Chapter 25

8.3K 537 48
                                    

"Dari setiap masalah yang kamu lalui, saat itulah Tuhan mengujimu. Semakin sabar kamu dalam melewatinya, maka semakin tinggi pula derajatmu di mata Tuhan."

***

Pagi ini Kayla terlambat datang ke sekolah. Ini disebabkan karena semalaman ia tidak bisa tidur akibat ulah Rangga. Bagaimana tidak? Cowok itu tiba-tiba mengirim pesan padanya yang bertuliskan 'Good night Kaylove'. Tentu saja itu membuat hati Kayla terasa seperti melayang di atas awan. Ah, Rangga memang paling berbakat membuat Kayla baper.

"Ayo dong, Pak buka gerbangnya. Kayla capek nih berdiri terus," rengek Kayla untuk ke sekian kalinya pada Pak Satpam yang sedang berjaga.

Pak Abdul menggeleng tetap pada pendiriannya. "Nggak bisa, Neng. Memang peraturannya sudah seperti itu. Lima menit lagi saya buka," ujarnya.

Terpaksa Kayla harus mengalah dan menunggu sampai lima menit itu tiba.

Akhirnya, tak lama kemudian Pak Abdul membuka gerbang dan mempersilakan Kayla untuk masuk, tentunya setelah menjalani hukuman terlebih dahulu. Pak Abdul membawa Kayla untuk bertemu dengan Bu Desi selaku guru BK. Berkali-kali Kayla meneguk salivanya dengan kasar. Sorot mata Bu Desi yang tajam membuatnya tak mampu berkutik sama sekali.

"Kelas berapa?" tanya Bu Desi dengan raut wajah datarnya.

Sambil menunduk, Kayla menjawab, "Kelas sepuluh, Bu."

"Baru kelas sepuluh saja sudah berani terlambat. Bagaimana saat naik kelas nanti? Anak sekolah itu tidurnya jangan malam-malam, iya kalau punya pacar, udah jomblo sok-sokan mau begadang. Nunggu pesan dari siapa? Paling juga yang muncul pesan dari operator—"

Kayla melongo saat mendengar tausiah dadakan dari guru ajaibnya ini. Jujur saja, tadi Kayla sempat merasakan hujan lokal yang berasal dari mulut Bu Desi. Ceramah itu hanya mampir sebentar di telinga kanannya, lalu keluar lewat telinga kiri. Ia hanya mengangguk pura-pura mengerti.

"Ya sudah, sekarang kamu berdiri di bawah tiang bendera sampai jam istirahat tiba, paham?" ucap Bu Desi.

Baru saja Kayla hendak memprotes, suara Bu Desi kembali menghentikannya.

"Jangan protes."

Kayla kembali mengatupkan bibirnya dan langsung menuju lapangan. Ah, sial sekali dirinya hari ini. Ia segera mengambil posisi di bawah tiang bendera, dan mengangkat tangan kanannya bersikap hormat. Matanya menyipit saat terkena sorot matahari yang semakin lama semakin panas.

Setengah jam berlalu, kini buih-buih peluh mulai menetes dari keningnya. Bahkan, rambutnya terasa lepek karena keringat. Kayla haus, ia butuh air saat ini. Dalam hati, ia merapalkan doa berharap ada orang yang berbaik hati membawakannya air dingin beserta sebungkus roti. Kakinya juga mulai lemas. Jam istirahat masih sekitar dua puluh lima menit lagi. Dan selama itu pula Kayla harus mempertahankan tubuhnya agar tidak tumbang.

Tiba-tiba ia merasakan sesuatu menempel di kepalanya. Kayla menyentuh benda itu dan menoleh ke samping.

"Di pakai ya, biar nggak panas." Rangga memakaikan Kayla sebuah topi yang selalu ia bawa di tasnya.

"Kak Rangga?" ucap Kayla refleks. Pipinya memanas setelah mendapat perlakuan yang menurutnya itu sangat so sweet.

"Kenapa bisa telat?"

Still You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang