"Sebaiknya diantara suami istri tak ada lagi rahasia. Tunjukkan milikmu dan aku pun begitu."
"Memangnya kita sedang berjudi?"
"Bukankah kau lebih suka yang seperti itu? Atau.."
Secara tiba-tiba, Jason mencium bibir Gladys yang masih terpoles sisa lipstik, dan membuat gadis itu berantakan.Bagai tersihir, Gladys hanya pasrah dan diam saat lidah itu menjelajah masuk dan kian ke dalam untuk menggoda dan berdansa seirama nafsu yang menguar dari tiap pori-pori tubuh Jason. Pria itu, sudah tidak tahan lagi. Dia sudah menunggu terlalu lama. Mungkin Jason bisa dikenai pasal menggauli anak kecil, oleh karena itu dia bersabar hingga detik ini.
Gladys mulai gelisah karena oksigen yang keluar lebih banyak ketimbang yang masuk. Tentu dia belum ingin mati muda akibat ciuman ganas suaminya. Terpaksa, Jason menghentikan ciumannya dan menggigit bibir bawah istrinya yang sudah bengkak dan kemerahan.
"Akan ku hukum bibir ini. Karena dia sering mengumpatiku saat di belakang."
"Kau.. bagaimana kau.."
"Aku tahu. Dan aku geram sekaligus gemas untuk memberinya pelajaran. Mulai malam ini, bibir ini hanya boleh mendesah, selebihnya dilarang."
"Bagaimana jika aku dalam kesulitan."
"Memohonlah, sayang."
"Kau.." kalimatnya terpotong, digantikan desahan yang tak mampu Gladys tahan. Serangan yang begitu tiba-tiba dan bertubi-tubi.Tubuhnya terkungkung dalam pelukan Jason. Kedua tangannya menjadi tawanan Jason diatas kepalanya sendiri. Sedangkan Jason, dengan bebas melakukan apapun dengan tangan kanannya untuk menjelajahi tiap lembah rahasia daripada tubuh istrinya.
"Kau tahu, ingin sekali aku menjelajahi tiap jengkal tubuhmu."
"Jangan.."
"Why? Bukankah kau menikmatinya? Aku akan mengajarimu untuk menjadi penurut dan..."
"Aahh..plis.."
"Please what? Kau menyukainya kan?" Tangan itu tak kebas saat berkali-kali menyentuh pintu kewanitaan istrinya yang sensitif.Kemudian tiap sentuhan selalu menghasilkan desahan. Hal terhebat adalah saat bibir Jason secara terbuka dan terang-terangan mengulum ujung puting istrinya yang sudah mulai menegang. Sedangkan gairah gadis itu sudah berada diujung jemari Jason yang terus bermain dan menggodanya.
Sapuan lidahnya yang basah dan hangat meninggalkan bekas di banyak tempat dan membuat Gladys mencengkeram erat pakaian Jason yang tertinggal. Believe or not, mereka bahkan belum sepenuhnya telanjang. Mungkin Jason sudah gila, tapi dalam pemikirannya dia ingin mengabadikan momen indah tersebut dan memutarnya saat ia ingin.
Gladys tidak mengeluarkan sepatah katapun, kecuali rintihan putus asa saat Jason menghentikan sentuhannya. Jason bertekad untuk mengajarkan Gladys bagaimana untuk menghargai pemberian Jason, termasuk kenikmatan.
"You want it?"
"Get off, Jas."
"Ssshhh.. tidak sopan mengumpat. Tell me what you want."
"No.." teriak Gladys.Jason masih bisa melihat ego yang besar sedang menjulang diantara mereka, dia akan menghancurkan itu dan membuat Gladys sadar. Apapun yang dia tentang hari ini, akan membuatnya tak terkendali di kemudian hari.
Tangan Jason mencubit sesuatu, secuil daging yang tersembunyi dibalik selembar kain dan membuat pemiliknya seketika menjadi tidak terkendali. Jason pun melakukannya berkali-kali dengan tempo yang sama.
"Aah.. aah.. ah.." nafas Gladys kian pendek.
"Kau menyukainya kan?" Gladys diam tak menjawab, tapi terus mendesah dan kian hebat.Jason seketika berhenti. "Jika kau ingin pelepasan, just let me know."
Pandangan mereka bertemu, Jason dengan tatapannya yang tajam menembus kesayuan mata Gladys yang sedang mengharapkan pelepasannya. Rasanya tak tertahankan sekaligus mengkhawatirkan, layaknya telur diujung tanduk.
"Aku.." nafasnya terengah-engah, membuat mata Jason menggelap dan berniat menuntaskan malam ini lebih awal. Dan melanjutkan beberapa ronde setelahnya."Kau akan dapatkan pelepasanmu."
Jason pun menyibak gaun tersebut dan mengecup secuil daging yang telah ia permainkan tadi. Kilatan berwarna merah segar yang basah dan membengkak, sungguh menggodanya. Tentu saja, dia langsung mendaratkan ciuman dan lidahnya di sasaran yang tepat. Jason segera memberikan Gladys orgasme pertama, mungkin yang terhebat yang pernah Gladys rasakan seumur hidupnya. Dan Jason tidak ingin berhenti, kecuali Gladys meminta.Kenyataannya, Gladys hanya mendesahkan nama Jason di sela rintihannya dan sesekali mencengkeram rambut Jason. Gladys, dia telah menjadi tawanan Jason dan terpenjara dalam bingkai kenikmatan birahi.
"Aaahhh...sakit." Nafas Jason tercekat sekaligus senang. Dia pun mencium seluruh wajah istrinya. Tidak ada air mata, hanya kemarahan yang tertahan."Its okay. Sebentar lagi tidak akan sakit."
"Kau bicara seperti itu, karena bukan kau yang merasakan."
"Jika aku bisa, aku bersedia menukar rasa sakit itu." Melihat kesungguhan Jason, akhirnya air mata itu meleleh dengan sendirinya.
"Kau menangis?" Tanya Jason dengan nada mengejek.
"Gladys yang agung sedang menangis. Oh akhirnya. Ku kira kau adalah wanita sekeras baja dan sedingin berlian."
"Apa aku tidak boleh menangis?"
"Menangislah, karena aku suami mu. Sekarang kaitkan kakimu."
"Untuk?"
"Untuk menggantikan tangisanmu dengan kenikmatan. Memangnya apa lagi?"
"Kau... Ahh.. ah.. Jason.."
"Yes baby girl, scream my name."
"Aahhh... Jas..aah.. ahhhh... Aaah..."Menurut kalian, berapa kali Jason akan memimpin permainan? Ask him.
_the End
KAMU SEDANG MEMBACA
Building One Shoot (Complete)
ContoMalam yang dingin, bekerja seorang diri, tidak pernah ada yang tahu apa saja yang terjadi dibalik gerbang utama sebuah gedung perkantoran. cerita ini akan menjelaskan sebanyak apa rahasia yang berada di balik automatic door transparan penuh musliha...