Generator Set

5.9K 54 0
                                    

Rapat masih berlanjut, hingga akhirnya pemadaman itu terjadi.
"Periksa, apakah pemadaman ini sesaat?"
"Tenang pak. Dalam 23 detik, beban listrik akan sepenuhnya disupply dari Genset."
"Pastikan saja."
"Sudah pak."
"Darimana kau tahu?"
"Karena ini." Wanita itu menunjukkan ponselnya yang menampilkan matriks cctv di beberapa wilayah vital gedung.
"Sebaiknya bapak duduk kembali."
--

"Lain kali aku tidak ingin hal seperti tadi sore terjadi."
"Tapi kan hal seperti itu wajar. Lagipun tidak ada masalah yang serius dan fatal."
"Tapi pembahasan tadi sangat penting."
"Iya, iya, lain kali saya potong saja sekalian kabel induknya."
"Dasar kamu."
"Udahlah. Rapat sudah beres, sekarang tinggal cek rencana liburan buat teman-teman."
"Pengajuan dana sudah saya tanda tangan. Sekarang giliran kamu menemani saya ke basement."
"Untuk apa?"
"Cek genset. mau apa lagi memang?"

Perjalanan dari kantor menuju basement 2 serasa layaknya seharian. Sungguh jauh memang, tapi mau dikata apa lagi?
"Pak, saya rasa sebaiknya kita mampir ke kantor Building Management, sehingga kita..."
"Aku sudah meminjam kuncinya."
"Tapi saya tidak tahu apa yang harus di cek."
--

Di hadapanku sekarang terpampang dua pasang pintu baja dengan daun pintu ganda, tinggi mencapai 3 meter atau lebih. Pintu itu terlihat kokoh dan juga berat, tapi entah mengapa terlihat ringan saat dia yang mendorongnya.

Tentu dia boss ku, siapa lagi memang manusia paling usil di alam semestaku? Adrian Roshan. Dia pernah menjadi semestaku, tapi dulu. Sekarang, dia hanyalah boss ku dan tidak ada apa-apa diantara kami.

--
Dengan tergesa-gesa aku membuka pintu, memutar anak kunci pada silindernya, dan kutekan handle nya agar pintu terbuka, sebelum akhirnya Nila berubah pikiran dan mencemooh karena ide gilaku sore ini.

Aku mengajaknya kesini, bukan karena untuk mengecek alat. Aku adalah boss, dan aku hanya perlu satu kata 'beres' seperti yang biasa Nila katakan padaku. Pintu terbuka dan kami pun masuk. Tak lupa aku mengunci ruangan lagi dan mengantonginya di dalam saku ku.

"Apa mau dilihat sekarang?"
"Tanki solar. Masih terisi atau tidak?"
"Please, tanki solar harian ini sudah terhubung dengan tanki bulanan di sisi depan. Jadi harusnya yang di cek adalah tanki bulanan."
"Sekarang panelnya."
"Pak, secara saya bukan orang teknik mesin ataupun listrik. Pak kira saya paham?"
"Kamu harus paham semuanya, termasuk perasaanku ke kamu."

Dia tertohok sepertinya, tapi tidak gelagapan, hebat bukan asisten pribadiku ini?
"Saya tidak akan ijinkan kamu keluar dari sini sebelum kamu jawab pertanyaan saya."
"Pekerjaan saya tidak mengharuskan saya untuk mendalami semua bidang, termasuk perasaan bapak. Maaf saya undur diri." Dia pun berlalu.

Terdengar suara handle pintu yang diputar beberapa kali dengan susah payah, bahkan terdengar suara gedoran keras.
"Kamu kira jam segini ada orang di lantai basement."
"Pihak keamanan selalu mobile."
"Tapi sekarang pertukaran shift." Dia pun melirik ke arah arlojinya yang menunjukkan tepat pukul 7 malam.

Kemudian, dengan kutarik pergelangan tangannya meskipun dia meronta dan kuposisikan dia di sudut ruangan. Terlindungi dari mezzanin ruang trafo diatasnya.
"Aku harus bagaimana supaya kamu mau balik sama aku?"
"Bapak tidak harus melakukan apapun. Karena saya sudah tidak bisa berubah."
"Terus kamu mau jadi perawan tua?"
"Masa depan saya bukan urusan bapak. Lagipun tidak akan ada nama bapak dalam masa depan saya."
"Saya masih boss kamu."
"Saya tidak peduli jika mau dipecat."
"Jadi kamu mau dipecat?"
"Silahkan, saya nggak takut."

Matanya yang nyalang justru membuatku makin tertantang dan nafsuku sudah diujung kejantananku. Kupaksa dia menerima ciumanku sekaligus untuk mengunci kalimat sarkasme yang selalu dia lontarkan sedari tadi. Kuhisap lidah itu sekuatnya berharap dia akan menurut padaku, tapi sepertinya aku salah. Dia masih meronta dengan tenaga yang dia punya, apa mau dikata, jadi kubuka sekalian blazernya dan kuremas kedua payudaranya bersamaan. Tangannya pun melemas seiring dengan kejantananku yang sudah menonjol dan kutekankan pada paha yang tertutupi rok pensil berwarna peach itu.

Building One Shoot (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang