Prolog

319 106 86
                                    

Jumat
13-Desember-2019

08.45 WIB

Kenalin namaku Drimmy, begitulah orang lain memanggilku. Tetapi nama asliku sangat jauh dari kata itu.

Nama asliku, Rerisa Anette. Seharusnya mereka memanggilku Risa. Tapi ketika aku masuk sekolah di jenjang SMA mereka memanggilku dengan nama Drimmy.

Kata mereka, aku ini sang pemimpi besar yang tak pernah terwujud mimpinya. Tak tahu, mereka memujiku atau mengejekku.

"Risa" teriak seseorang yang berada tak jauh dari tempatku sekarang.

"Iya, Ta, disini" kataku sambil melambaikan tangan.

Yang ku lambai langsung menuju tempatku.

"Kenapa?" kataku sewaktu dia tepat didepanku.

"Gimana, ceritanya?" katanya sambil dia mengatur napas.

"Ah, ceritaku, masih ku perbaiki" kataku lalu tersenyum.

Ah iya, ini temanku. Salah satu orang yang masih memanggilku Risa dan yang paling mendukung semua mimpi-mimpiku. Gita, namanya. Lengkapnya Gita Anindira.

Entah, aku sayang banget sama dia. Dia sudah menjadi temanku hampir 3 tahun ini.

Aku juga tak tahu jelas apa alasannya sangat mendukung mimpi-mimpiku. Yang kutahu dia pernah bilang ke orang yang pernah menggangguku dan mengejek kalau aku ini tidak bisa apa-apa dengan mimpi besarku.

Yang dia bilang seperti

"Gua yakin kok Risa bisa!"

"Risa itu pinter!"

"Risa baik kok!"

"Kalian kalo gak tau apa-apa diem aja!"

"Jangan bilang yang engga-engga deh!"

"Kalian gak tahu Risa gimana!"

Dia selalu membelaku kalau aku diganggu dengan teman-temanku.

Gita juga ikut tersenyum. Dia cantik, cantik banget kalo kalian mau tau. Mungkin kalau-kalau aku terlahir sebagai pria, aku sudah naksir Gita, karena dia cantik dan juga sangat baik.

"Ah, gak sabar mau baca cerita lu" katanya.

"Hehe, sabar Gita, ini aku juga lagi usaha keras biar bisa cepet-cepet tamat" jawab aku.

Ah, aku jadi ingat suatu kejadian sewaktu kami duduk di kelas 11 SMA.

"Git, ngapain sih deket-deket sama orang penuh khayalan itu hahaha"

"Tau lu, orang kayak gitu ditemenin"

"Hidupnya dia tuh cuman penuh khayalan hahaha"

Mereka jahat.

Lagi-lagi mereka bilang seperti itu. Apa salahnya kalau Gita mau berteman sama aku? Memangnya aku seburuk itu? Disini aku cuman punya mimpi yang besar. Dan aku tidak mengkhayal, aku berusaha kok.

"Udah Gita, gpp kok, jangan di lawan ya" ucapku menahan Gita yang sudah siap-siap mau membalas ocehan anak-anak kelasku.

"Abisnya mereka, kita baru aja masuk udah pada ngehina lu, jahat banget sih, gak punya hati apa mereka, ish" Gita kesal sampai-sampai menarikku keluar kelas lagi.

"Udah Git, gak usah dipikirin" kataku menenangkannya, karena yang kulihat sekarang dia sangat kesal.

"Iya iya, oiya lu kalo diejek-ejek gitu lawan Ris lawan, jangan terima-terima aja diejek sama mereka, kalo gitu lu kelihatan bego didepan mereka, jadi merekanya makin berani ngejek lu, Ris" katanya yang masih kesal.

Iya, aku memang bodoh. Entah, aku tidak pernah ingin melawan mereka. Bagiku, ada Gita yang selalu berteman denganku itu sudah sangat cukup. Aku tidak perlu yang lain. Aku sudah menganggap Gita seperti kakakku sendiri, iya, dia lebih tua sedikit dariku.

"Iya" ucapku lalu menunduk.

Back.

"Yaudah, gua mau ke toilet dulu, pak Rusdi katanya masih ngajar, kan? Lu tunggu sini, jangan kemana-mana" katanya lalu meninggalkanku sendirian di taman sekolah.

Aku duduk dibangku yang tak jauh dari tempat kami tadi berdiri.

Udaranya sangat sejuk, aku nyaman disini. Sedikit menyesal karena aku tak pernah mampir untuk duduk disini, padahal aku 3 tahun sekolah disini.

Pemandangannya indah, banyak bunga-bunga yang indah. Ah, aku makin menyesal.

Bahkan suara air pancurnya sangat menyejukkan hati, lagi-lagi aku makin menyesal.

Aku tertawa kecil dalam hati menikmati keindahan taman sekolah yang selama ini tak pernah ku lakukan.

Tuk

Ada pesawat kertas yang mendarat tepat di sepatuku.

Kelakuan siapa ini? Apa masih ada anak SMA yang bermain pesawat kertas seperti ini?

Tapi, pesawatnya bagus, terbuat dari kertas warna-warni.

Aku memutuskan untuk mengambil pesawat itu, karena sepertinya tidak ada yang akan mengambilnya lagi.

Sebentar.

Seperti ada tulisan didalam sana.

Dengan sedikit keraguan aku membuka lipatan-lipatan pesawat kertas ini.

Iya, benar. Disini ada tulisannya.

Sepertinya ada seseorang yang sengaja nerbangin pesawat ini ke aku.

Ini kayak surat.

" Assalamualaikum tuan putri.
Gimana kabarnya? Baik, kan? Baik lah!

Kayaknya ini bakal jadi pesawat yang mewakili para sticky note untuk menjadi yang terakhir.

Pesan aku.
Jangan pernah menyerah untuk melakukan sesuatu ya. Disini ada aku laki-laki yang sangat-sangat bersedia menjadi teman baikmu yang telah diciptakan oleh Tuhan sebagai anugerah terindah untukmu tuan putri ku.

Oiya, selamat ya buat semua pencapaian kamu. Jangan lupa bersyukur dan jaga sikap baikmu ya, aku tidak mau tuh kalau sampai wanitaku berubah, cukup kamu yang seperti ini.

Ily. "

-DE a.k.a YF

Begitu kata suratnya.

Ah dia lagi, aku tersenyum mengigat sesuatu yang terjadi pada masa itu.

Aku melihat sekeliling, siapa tau pelakunya disini. Apa benar ini dia? Dia disini juga?

"Ris, ayo ke ruang kepsek, dikit lagi pak Rusdi selesai ngajar" ajak Gita yang baru aja datang.

Aku cepet-cepet sembunyiin kertasnya di saku bajuku.

"Ah iya, ayo"

______________________________________

This My new work again hehe.

Gimana gimana?

Lanjutin ga yaaaa?

Hehe

Bihchn
Jakarta
Jum'at,19.

[1] Dream Girl [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang