Bagian 15 "...anak cantik harus kuat"

63 46 1
                                    

Senin
12 Juni 2017

06.09 WIB

"Eh ini pagi banget ya? Hehehe," aku berdialog sendiri sambil menyusuri lorong-lorong sekolah yang masih sepi banget.

"Assalamualaikum, selamat pagi duniaaa," sapa aku abis buka pintu kelas, aku berani karna emang belum ada orang sama sekali.

"Ngapain yaa sambil nunggu, hm.. baca buku deh." aku ngambil salah satu novel yang ada di pojok baca kelasku.

Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya teman-teman kelasku sudah banyak yang datang, termasuk Gita, teman sebangku yang baru aja nyampe.

"Gitaa," sapaku. Yang aku sapa masih jutek, seperti biasa.

"Gita, makasih ya udah maafin aku," goda aku. Gita malah tetep nyuekin aku, dia malah siap-siap mau tidur.

"Aku udah tau dari a Renold, maaf ya Gita aku ceroboh, aku bodoh karna gak nanya namanya dulu sebelum dia deketin aku, maafin aku ya Gita," jelasin aku panjang lebar, kali ini dia gak nyuekin aku, Gita nyimak apa yang aku bilang, tapi mukanya sih masih jutek.

"Ish, bang Reno," umpat Gita pelan.

"Maaf ya Gita, Maafin aku ya Gita yang cantik," goda aku lagi.

"Ish paan sih lu, sana ah gua mau tidur, ngantuk gua, lu bawel banget sih akhir-akhir ini, kayak bukan Risa yang gua kenal, tapi yaa bagus lah, udah ah sana-sana," Gita langsung buru-buru nelungkupin mukanya ke tengah-tengah tumpuan tangannya.

16.15 WIB

"Del, tunggu sini ya, aku masuk dulu," ucap aku yang masih ragu untuk masuk atau tidak.

"Iya, udah sana buruan," usir Delvin yang aku balas wajah sinis. Yang aku sinisin malah senyum.

"Bi Wani," panggil aku ke bi Wani yang tiba-tiba dateng dari halaman belakang.

"Eh Non, darimana aja Non, bibi kangen nih," ucap bi Wani yang langsung ngerangkul aku bagaikan anaknya sendiri.

"Biasa bi ehehehe."

PRANG!

"Astaga!" Kaget aku.

"Itu siapa bi yang banting-banting barang gitu? Ayah sama bunda?" Aku asal tebak aja deh, toh yang berkemungkinan besar, yaaa mereka. Aku sama bi Wani perlahan jalan ngedekat ke pintu masuk.

"Apa?! Beraninya kamu bilang aku kayak gitu! Heh! Kamu gak berhak ngomong gitu! Bahkan sekarang kamu tuh tinggal dirumah saya!" Yang aku denger ini bentakan ayah.

"Emang dasarnya kamu gak pernah nginginin aku jadi istri kamu, kan! Semuanya aja diperhitungkan! Jangan-jangan biaya persalinan Risa dan Renold dulu juga kamu perhitungkan?!" Balas bunda.

"Iya! Kenapa?! Kamu itu boros banget Hani! Mikir dong! Udah punya anak masih aja boros! Otak tuh dipake!"

"Oke! kalo gini terus lebih baik kita pisah aja! aku gak kuat sama kamu!" Bentak Bunda dengan volume yang lebih keras dibandingkan sebelumnya.

"Bundaa~" panggilku pelan lirih. Tanpa sadar airmataku udah deras.

"Sabar ya Non, Non harus kuat, semoga hal yang tidak diinginkan gak bakal terjadi, terus berdoa Non, sabar Non" ucap bi Wani nenangin aku. Ini sebenarnya bunda aku itu bunda atau bi Wani? Aku cuman angguk-angguk aja dengan airmata yang gak bisa aku control.

[1] Dream Girl [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang