Utamakan Dirimu

86 7 5
                                    

P6. Utamakan Dirimu

☀☀☀☀☀

Jam dinding di rumah Hana menunjukkan pukul 4 sore. Teman-teman ibunya baru saja pulang beberapa menit yang lalu.

"Hana, Mama nitip ini buat Ferry." Gea menyerahkan satu kantong plastik kecil berwana hitam.

Hana menghampiri ibunya, menghentikan aktivitasnya mencuci piring.

"Kue dadar gulung? Mama buat sendiri?" ucap Hana setelah mengintip isi dari kantong plastik itu.

Gea tersenyum lebar. "Iya dong. Kamu sih, tadi disuruh cepet pulang buat bantuin Mama bikin itu. Tapi kamu malah pacaran dulu sama Auxi. Pantesan nggak pulang-pulang."

Hana memasang wajah cemberut. "Aku nggak pacaran sama Auxi Ma... Lagian kan aku nggak pulang-pulang, karena diajak sarapan dulu."

Gea tertawa. "Ulu-ulu, anak gadis mama. Kok gondok sih, nanti cepet jadi nenek loh."

"Kalau aku jadi nenek, mama apa dong?" Hana menaik turunkan kedua alisnya.

Gea berkacak pinggang. "Oh, udah berani sama orang tua ya, kamu."

Hana menunjukkan cengirannya. "Damai, ma."

Gea mendelik. "Damai-damai."

"Mama... Mama..."

Suara Frischa mengalihkan mereka.

"Mama diomelin sama Frischa tuh," celetuk Hana lalu tertawa.

"Apa, Sayang?" Gea menciumi tangan Frischa.

"Yaudah Ma, aku pamit ya."

"Iya, Sayang."

Kemudian Hana keluar dari rumah.

Ferry adalah tetangga Hana sejak kecil. Hubungan mereka tidak terlalu dekat. Hanya sebatas saling sapa dan mengobrol sesekali saja.

Namun beberapa hari yang lalu, tiba-tiba Ferry menembak Hana. Ia mengatakan bahwa ia sudah memiliki perasaan pada Hana sejak lama. Tetapi Hana meminta maaf pada Ferry karena ia tidak bisa membalas perasaan Ferry.

Sejak hari itu ia sadar apa maksud Sera. Sepertinya Sera menganggap bahwa ia lah yang mengambil Ferry. Itu artinya Ferry memang sudah menyimpan perasaan padanya sejak ia masih SMP.

Dan hari ini adalah pertemuan pertamanya dengan Ferry setelah kejadian itu.

Ia memencet bel rumah Ferry.

Tak sampai semenit kemudian Ferry membuka pintu rumahnya.

"Eh, Hana." Ferry menatap Hana dengan mata berbinar.

Hana menyunggingkan sebuah senyuman. Ia tahu apa arti tatapan itu. Namun ia pura-pura tidak tahu.

"Hai, ini ada titipan dari mama." Hana menyodorkan kantong plastik yang berisikan kue dadar gulung tadi.

Ferry menerimanya dengan senang hati. "Bilang ke tante Gea, makasih ya."

Hana mengangguk. "Iya."

"Mau mampir dulu?" tawar Ferry sambil hendak membukakan pagar rumahnya.

"Ngga-"

"Eh... Hana, masuk dulu." Belum sempat menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba ibu Ferry muncul dari dalam rumah.

"Kamu ini Fer, ada tamu kok nggak di suruh masuk. Ayo, Nak Hana masuk dulu."

"Iya, Tan." Mau tak mau Hana masuk ke dalam rumah Ferry.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love Me or Leave Me (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang