3

159 6 0
                                    


AZKIA POV

Pagi yang sangat cerah untuk memulai hari. Hidup yang damai tanpa penganggu, tanpa menatap wajah tengilnya, tanpa merasakan kehadiranya, tanpa merasakan keusilannya.

Ahh...

Aku sangat bersyukur karena dia tidak mengenaliku di SMA ini. Ya hitung-hitung kehidupanku di sekolah bisa lebih tenang tanpa dia.

Awalnya sih aku kaget dia satu SMA denganku. Aku takut jika dia mengenaliku di sini dan dia akan menggangguku lagi.

Dulu saat aku di bully teman sekelasku aku sangat tertekan karena setiap hari aku di ejek dan di jahili. Bahkan ada seorang anak yang sangat usil padakku waktu SMP. Jujur aku sangat jengkel dan kesal, sudah beberapa kali aku mencoba menghindar tapi herannya dia  selalu mengetahui keberadaanku dan akhirnya aku di jahilinya lagi.

Yah tapi berkat pembullyan itu juga kini aku bisa berubah. Sekarang aku berani membela diriku saat aku merasa tidak membuat kesalahan.

Dan inilah Azkia Iva Kalila sekarang, aku bisa berteman dengan siapapun, tidak pernah di tindas lagi, dan yang terpenting kehidupan SMA ku sekarang lebih damai. Dua tahun aku bersekolah di SMA Dirgantara ini jarang sekali aku mendapat masalah pengecualian dengan kakakku.

Yap aku juga punya seorang kakak. Ku akui dia memang cantik seperti ibunya tapi sifatnya tak secantik parasnya. Aku heran kenapa dia dan ibunya dangat membenciku karena setahuku aku tidak pernah berbuat jahat pada mereka tapi malah sebaliknya.

Tapi jika aku boleh jujur pada papaku, aku sangat menentang pernikahan mereka dulu. Ya dia ibu dan kakak tiriku. Entah kenapa dulu saat papa memperkenalkan seorang wanita yang akan di jadikan ibuku aku sudah tidak suka padannya. Dan sekarang rasa tidak sukaku padanya terbukti sudah. Aku heran kenapa papa bisa suka dengan wanita bar-bar seperti dia. Dia dan anaknya berani menyiksaku saat papa tidak ada di rumah. Rasanya aku ingin memisahkan papa dengan wanita bar-bar itu tapi ku urungkan saat melihat papaku mencintainya. Ya dia mang bisa mengambil hati papa tapi dengan hatiku dia tidak akan sudi mungkin.

Sibuk aku memikirkan tentang hidupku sampai aku tidak mengamati jalan yang ada di depanku dan inilah hasilnya, aku menabrak seseorang. Agak sakit saat pantatku bertabrakakan dengan lantai. Rasa-rasanya aku tadi menabrak orang ini tidak keras tapi kenapa aku bisa jatuh sedangkan dia masih kokoh berdiri.

" Kamu tidak apa-apa ?"

Ahh. Pantas saja, aku menabrak laki-laki. Tapi tunggu sepertinya aku mengenali suaranya. Aku mendongak dan dapat melihat jika dia berjongkok di depanku.

Deg...mampus aku

" Hey...kamu gak papa kan ?" Tanyanya lagi.

Aduh. Kenapa dari semua orang di sekolah ini harus dia yang bertemu denganku padahal aku sudah berusaha sekuat tenaga untuk menghindarinya.

" Hey..."

" Ah...ma..maaf aku gak sengaja " Jawabku.

Aku menunduk tidak mau mentapnya takut kalau dia mengenaliku tapi sepertinya tidak mungkin.

" Oh gak papa. Yang aku tanya kamu gak papa kan ?"

Ah. Kenapa sih dia harus tanya tanya, kenapa dia gak pergi aja sih.

" A..aku gak papa kok maaf "

Aku berdiri. Kulihat dia juga ikut berdiri. Masa bodohlah, yang aku inginkan sekarang adalah pergi dari orang ini.

" Gak papa. Itu juga salahku karena gak lihat-lihat dulu " Jelasnya.

" Gak papa. Aku permisi dulu "

Aku harus pergi.

