Chapter 24

8K 576 40
                                    

"Hanya ingin kamu tahu bahwa kamu tak lagi mencintai sendirian. Karena cintamu telah terbalaskan."
 

 
***

Hanya tinggal beberapa menit lagi jam keberangkatan Reynald akan diumumkan. Kayla masih menangis sesenggukan tak rela melepas kepergian sahabat sekaligus mantan kekasihnya itu. Rey sendiri bingung harus dengan cara apa menenangkan gadis di hadapannya ini. Padahal, Rey sudah berjanji bahwa ia akan pulang satu atau dua kali dalam setahun.
 
"Udah dong jangan nangis lagi, aku jadi makin nggak tega ninggalin kamu," ucap Reynald sambil mengusap air mata Kayla masih masih saja menetes.
 
Kayla menggeleng masih dengan sesenggukan.

"Rey harus janji sama Lala, pokoknya Rey harus sering-sering pulang ke Indonesia, Lala nggak mau tau."
 
Rey terkekeh sambil mencubit pipi Kayla dengan gemas. "Iya, aku janji. Udah ya jangan nangis lagi, ntar nggak cantik lagi loh."

Kayla menepis tangan Rey yang masih menempel di pipinya. "Kok Rey gitu sih sama Lala, Lala kan tetep imut meskipun lagi nangis."
  
"Iya-iya kamu tetep imut kok meskipun lagi nangis. Tapi akan lebih cantik lagi kalau kamu nggak nangis, oke?" ucap Rey dengan senyum teduhnya.
   
Kayla mengangguk lemah.
 
Your attention please, passengers of Garuda Indonesia on flight number GA*** to Italy please boarding from door A12 because  flight will take-off  in approximately ten minutes time, Thank You.

Rey menatap Kayla yang kembali berkaca-kaca. Ia langsung memeluk Kayla seraya berujar, "Aku berangkat, kamu jaga diri baik-baik ya di sini."
 
Kayla mengangguk dalam pelukan Rey sambil menangis.
 
Rey mengurai pelukannya, ia mengecup kening Kayla untuk yang terakhir kalinya.
 
"See you...," ucapnya seraya melambaikan tangan pada Kayla.
 
 
                            🌂🌂🌂
 
Kayla sampai di depan rumahnya, lagi-lagi ia menemukan sebuah kotak yang ia tidak tahu apa isinya. Kayla tidak berani membuka kotak itu, lantas ia langsung membuangnya ke kotak sampah. Belakangan ini ia merasa seperti diteror. Namun, ia tidak berani menceritakan hal itu pada siapa pun, termasuk Rey dan kedua sahabatnya.
 
Saat masuk ke dalam rumah, ia disuguhi pemandangan yang membuatnya muak. Di ruang makan itu, ia melihat Nugroho dan Mega yang sedang menikmati makan siangnya. Tanpa mengucapkan sepatah kata apa pun, ia langsung masuk ke kamarnya. Setelah mencopot sepatunya, ia langsung menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Tubuhnya sangat letih hari ini karena harus mengantar Rey ke bandara. Tak lama kemudian ia tertidur.
 
Beberapa saat kemudian, ia merasakan usapan lembut pada keningnya. Perlahan matanya terbuka dan langsung bersitatap dengan Mega.

"Ngapain Tante di sini?" tanya Kayla dengan tatapan sinisnya. Bahkan, ia beringsut mundur menjauhi Mega seolah tak sudi berdekatan. Sungguh, ia sangat membenci wanita di depannya ini.
 
"Kamu tadi dari mana?" tanya Mega dengan senyum teduhnya. Kayla benci senyum itu, senyum di atas penderitaan bundanya. Terkadang, ia tak habis pikir dengan Mega. Wanita itu seperti tak tahu malu.  Setelah merusak rumah tangga orang, ia masih mampu menunjukkan senyum sok lembutnya.
 
"Bukan urusan Tante." Kayla langsung beranjak dari kasurnya dan masuk ke kamar mandi. Sebelum itu, ia menoleh ke arah Mega yang terdiam.
 
"Lain kali, jangan masuk kamar orang dengan sembarangan."
 
Mega menunduk sedih. Ingin sekali rasanya ia menceritakan semua yang belum Kayla ketahui. Namun, melihat reaksi Kayla tiap kali berhadapan dengannya membuat bibirnya kelu tak mampu mengeluarkan sepatah kata apa pun. Tak ingin membuat Kayla semakin membencinya, ia pun keluar dari kamar itu.
 
Mega tidak tahu bahwa Kayla menangis di dalam kamar mandi itu. Bahunya bergetar menahan tangis yang tak kunjung reda. Selalu seperti ini tiap kali ia berhadapan dengan Mega. Wanita itu selalu mengingatkan ia tentang bundanya. Ia rindu sang bunda yang tak kunjung sembuh dari depresinya.
 
"Bu-bunda ... Lala kangen, Bun."
 
"Hati Lala sakit tiap kali lihat ayah berduaan sama tante Mega."
 
Setengah jam menangis di kamar mandi membuat tubuh Kayla sedikit lemas. Kayla ingin ke dapur namun ia malas jika harus bertemu Nugroho dan Mega yang mungkin saja masih berada di sana.
  
Dering ponsel di atas nakas mengalihkan perhatian Kayla. Ia segera mengusap air matanya dan mengangkat telepon tersebut. Dahinya berkerut saat melihat nama yang tertera.
 
Kak Rangga, untuk apa dia menelpon? batinnya.
 
"Hallo," sapa Kayla.
 
"...."
 
Kedua matanya melebar saat Rangga mengatakan bahwa ia menunggunya di depan gerbang. Secepat kilat Kayla masuk ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya yang lengket sehabis menangis. Setelah mengecek penampilannya, Kayla segera turun ke bawah untuk menemui Rangga.
 
Syukurlah, sepertinya Nugroho dan Mega sudah pergi.
 
"Non Lala teh mau ke mana buru-buru pisan?" tanya Bi Ijah yang kebetulan sedang menyapu.
 
Sambil berlari, Kayla menyahut, "Ada perlu sebentar, Bi."
 
Benar saja, saat Kayla membuka gerbang, ia menemukan Rangga yang sedang sibuk memainkan ponselnya di atas motor. Kayla salah tingkah saat memerhatikan Rangga dari atas sampai bawah. Kayla tidak dapat menyangkal bahwa Rangga sangat tampan dengan penampilannya saat ini. Hoodie army-nya sangat kontras dengan kulitnya yang putih. Cowok itu memang selalu fashionable dalam penampilan. Kayla jadi membayangkan, bagaimana jika Rangga mengenakan tuxedo dengan dasi kupu-kupu di lehernya, Ya Tuhan, itu pasti sangat keren. Bahkan ia membayangkan seandainya keduanya menikah, tentu akan jadi pasangan yang sangat serasi.
 
Oke, cukup ngehalunya.
 
"Udah ngelihatinnya?" Rangga memasukkan tangannya ke dalam saku celana sambil menahan senyum memerhatikan Kayla yang sedang menatapnya tanpa berkedip.
 
Halusinasi Kayla buyar seketika. Pipinya merona karena malu setelah tertangkap basah sedang menatap Rangga secara terang-terangan. Untuk menghilangkan kegugupannya, Kayla bertanya, "Kak Rangga ngapain ke sini?"
 
Kini, Rangga yang bingung harus menjawab apa. Ia juga tidak tahu mengapa ia bisa sampai di sini. Padahal, rencananya tadi ia akan ke rumah Fikri.
 
"Emm ... ya nggak apa-apa. Emang nggak boleh?" ucap Rangga pada akhirnya.
 
Kedua mata Kayla memicing. "Ah, Kayla tau, Kakak rindu kan sama Kayla? Ya kan, ya kan, ya kan?"
 
Rangga mendengus. Percaya diri sekali gadis di depannya ini. Ya, memang sih ia sedikit merindukannya. Ingat ya, sedikit.
 
"Geer banget lo, tadi baru balik dari rumah Fikri, terus mampir ke sini bentar," ucap Rangga bohong.
 
"Lo abis nangis, ya? Mata lo sedikit sembab," ucap Rangga setelah memerhatikan wajah Kayla sejak tadi tanpa gadis itu sadari. "Jangan coba-coba bohong," ancamnya seraya menatap tajam Kayla.

Kayla terkejut. Bagaimana Rangga bisa mengetahuinya? Apakah bekasnya sangat terlihat? Kayla menggigit bibirnya bingung hendak memberi alasan seperti apa pada Rangga.
 
"Ah, i-itu tadi Kayla bantuin Bi Ijah ngirisin bawah merah, jadi matanya pedes deh," ucap Kayla bohong.
 
"Yang bener?" tanya Rangga.
 
"Iya Kak Rangga, beneran," ucap Kayla sambil mengacungkan kedua jarinya membentuk huruf V.
 
"Oke-oke gue percaya. Ya udah, gue balik, ya," ucap Rangga seraya memakai helmnya dan naik ke atas motor.
 
"Lah, cepet banget udah mau balik. Nggak mau mampir dulu nih? Kayla masih kangen tau," ucap Kayla cemberut. Baru saja mood-nya kembali karena Rangga ada di sini. Namun, baru sebentar cowok itu sudah akan pulang.
  
"Sori, soalnya gue buru-buru. Emm ... oh ya, ada satu lagi," ucap Rangga.
 
"Apa?"
 
"Mulai detik ini, lo nggak akan ngerasain cinta sendirian, karena ... cinta lo udah terbalaskan," ucap Rangga sambil mengontrol detak jantungnya yang kian kencang.
 
"M-mak-maksudnya?" tanya Kayla gugup.
 
Kayla terperangah. Apakah ia tidak salah dengar? Apakah Rangga baru saja mengatakan bahwa ia mulai mencintainya? Ya Tuhan, apakah ini mimpi? Berkali-kali Kayla menepuk pipinya untuk memastikan bahwa ini bukanlah mimpi. Melihat ekspresi Kayla yang sangat menggemaskan membuat Rangga tak tahan ingin mencubit pipinya.
 
Kenapa lo gemesin banget sih? batin Rangga.
 
"Lo pahamin aja sendiri. Ya udah, gue cabut, ya? See you ...," pamit Rangga meninggalkan Kayla yang masih tak percaya. Tak lupa, ia memberikan senyum semanis mungkin terhadap Kayla.
 
Keduanya tidak sadar, bahwa sejak tadi ada seseorang yang mengawasi mereka dengan tangan mengepal. Giginya menggeletuk menahan emosi.
 
 
 
  
  
 
  
 
  

  
Kalau udah sampai bawah, jangan lupa tekan 'vote' dan 'komentar' nya yaa😊
 
To Be Continue ➡

Still You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang