik saja tapi hatinya selalu sakit disaat Yian tak pernah menatapnya.
Ia mengangkat tangan kanannya. Lalu melihat benda berkilauan yang tersemat dijari manisnya. Cincin pertunangannya dengan Yian.
Ia rasa kedatangannya untuk menemui dan menemani Yian disini tidak akan ada artinya sama sekali bagi pria itu. Karena bagi Yian Nara adalah segalanya. Dan pria itu tidak akan pernah menatap dirinya. Hanya Nara yang Yian pikirkan.
Setelah Nara sadar, ia dan Yian tentu saja merasa lega dan bahagia. Meski sebenarnya Minsu merasa khawatir dengan kehadiran Nara kembali yang mungkin akan merebut Yian yang sudah menjadi tunangannya sejak satu setengah tahun lalu. Mereka memang bertunangan. Hanya sebagai simbolis karena Yian telah membuat orangtuanya merasa lega dengan pertunangan mereka. Pertunangan dan pernikahan yang direncakan dengan gadis bernama Song Minsu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Dress•Kyuhyun (END)
Fanfic#11 kyuhyun (14/07/2018) Keegoisanku yang tak bisa membiarkanmu pergi. -Cho Kyuhyun