"Semoga hanya raga kita yang jauh, tidak dengan hati."
***Sudah hampir seminggu semenjak Kayla memutuskan untuk menjauh dari Rangga. Namun, teror itu masih berlanjut. Kayla menatap kosong apa pun yang ada di depannya. Gadis mungil dengan sweater berwarna abu-abu itu seolah tak memiliki semangat hidup. Selama hampir seminggu ini ia memilih menghabiskan waktunya di perpustakaan ketika istirahat tiba. Elsa dan Tyas sudah berkali-kali membujuknya untuk tidak terlalu memikirkan kejadian itu. Andai mereka tahu, Kayla juga ingin seperti itu. Namun, selalu gagal.
Hari ini seluruh penduduk SMA Jaya Bakti pulang lebih cepat dibandingkan hari-hari biasanya. Itu karena di sekolah mereka akan diadakan bermacam-macam perlombaan sehingga para guru sibuk melatih siswa-siswi yang terpilih ikut lomba. Hal itu disambut antusias oleh semua murid.
Kayla berdiri sendirian di halte. Ia sedang menunggu supirnya menjemput. Namun, sudah setengah jam ia menunggu, Pak Pur tak juga datang menjemputnya. Kayla merutuki ponselnya yang baru saja lowbatt sehingga tak dapat menghubungi Pak Pur kembali.
Tiba-tiba muncul dua orang asing dengan gerak-gerik mencurigakan. Kayla meremas sweater-nya harap-harap cemas. Apalagi, dua orang itu semakin mendekat ke arahnya.
"Hai, Neng, sendirian aja. Ikut Abang yuk," goda salah satu orang tersebut.
"Kalian mau ngapain?" Kayla beringsut mundur saat keduanya semakin dekat.
"Neng cantik ayo ikut kita aja, ntar kita ajak main yang asyik-asyik," ucap laki-laki bertatto itu.
Kayla menggeleng kuat. "Nggak, Kayla nggak mau, pergi kalian!""Ah, kelamaan. Kita seret aja, Boss." Kedua preman itu langsung memaksa Kayla untuk ikut bersama mereka.
Kayla berusaha melepaskan diri sambil meronta meminta pertolongan. Namun, tak ada yang berani menolongnya, apalagi jalanan yang cukup sepi sehingga hanya ada beberapa pengendara mobil ataupun motor yang lewat.
Kedua orang itu terus memaksa Kayla agar ikut dengan mereka. Tubuh Kayla yang kecil tentu saja kalah dengan kedua preman berotot kekar itu. Dalam hati, Kayla sangat berharap ada seseorang yang mau menolongnya. Salah satu preman itu memeluk pinggang Kayla dengan lancang membuat Kayla semakin menangis, kakinya lemas karena ketakutan.
Bugh
Salah satu preman tersungkur karena mendapat serangan dari belakang. Tak terima temannya mendapat serangan tiba-tiba, preman yang sedang memegangi Kayla pun emosi. Empat cowok berseragam SMA melawan dua preman bertubuh besar, entah mana yang akan menang.
"Bangsat! Nyari mati lo bocah ingusan?!" tukas preman itu.
"Lo yang bangsat! Beraninya ganggu cewek SMA nggak berdaya, pengecut lo!" sahut cowok dengan topi hitamnya.
"Sialan!"
Perkelahian tak dapat terelakkan lagi. Mereka saling adu kekuatan masing-masing.
Di saat mereka sibuk berkelahi, kedua mata Kayla mulai memburam. Sebelum matanya tertutup, ia sempat melihat seseorang sedang berlari ke arahnya.
"Kak Rangga ...." Dan setelah itu, semuanya menjadi gelap.
"Kayla bangun, Kay."
"Kay, plis bangun." Rangga terus mengguncang tubuh Kayla dengan perasaan khawatir.
"Bawa dia ke klinik terdekat," teriak Ken sambil terus melayangkan tinjunya pada preman-preman itu. Tentu saja dengan bantuan Iqbal Dan Fikri.
Rangga segera memesan taksi online.
"Kay, plis jangan buat gue khawatir." Rangga menatap wajah Kayla yang pucat dengan perasaan khawatir. Inilah yang ia takutkan jika harus berjauhan dengan Kayla. Ia tidak bisa memantaunya dari dekat. Untung saja mereka lewat tadi. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika ia telat sedikit saja.Tak lama, taksi online datang. Rangga segera mengangkat tubuh Kayla dan memasukkan ke dalam taksi.
"Ke klinik depan, Pak."
Tak ada yang tahu bahwa sejak tadi ada seseorang yang mengawasi mereka."Brengsek! Sialan, dasar preman nggak becus! Harusnya, dia udah hancur sekarang. Kenapa harus Rangga sih yang nolong?!"
🌂🌂🌂
Kayla mengerjapkan matanya berkali-kali mencoba menyesuaikan cahaya di sekitarnya. Ia menatap ke seluruh sudut ruangan hingga matanya tertuju pada seorang cowok yang tengah tertidur di kursi sampingnya.
Kayla tersenyum getir sambil mengusap rambut cowok itu dengan pelan, takut cowok itu terbangun. Setetes air mata jatuh membasahi pipinya. Pergerakan dari tangan Rangga membuat Kayla buru-buru menyeka air matanya.
Rangga mengucek matanya beberapa kali. "Eh, udah bangun? Gimana, masih pusing?"Kayla menggeleng. "Kakak yang bawa Kayla ke sini?"
"Iya, tadi—"
"Kenapa Kakak nolong aku? Kalau yang neror aku lihat gimana? Nanti Bunda—"
"Kay, plis untuk kali ini aja lupakan itu dulu. Nyawa lo terancam, apa mungkin gue akan diem aja?" Rangga terus menatap Kayla yang terdiam kaku. Gadis itu menangis.
Rangga segera membawa Kayla ke pelukannya. Ia amat tahu apa yang dirasakan gadis ini. Tentu saja Kayla begitu tertekan. Di usianya yang masih muda, ia harus melewati masalah yang cukup rumit.
"Maaf, gue takut lo kenapa-kenapa. Jangan nangis, oke?" bisiknya.
"Secepatnya, gue akan temukan pelakunya. Setelah itu, gue pastikan lo aman bersama gue."
Kayla berhenti menangis. Ia mendongak dan menatap Rangga yang masih setia memeluknya."Janji, ya?" ujar Kayla lirih dengan mata yang kembali berkaca-kaca.
Rangga mengangguk. "Sekarang senyum dong," pintanya seraya mengurai pelukannya.
Kayl tersenyum tipis, sangat tipis."Ayo senyum yang lebar, Kaylove." Seketika pipi Kayla memanas. Rasanya seperti ada sesuatu yang menggelitik perutnya.
"Ciee ... blushing," goda Rangga sambil menusuk-nusuk pipi Kayla. Gadis itu segera menepis tangan Rangga dari pipinya. Wajahnya ia tutup dengan kedua tangan karena terlalu malu.
Rangga tergelak dengan kelakuan gadis mungil itu. "Ya udah, lo siap-siap dulu, ya. Gue mau ke bagian administrasi. Kata dokternya udah bisa pulang sekarang."
Setelah membayar administrasi, Rangga menghubungi Fikri untuk memastikan motornya sudah ada di depan. Karena tadi ia sempat bilang pada Fikri untuk mengantarkan motornya ke sini.
"Oke, thanks ya, Fik."
Setelah memutuskan sambungan teleponnya, Rangga kembali menyusul Kayla. "Udah selesai?" tanyanya yang dibalas anggukan oleh Kayla.
"Sini tasnya, biar gue yang bawa," ucap Rangga mengambil alih tas yang hendak dibawa oleh Kayla.
"Tapi Kak, kan itu tasnya warna warna pink," ucap Kayla sambil meringis. Apakah cowok itu tidak malu?Rangga menaikkan sebelah alisnya bertanya. "Emang kenapa kalau warnanya pink?"
"Emang Kakak nggak malu?" tanya Kayla hati-hati.
"Ngapain malu? Udah, ayo kita pulang. Gue mau ngajak lo makan dulu, takutnya kesorean." Setelah itu, ia segera menggenggam tangan Kayla menyusuri lorong klinik itu.
Tak jauh dari sana, seseorang menatap Kayla penuh benci. Sorot matanya yang tajam menggambarkan seberapa tak sukanya ia dengan Kayla."Oke, Kayla. Game yang sebenarnya akan segera dimulai."
Kalau udah sampai bawah, jangan lupa tekan 'vote' dan 'komentar' yaaa😊
To Be Continue ➡
KAMU SEDANG MEMBACA
Still You (Completed)
أدب المراهقينTeenlit _____________ "Mau nggak jadi pacar gue?" Kalimat itu meluncur begitu saja dari mulutnya membuat Kayla seketika mendongak dan menatap lurus ke arah Rangga. Tubuhnya kaku, jantungnya berdebar tidak karuan. Kalian tahu, ingin rasanya Kayla ber...