"Pagi Elena... Kau sudah minum latte?"
"Pagi Black. Dan aku belum pesan kopi."
"Mau ku pesankan?"
"Sure... Ca-"
"Caramel latte, less ice, less sugar. Tapi apa kau pernah memikirkan untuk berubah dari ice menjadi hot latte?"
"Nope. And thanks."Black, pria itu manis sekali. Setiap hati dan setiap pagi sebelum kami memulai aktivitas kerja, dia selalu menanyakan apakah aku sudah minum kopi atau belum. Biasanya dia tidak datang dengan segelas kopi saja, juga ditambah dengan brownies atau havermout cookies. He is really my type.
"Pagi, El."
"Pagi, Sir. Saya sudah mengirimkan jadwal anda hari ini dan berikut beberapa materi meeting nanti siang."
"Maaf El, tapi kita memiliki perubahan jadwal."
"Oh, apakah ada yang saya lupakan?"
"Nope. Tapi kau tahu kan bahwa sekretaris di lantai Direksi sedang cuti melahirkan."
"Yess.. And?"
"Dan Direktur baru meminta agar salah satu dari staf protokoler bisa menggantikan posisi tersebut untuk sementara waktu."
"Direktur baru?"
"Oh,, sorry. Tepatnya Wakil Direktur Utama."
"Jadi, anda ingin saya melakukan apa?"
"Pack your thing, and shoo."
"Really?"
"Yes. Aku akan mengantarkanmu ke lantai 6. Disana benar-benar kosong dan kite tidak boleh meninggalkan Direktur kita sendirian."
"Saya bisa ke lantai 6 sendiri pak. Sebaiknya bapak sarapan dulu, sudah saya siapkan di ruangan."
"Okay, thanks El. Kau memang terbaik."
.
.
.
Sekretaris Perusahaan bukan sebuah Divisi atau bagian khusus, kami seperri sebuah badan besar yang mencakup segala hal yang bersifat umum-khusus. Seperti protokoler, corporate communication, dan sekretaris untuk beberapa jajaran penting di perusahaan. Sebut saja Direktur dan Komisaris, secara struktural aku masuk dalam bagian staf protokoler, itu artinya aku sudah melewati jenjang sekretaris maupun asisten.Di perusahaanku ini sedikit flexible, maksudnya tidak semua jajaran memiliki asisten, tapi jika mereka memiliki asisten tentu merangkap sebagai sekretaris. Lebih kurangnya seperti itu.
Ding
Lift berbunyi dan aku sudah tiba di lantai khusus board of director (BOD), kami memiliki setidaknya 7 jajaran BOD, belum ditambah jabatan baru yaitu Wakil Direktur. Tadi sambil menyantap sarapan, Mr. Francis sudah memberiku ceramah pagi darimana pria ini berasal, maksudku bapak Wakil Direktur yang baru.
Sesuai arahan komisaris dan mengingat bahwa struktural kami tidak memiliki jabatan Presiden Direktur, ditambah lagi DU kami memang sangat sibuk, aku pernah gila hanya melihat jadwalnya, maka WDU ini dinilai harus mengisi kekosongan saat DU tidak di tempat. Entahlah, aku rasa cukup mereka berdua saja yang berbagi tugas.
Aku duduk di bangku Sekretaris DU yang tersedia, terlihat rapi dan semua sesuai di tempatnya. Kami yang pernah mengenyam pendidikan sekretariat perusahaan pasti sudah mendapatkan basic SOP tentang penataan dokumen pada meja yang kami tempati. Sehingga apabila terjadi kekosongan sewaktu-waktu, maka siapapun bisa menggantikan posisi tersebut tanpa harus repot mencari dokumen yanh diinginkan.
Aku mulai merapikan barang-barang pribadiku. Karena aku tahu Karen Humphrey tidak akan kembali dalam waktu dekat, si*lan. Dan aku merangkap tiga hal bersamaan untuk mengawal pejabat baru ini, asisten, sekretaris, dan protokoler. Mungkin selama Karen tidak hadir, setengah gajinya akan masuk dalam rekeningku, semoga. Jika tidak, maka aku akan benar-benar gila.
Aku mendengar suara pintu dibuka, secara otomatis aku berdiri dan bersiap bertatap muka dengan pejabat tersebut.
"Selamat pagi, ada... Apa yang kau lakukan disini Prince?"
Prince bertepuk tangan mengejek keberadaanku sebagai bagian dari keuntungannya, sungguh aku sudah tahu apa isi dan rangkaian pikiran dalam otaknya."Apakah aku sedang beruntung, Elena?"
"Tidak. Aku saja yang sedang sial."
"Sungguh, aku tidak mengira bahwa Mr. Francise akan mengirim staf protokoler terbaiknya."
"Kau pasti sudah merencanakannya kan? Berhenti kagum seolah-olah semuanya adalah kebetulan."
"Oh, kau menyakiti perasaanku Elena." Jawabnya mendramatisir sambil kedua tangannya mendarat di jantungnya."Adakah hari dimana aku bisa lebih beruntung daripada Senin yang cerah ini?"
"Tutup mulutmu Prince. Ini di kantor."
"Lalu? Bukankah aku bosmu dan kau adalah asisten dan protokolerku?"
"Screw you, Mr. Herbert."
"Kau harus didisiplinkan, Ms. Fletch."
"Terserah."Pertengkaran kecil kami harua ditunda karena aku sudah melihat adanya orang yang datang mendekat.
"Welcome at Six Floor, Mr. Francise."
"Thanks Elena. Ini pesanan kopimu yang tertinggal dari Black.
"Kau benar-benar kucing yang manis saat Mr. Francise datang. Tapi kau menjadi ganas saat denganku, ada apa denganmu?"
"Benarkah yang dikatakan Mr. Herbert, Elena?"
"Saya sedang beradaptasi Sir."
"Good. Berbaiklah dengan Mr. Herbert. Kita belum tahu kapan Karen dapat kembali ke bangku kerjanya." Pesan Mr. Francise dapat kuartikan : betah-betahlah kau disini, karena Karen tak akan kembali.Aku sedang berusaha mengontrol wajahku saat Mr. Francise dan Prince sedang mengobrol ringan tentangku. Hello, my friend, i am here. Dan orang yang sedang kalian bahas masih disini, dan aku kesal bukan main.
"Baiklah Mr. Francise, selanjutnya pacarku yang menyiapkan segalanya."
"Sorry... pacar?"
"Iya... kau bertugas menemaniku dan menyiapkan segala kebutuhanku, bukankah kau berubah menjadi pacarku?"
Sungguh, aku tidak sanggup marah atau berkata kasar lagi.
"Mr. Francise, adakah kandidat lain selain saya?"
"No. Karena posisi ini strategis dan kita tidak boleh membiarkan Wakil DU kita sendirian tanpa arahan. Kau tentu bisa Elena, DU sendiri yang memilih mu."
Oke, tamat sudah riwayatku. Sepertinya aku, Elena Fletch, akan mengakhiri masa bahagianya detik ini juga."Okay, aku tinggal ya." Sahut Mr. Francise pergi dari lantai 6. Setelah beliau menghilang dalam lift, Prince tak menyiakan waktu untuk menggangguku dengan meneguk langsung kopi pemberian Black.
"Kau sungguh tidak sopan."
"Kopi ini tidak ada enaknya, atau karena ini pemberian si Black?"
Aku memutar kursiku dan menghadap layar 24 inch, memulai pekerjaanku.
"Saya akan diluar jika Anda membutuhkan sesuatu."
"Aku butuh sarapan."
"Menu apa yang Anda inginkan?"
"Morning Sex, mungkin..."
.
.
.
End
KAMU SEDANG MEMBACA
Building One Shoot (Complete)
Historia CortaMalam yang dingin, bekerja seorang diri, tidak pernah ada yang tahu apa saja yang terjadi dibalik gerbang utama sebuah gedung perkantoran. cerita ini akan menjelaskan sebanyak apa rahasia yang berada di balik automatic door transparan penuh musliha...