Tapi tunggu. Kenapa dia menahanku. Apa dia dendam karena aku menabraknya. Tapi tidak mungkin karena tadi dia bilang tidak apa-apa. Dan sekarang kenapa dia menahan tanganku.

" Tunggu dulu "

Aku dengan sangat berat menoleh ke arahnya tampak dari wajahnya dia sedang serius.

" Ada apa ?"

" Aku..."

" Vin lo ngapain di sini ?" Tanya seseorang.

Huff..

Aku bersyukur ada yang datang dan itu adalah Anin dan Kenzo. Dan mereka datang di saat yang tepat. Jujur aku juga menghindari Kenzo dulu tapi setelah dia berpacaran dengan Anin, mau tidak mau aku harus dekat dengannya walau tidak akrab. Dan aku akui dia baik tidak seperti dulu.

" Ck...gangguin aja lo. Lagian gue kan sekolah di sini jadi terserah gue mau ngeluyur ke mana. Bukan urusan lo juga kan " Jawabnya sinis.

Tuhan...dia tak pernah berubah.

" Santai kalik Vin gue tanya baik baik juga "

" Bodo "

" Trus maksud lo apa tuh ?" Tanyanya.

Dia menatap lurus pada tanganku dan tangan Gavin yang saling bertaut. Lebih tepatnya Gavin mengenggam tanganku.

Yap orang yang tadi aku tabrak adalah Gavin.

" Yang aku ke kelas bareng Kila aja ya ?" Ucap Anin.

Aaa. Ini nih sahabat terbaikku. Tahu situasi aja dia kalo aku nggak nyaman ada dua orang laki-laki ini. Love you Anin.

" Hmm...kamu gak papa " Tanya Kenzo.

Ahh. Setelah ku perhatikan lama ternyata Kenzo laki-laki yang sangat perhatian dan memanjakan kekasihnya. Aku juga mau satu.

" Gak papa lagian nanti pulang kita bareng lagi kan " Jawab Anin.

Dia tersenyum pada Kenzo dan di balas senyuman darinya juga.

Gini nih kalo jomblo. Lihat orang lain pacaran aja bisa baper sendiri. Malang nasibmu Kia.

Tunggu. Tunggu. Kok aku ngerasa berat ya di pundakku. Apa ini.

Aku mendongak dan astaga kenapa Gavin pake segala acara ngerangkul aku sih.

" Udah pacarannya. Udah mesra-mesraannya ?" Tanya Gavin.

Ni orang kenap sih pake segala ngerangkul aku. Risih tahu.

" Ya belom lah " Jawab Kenzo santai sambil menyeringai. Apa maksudnya coba.

" Em...Vin bisa nggak kamu gak usah ngrangkul aku kayak gini " Ucapku.

Bisaku lihat dia kaget. Kenapa. Oh mungkin dia udah sadar kalo yang dia lakuin ini salah. Syukur lah.

" Kamu tahu namaku ?" Tanyanya kaget.

Lah kenapa dia. Jelaslah aku kenal sama kamu Vin kan kita satu sekolah dulu dan kamu sering banget jahilin aku. Tapi kalaupun kita dulu gak satu sekolahan aku jug pasti kenal sama kamu. Jelaslah kenal dia kan cowok terkenal di sekolah ini.

Aneh...

Aku hanya mengangguk saja. Tapi dia tidak juga melepas rangkulanku. Malah aku merasa ini semakin  mengerat.

" Lo tuh oon apa goblok sih Vin jelaslah dia kenal sama lo. Secara siapa sih yang gak kenal seoran Gavin Valerio Arion cowok yang hampir di sukai seluruh cewek di sekolah. Pembangkang. Berani sama guru. Pembuat rusuh. Siapa yang gak kenal coba. Siapa?" Jawab Kenzo.

" Ish...mulunya ya gak bisa di jaga " Balas Anin.

" Mamam noh. Dimarahin sama Anin "

Kenzo mendengkus. Aku kadang heran dengan pertemanan mereka. Kadang baik-baik aja kadang saling ngejek. Yah tapi ini sih yang namanya sahabat. Indah penuh warna.

SWETT & SOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang