"Kamu tahu persamaan antara kamu dan tanggal merah? Iya, kalian sama-sama aku harapkan."
***
"Kak Rangga!"
Rangga yang baru saja akan memasuki kelasnya langsung berhenti saat mendengar ada yang memanggil. Saat menoleh ke belakang, ia mendapati Kayla yang sedang menatap intens ke arahnya.
"Apa?" tanya Rangga to the point.
Kayla menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba gatal. Sedikit takut ditatap begitu tajam oleh seseorang yang dia sukai. "Em ... anu, aku mau minta maaf soal kemarin. Gara-gara aku, Kakak jadi terluka."
Rangga menaikkan sebelah alisnya. "Gara-gara lo?"
Kayla mengangguk. "I-iya. Kalau aja Kak Rangga nggak ngelihatin aku, pasti Kak Rangga nggak bakal—"
"Stop, stop. Geer banget lo. Siapa juga yang ngelihatin? Jangan kebanyakan nonton drama korea. Jadi halu kan lo," semprot Rangga sebelum Kayla benar-benar menyelesaikan kalimatnya.
Seketika Kayla merasa hatinya tercubit. Namun, hanya sebentar. Karena pada detik berikutnya, ia tersenyum begitu lebar. Hal itu mengundang tatapan ngeri dari Rangga. Sepertinya, gadis itu betul-betul gila, pikirnya.
"Nggak usah ngelak Kak Rangga. Kita tuh udah terikat batin. Jadi, aku bisa rasa apa yang Kak Rangga rasain," sahut Kayla diakhiri dengan kekehannya.
"Bucin. Nggak sudi gue terikat batin sama lo. Sana deh pergi, ganggu aja," usir Rangga sambil mendorong-dorong bahu Kayla agar menjauh darinya.
Kayla mengerucutkan bibirnya tak suka. "Kasar banget. Maafin dulu, Kak. Baru deh Kayla pergi."
"Ogah!"
"Ya udah kalau nggak mau, Kayla nangis nih," ancam Kayla.
"Bodo amat."
Setelah itu, Rangga langsung masuk ke kelasnya. Dan, Rangga harus mengelus dadanya sabar saat menyadari Kayla masih setia membuntutinya seperti seekor anak kucing yang mengikuti induknya.
"Lo ngapain sih ngintilin gue? Pergi, nggak?" usir Rangga dengan tatapan tajamnya. Sungguh, ia sangat dongkol dengan sikap Kayla yang keras kepala.
"Maafin dulu, baru Kayla pergi."
"Ogah!"
"Maafin, Kak."
"Nggak peduli."
Kayla tidak mau kalah. "Ya udah, kalau gitu Kayla bakal tetep di sini sampai Kak Rangga maafin Kayla," putusnya.
Ya Tuhan, ingin sekali rasanya Rangga menenggelamkan gadis pendek itu ke dalam kolam yang berada di dekat aula. "Nyusahin ya lo."
"Biarin."
Satu per satu teman sekelas Rangga mulai memasuki kelas. Rangga semakin geram saat Kayla sama sekali belum beranjak dari hadapannya.
"Ya udah, ya udah, gue maafin. Sekarang, cepet pergi dari sini," ucap Rangga pada akhirnya.
Seulas senyum manis terbit dari bibir Kayla. Gadis itu melompat-lompat saking girangnya. "Nah, gitu dong dari tadi. Ya udah, Kayla ke kelas dulu, ya. Bye ... Kak Rangga, jangan kangen, ya."
Setelah Kayla benar-benar pergi, Rangga terus saja mengumpat. Rangga merasa hidupnya benar-benar tidak tenang setelah hadirnya Kayla. Gadis tengil nan menyebalkan itu terus saja menghantuinya di mana pun ia berada. Setelah dipikir-pikir, Rangga jadi menyesal telah menolong Kayla di hari pertama mereka bertemu.
Masih dengan suasana hati yang dongkol, Rangga membuka tasnya dan mengeluarkan buku fisika. Sepuluh menit lagi bel jam pelajaran pertama akan segera berbunyi. Tetapi, ketiga temannya belum juga menampakkan batang hidungnya.
"Ini tiga bocah pada ke mana, sih? Tumben jam segini belum pada datang," gumamnya.
Rangga menoleh ke sebelah kirinya, yaitu Samuel. "Sam, tadi lo ketemu Iqbal, Ken sama Fikri, nggak?"
"Tadi sih kalau nggak salah liat mereka lagi pada nongkrong di pinggir lapangan," jawab Samuel seraya mengeluarkan ponsel dari saku celananya.
Rangga hanya ber-oh ria.
Tepat pada saat bel berbunyi, barulah ketiga orang tersebut muncul dari ambang pintu. Sesekali mereka tertawa, entah apa yang mereka bicarakan.
"Dari mana aja kalian?" tanya Rangga langsung.
"Itu Ga, si Fikri minta ditemenin nongkrong godain adik kelas yang lewat," sahut Iqbal.
Fikri tak terima dengan jawaban Iqbal. "Enak aja, itu juga saran dari lo ya, Bal," elaknya.
"Yeee, terus kenapa lo mau waktu gue ajak?" ucap Iqbal telak.
Fikri mendesis kesal. "Ya daripada jadi kambing congek di depan Ken sama dedek manis," alibinya.
"Siapa tuh dedek manis?" tanya Rangga dengan kening berkerut.
"Si Kayla, Ga. Kan dia emang manis," timpal Iqbal.
"Cewek kayak gitu dibilang manis," cibir Rangga.
"Jangan gitu Ga, jatuh cinta tau rasa lo," sahut Ken setelah beberapa saat hanya menyimak.
"Nggak sudi, ambil noh kalau mau," ucap Rangga datar.
"Oke, kita lihat aja nanti," ucap Ken seraya mendaratkan bokongnya di samping Rangga.
"Iqbal, Fikri, segera duduk di bangku kalian masing-masing!" seru Bu Mei yang masuk dengan tiba-tiba.
Kedua cowok itu segera duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still You (Completed)
Roman pour AdolescentsTeenlit _____________ "Mau nggak jadi pacar gue?" Kalimat itu meluncur begitu saja dari mulutnya membuat Kayla seketika mendongak dan menatap lurus ke arah Rangga. Tubuhnya kaku, jantungnya berdebar tidak karuan. Kalian tahu, ingin rasanya Kayla ber...