16. epilog

605 81 31
                                    

[wish you were gay]

"Tunggu, tunggu, jadi itu alasan lo masuk penjara?" tanya wanita itu dengan wajah penasarannya.

Wendy, perempuan yang ditanyai itu mengangguk pelan, sembari memeluk kakinya yang kedinginan karena suhu malam itu yang sedikit dingin. "Iya, tiga hari setelah Chanyeol meninggal, gue sama Kyungsoo ditangkap dan akhirnya masuk penjara deh. Kalo Kyungsoo, agensinya melindungi dia, secara dia kan terkenal, terus gue enggak. Emang lo masuk penjara bukan karena bunuh Mina atau Jimin atau Rose?"

Seulgi yang tadi bertanya itu menggaruk tengkuknya pelan. "Ya, kasus itu gue tutup serapat - rapatnya. Gue dimasukkin kedalam penjara karena gue ngebunuh salah satu calon pewaris perusahaan kosmetik terkenal di Korea."

"Jung Yerim?" Irene menampakkan wajah menyelidikinya pada Seulgi.

Seulgi mengangguk menanggapi pertanyaan Irene, wanita yang berada di sel yang sama dengannya. "Iya, kok lu tahu, kan lo masuk penjara dahulu dibanding gue sama Wendy."

Irene tersenyum licik. "Orang dalam lah, mereka terpana akan kecantikan gue jadi gue dijinin buat pake ponsel terus berkunjung ke sel lain, tapi cuman sel lo berdua yang bikin gue tertarik."

"Oh," ucap Seulgi paham. Ia lalu berbalik menatap Wendy yang tengah terisak itu. "Lo kenapa nangis?"

"Hari ini hari dimana Chanyeol mati karena keracunan kue, gue rindu sama dia!"

"Siapa suruh lo bunuh dia!" ejek Irene dengan nada meremehkan.

Seulgi menatap Irene dengan kesal. "Heh, sadar diri dong. Lo juga sayang ama sahabat lo yang mati ditusuk - tusuk itu."

"Jaga ya ucapan lo-" Irene memperingati gadis itu dengan nada kejamnya "dan jangan ngomong yang aneh - aneh soal Sehun, dia beda."

Wendy tertawa merendahkan setelah mendengarkan pembelaan Irene. Ditatapnya wajah wanita itu dengan sinis. "Beda apanya. Dia juga berakhir terbunuh, makanya lo masuk penjara kan. Udah ah, jangan beda - bedain kesalahan kita. Kita semua disini salah!"

Irene dan Seulgi yang mendengar ceramahan Wendy itu hanya diam saja, sembari memainkan anak rambut mereka yang terurai itu, tak peduli seberapa berantakan rambut mereka sekarang.

KLIK..

Sel penjara yang terkunci itu secara sengaja dibukakan oleh seorang petugas.

Irene menghentikkan kegiatannya memainkan rambut dan menoleh pada petugas itu. Senyum singkat muncul di bibirnya. "Suho, ukhh, kau lama sekali membukakan pintunya."

"Maaf, gue tadi masih disuruh buat kunciin sel penjara yang lain!"

Wendy yang melihat Irene tengah berbincang dengan salah petugas yang tak dikenalnya itupun menyingkut badan Seulgi. "Lo kenal dia?"

"Enggak!" pungkas Seulgi disertai gelenganny pelan.

"Nah, sahabat - sahabatku yang baru kutemui hari ini, jika kalian mau membusuk di dalam sini, jangan keluar ikutin gue, gue dah malas disini!"

Wendy tersenyum singkat.

Seulgi menatap Irene dengan senang. "Kita beneran mau keluar dari nih tempat busuk?"

Irene mengangguk mantap. "Iya, tapi sebelum itu-"

Ia melemparkan dua pistol berwarna hitam dengan dua peluru di masing - masing pistol ke hadapan Wendy dan Seulgi yang tengah duduk di lantai itu.

"Persiapkan diri kalian!"

Wendy dan Seulgi pun mengangkat kedua pistol itu dan menaruhnya pada saku kanan masing - masing.

Irene menatap keduanya secara bergantian. "So, are you ready, girls?"

"Yes!"

THE END

THE END

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎨🎨🎨gue putusin buat tiga member aja, maap nih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎨🎨🎨
gue putusin buat tiga member aja, maap nih.


terimakasih buat yang selalu pantengin dan baca wish you were gay.

terimakasih juga buat yang udah vote dan komen. i lup u all

salam sapi,
bae_selvia

Wish You Were Gay ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang