1

566 7 1
                                    

Tawanya terus menggema, menerpa gendang telingaku. Sangat merdu hingga membuatku sangat nyaman. Senyum manisnya tercetak jelas di wajahnya yang manis sangat sempurna di mataku.

" Gavin ayo kejar aku "

Ah teriakannya sangat merdu saat memanggil namaku. Aku melangkah ke arah gadisku mencoba meraih tangannya tapi sayang sepertinya dia ingin bermain main denganku terlebih dahulu. Dia kembali berlari meninggalkanku, dengan senang hati aku menyanggupi tantangannya. Kukejar dia dengan sekuat tenaga mencoba menyamakan langkahku dengannya tapi dia masih terus berlari menjauh dariku. Aku terus berlari mengejarnya hingga jarak antara kami semakin hilang kuraih tangannya yang bebas sedikit lagi.

Ku raih tangan mungilnya tapi tunggu dimana dia, kemana perginya gadisku aku yakin jika dia ada tepat di depanku tadi tapi kemana dia sekarng. Dimana dia dan kenapa ini. Gelap, dimana cahaya yang sangat terang tadi, dimana dia. Aku panik, kalut , aku tidak mau kehilangannya aku mencoba mencarinya tapi sia sia pandanganku tidak jelas kegelapan menyelimutiku. Dimana dia, aku terus berlari tak tentu arah mencoba mencari cahaya tapi tak ada.

" KAMU DIMANA SAYANG " Teriakku frustasi.

Aku terus berlari, tak menghiraukan kegelapan yang menyelimutiku mencoba mencari celah akan kegelapan ini.

Cahaya, akhirnya aku menemukannya aku berlari menuju cahaya itu tapi belum sampai di sana aku melihat gadisku berdiri di dekat cahaya.  Aku lega dia tidak pergi meninggalkanku. Aku mulai berlari menujunya, ku amati terus wajah cantiknya, dia tersenyum ke arahku senyuman yang sangat manis. Samar samar aku bisa mendengar dia mengatakan sesuatu.

" Selamat tinggal Gavin "

Tunggu apa yang dia katakan tadi, tidak. Tidak munggkin. Aku pasti bermimpi, dia tidak akan meninggalkanku. Aku tidak akan membiarkan dia pergi.

Dengan sekuat tenaga aku berlari mengejarnya, dia sudah berbalik untuk pergi. Tidak aku tidak mau dia pergi dariku. Tidak. Tidak.

" TIDAKKKKKK...."

Gubrak

Aww. Aku meringis saat merasakan pantatku nyeri. Sangat sakit karena aku terjatuh dari tempat tidur. Nafasku memburu dan keringat sudah membasahi tubuhku.

Ah. Aku bermipi dan itu mimpi yang sama selama satu tahun terakhir ini. Aku lelah, mimpi itu sangat menyiksaku dan itu membawaku untuk terus mengingatnya. Aku sangat benci mimpi ini.

Aku mengusap wajahku kasar. Ku lirik jam di nakas sudah menunjukan pukul setengah tujuh. Aku berdiri untuk bersiap berangkat ke sekolah sebelum aku terlambat dan jujur hari ini aku sedang tidak ingin berurusan dengan guru BK.

<><><>

Sampai di sekolah aku segera berlari menuju kelasku. Aku yakin pasti jam pelajaran sudah dimulai. Dan yap tebakanku sangat benar saat aku sampai di depan kelas bu Indri suadah ada di dalam kelas dan dia sedang mengabsen.

Aku menghembuskan nafas lelah, mungkin hari ini memang bukan hari keberuntunganku. Aku mencoba masuk  kedalam kelas berharap bu  Indri tidak menyadari jika aku terlambar dan berusaha masuk diam diam seperti pencuri.

" GAVIN VALERIO ARION KAMU TERLAMBAT LAGI ?"

Gerakanku terhenti. Mampus. Kenapa juga bu Indri melihatku. Benar ini memang hari tersialku. Ku lirik ke arah tempat dudukku yang sebenarnya tak jauh lagi. Di sana ke tiga temanku sedang tertawa seakan mengejekku. Huff. Sial.

" Gavin sini kamu " Panggil Bu Indri lagi mau tidak mau aku menurutinya. Aku berjalan menghampiri bi Indri yang menampakan wajah garangnya. Dalam hati aku tertawa. Dikira aku bakalan takut apa.

" Kamu terlambat lagi Gavin ?"

Hah. Pertanyaan itu lagi aku mulai bosan. Apa dia tidak bisa melihat hingga dia harus bertanya untuk yang ketiga kalinya.

" Ya menurut ibu ?" Tanyaku acuh.

Dapat ku lihat kalo bu Indri semakin marah padaku. Akumah bodo amat. Aku sedang gak mood buat debat sama guru ini.

" Kamu mulai berani ngelawan sama Ibu Gavin ?"

" Lah sejak kapan saya takut sama ibu  ?"

Bu Indri menggeram aku yakin jika dia sudah mulai muak berdebat denganku dan pasti setelah ini aku di s
Usir dari kelas dan di hukum.

" Keluar kamu. Ibu  capek ngeladenin omongan kamu "

" Lah siapa juga yang nyuruh ibu ngeladeni omongan saya ?"

" KELUAR GAVIN "

Aku mendengkus menatap datar bu Indri kemudian pergi dari kelas.

Setelah keluar dari kelas tadi moodku tambah rusak. Aku berjalan di lorong menuju kantin untuk mengisi rasa bosanku.

DI KANTIN

Lama aku duduk di sudut kantin sekolah ini sendirian hingga tak terasa jam istirahat sudah berbunyi.

" Woy ma bro, sendirian bae sambet baru tau rasa lo " Ucap seseorang sambil menepuk pundakku pelan. Kulirik orang yang berani beraninya memukulku itu dan teryata itu Evan sahabatku yang gilanya gak ketulungan dan dapat ku lihat juga Galen dan Kenzo yang masih berjalgan ke sini.

" Paan sih lo gak jelas banget " Jawabku.

" elah Vin, sensitive amat sih lu "

Aku mendengkus bodo amat dia mau bicara apa yang pasti aku sedang tidak mood untuk menanggapinya.

" Hey Vin telat lagi lo ?" Ejek Kenzo.

" Bodo " Jawabku.

Dapat ku dengar ketiga sahabatku sedang menertawaiku. Mereka menganggu. Ku alihkan pandangnku ke arah lain dan pndanganku terfokus pada satu titik.

Dia

Hay hay aku kembali dengan cerita yang baru. Semoga kalian suk dengan cerita ini dan maklumi saja kalo masih banya kesalahan dan agak aneh. Jangan lupa buat voment. See you😘😘

SWETT & SOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang